Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Sistem Prevensi School Violence di Madura Berbasis Galtung Conflict Triangle Ridwan, Auliya
ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman Vol 3, No 2 (2009): Islamica
Publisher : Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.493 KB) | DOI: 10.15642/islamica.2009.3.2.101-108

Abstract

School violence may be understood as the threat or use of physical force with the intention to cause physical injury, damage of property or intimidation of another person at school. School violence is also violence that happens outside school as a result of a social interaction among the students. With regards to their prevention, many theories and propositions have been introduced including that of Conflict Triangle theory by Johan Galtung. This paper is aimed at analyzing school violence in Madura by using this theory as a general framework of analysis. The paper will begin by providing a general overview of both the theory and the so-called carok tradition of Madura; a tradition of self-defense using traditional blade which often involves killing. Upon highlighting school violence in this island, the paper will then move on by suggesting that in order to delegitimize this violence, one must speak of preventive programs at practical level, and of deconstructing the cultural strength of carok tradition at the discursive one. We assume that once the carok tradition is being deconstructed, one would loose the cultural legitimacy of committing violence. In Madura violence is often legitimated by the culture and tradition of carok. To eradicate violence is therefore to get rid of carok tradition in the first place.
Colonial Politics of Power and Cultural Identity Development of Islamic Education Vis-À-Vis European Education in The Netherlands East Indies Periods Ridwan, Auliya
Marâji`: Jurnal Ilmu Keislaman Vol 2, No 2 (2016): MARET
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengan membawa perspektif “sejarah sebagai interpretasi yang terus berkembang”, kertas kerja ini meninjau kembali sejarah penjajahan di Indonesia. Pendidikan menjadi diskusi utama pada bahasan ini karena perkembangannya telah memberikan sumbangsih terhadap terbentuknya identitas budaya masyarakat Indonesia. Terbatasnya akses pendidikan ala Eropa di masa itu telah memposisikan Pendidikan Islam beriringan dengan pola pendidikan arus-utama saat itu. Politik dan kebijakan pemerintah kolonial berpengaruh terhadap implementasi pendidikan ala Eropa bagi pribumi setelah politik etis diberlakukan. Di sisi lain, Pendidikan Islam mulai meneguhkan posisi oposisinya. Setelah tahun 1900-an, akulturasi situasi kolonial, Islamisme, dan ideologi lainnya membentuk secara jelas identitas kultural baru Pendidikan Islam di dalam ruang kelas sekolah dan pada superstruktur pemerintahan kolonial untuk merespons penindasan dalam beberapa cara tertentu.
Colonial Politics of Power and Cultural Identity Development of Islamic Education Vis-À-Vis European Education in The Netherlands East Indies Periods Ridwan, Auliya
Marâji`: Jurnal Ilmu Keislaman Vol 2 No 2 (2016): Maret
Publisher : Koordinatorat Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengan membawa perspektif “sejarah sebagai interpretasi yang terus berkembang”, kertas kerja ini meninjau kembali sejarah penjajahan di Indonesia. Pendidikan menjadi diskusi utama pada bahasan ini karena perkembangannya telah memberikan sumbangsih terhadap terbentuknya identitas budaya masyarakat Indonesia. Terbatasnya akses pendidikan ala Eropa di masa itu telah memposisikan Pendidikan Islam beriringan dengan pola pendidikan arus-utama saat itu. Politik dan kebijakan pemerintah kolonial berpengaruh terhadap implementasi pendidikan ala Eropa bagi pribumi setelah politik etis diberlakukan. Di sisi lain, Pendidikan Islam mulai meneguhkan posisi oposisinya. Setelah tahun 1900-an, akulturasi situasi kolonial, Islamisme, dan ideologi lainnya membentuk secara jelas identitas kultural baru Pendidikan Islam di dalam ruang kelas sekolah dan pada superstruktur pemerintahan kolonial untuk merespons penindasan dalam beberapa cara tertentu.