This Author published in this journals
All Journal JURNAL TERUNA BHAKTI
Wiesye A. Wattimury
Prodi Teologi Kependetaan Universitas Kristen Papua

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Perspektif Etis-Teologis terhadap Budaya “Kursi Raja” pada Jemaat GPM Imannuel Kilang, Ambon Thomson Framonty Eframinto Elias; Wiesye A. Wattimury; Karel M. Siahaya
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 4, No 2: Pebruari 2022
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47131/jtb.v4i2.88

Abstract

Mastery of Culture with Tradition Against Gospel Values, of course, is something that is not expected. Because it will make the Bible lose its meaning. This is what is found in the culture of the king's chair. For this reason, this study aims to analyze Christian Ethical and cultural forms as outlined in cultural symbols, specifically the culture of the King's chair, which is then expected that the church can place itself in an ethically Christian contextual theological effort. This study uses a descriptive qualitative method, which includes interview techniques, through key respondents. In conclusion, the King's Chair as part of local wisdom has Christian ethical-theological value that can be accounted for, in an effort to realize a civilized society, and the church is expected to see this in its theological efforts. The value of respect found in this culture is an ethical thing that must be maintained. On the other hand, the pattern of authoritarian behavior from the power possessed, is unethical, from the culture in question.  AbstrakPenguasaan Budaya dengan Tradisinya Terhadap Nilai Injil, tentunya adalah hal yang tidak diharapkan. Sebab akan membuat Injil kehilangan maknanya. Hal inilah yang ditemukan dalam budaya kursi raja. Untuk itulah maka Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara Etis Kristen, bentuk-bentuk kebudayaan yang dituangkan dalam symbol-simbol kebudayaan, secara khusus budaya kursi Raja, yang kemudian diharapkan agar gereja dapat menempatkan dirinya pada upaya berteologi yang kontekstual secara etis Kristen. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif des-kriptif, yang didalamnya menggunakan teknik wawancara, melalui para responden kunci. Kesim-pulannya, Kursi Raja sebagai bagian dari kearifan lokal, memiliki nilai etis-teologis Kristen yang dapat dipertanggungjawabkan, dalam upaya perwujuan masyarakat yang beradab, dan gereja diha-rapkan dapat melihat hal ini dalam upaya berteologi. Nilai penghormatan yang didapati dalam budaya ini menjadi hal etis yang harus dipertahankan. Sebaliknya pola perilaku otoriter dari kekua-saan yang dimiliki, adalah hal yang tidak etis, dari budaya yang dimaksud.