Desti Samarenna
Sekolah Tinggi Teologi Internasional Harvest, Semarang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penghayatan dan Pengalaman Pancasila dalam Refleksi Matius 22:37-40 Desti Samarenna
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 3, No 1 (2020): Agustus 2020
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47131/jtb.v3i1.55

Abstract

The Law of Love is at the heart of the Christian faith mentioned by Jesus in Matthew 22: 37-40. Within the framework of national life, Christians also continue to carry out their responsibility to live and practice the values of Pancasila as the basis of national life. As Christians, the practice of Pancasila cannot be separated from implementing the Law of Love. This article is a literature review with a qualitative approach to the text of Matthew 22: 37-40 about love for God and love for humans. The purpose of writing is to apply the text of Matthew 22: 37-40 in the context of living Pancasila as a philosophy of living together within the framework of nationalism. The method that the author uses is a description of the text analysis of Matthew 22: 37-40, to provide an explanation and understanding of Matthew's view of faith and its relation to Pancasila, where the value of the One and Only Godhead is the basis of humanity that builds, maintains and develops Indonesian unity. In conclusion, loving God to become and others becomes the basis for being together as a form of living Pancasila. Abstrak Hukum Kasih merupakan inti dari iman Kristen yang disebutkan oleh Yesus dalam Matius 22:37-40. Dalam kerangka hidup berbangsa, maka orang Kristen pun tetap melakukan tanggung jawabnya untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar hidup berbangsa. Sebagai orang Kristen, maka pengamalan Pancasila tidak lepas dari mengimplementasikan Hukum Kasih. Artikel ini merupakan kajian literatur dengan pendekatan kualitatif terhadap teks Matius 22:37-40 tentang kasih kepada Allah dan kasih terhadap manusia. Tujuan penulisan adalah menerapkan teks Matius 22:37-40 dalam konteks menghayati Pancasila sebagai falsafah hidup bersama dalam kerangka nasionalisme. Metode yang penulis lakukan adalah deskripsi analisis teks Matius 22:37-40, untuk memberikan penjelasan dan pemahaman pandangan Matius tentang iman dan kaitannya dengan Pancasila di mana nilai keTuhanan Yang Maha Esa menjadi basis kema-nusiaan yang membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan Indonesia. Kesim-pulannya, mengasihi Allah menjadi dan sesama menjadi dasar untuk bersama sebagai bentuk penghayatan Pancasila.
Studi tentang Kepemimpinan dalam Perjanjian Lama Desti Samarenna
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 2, No 2 (2020): Januari 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.253 KB) | DOI: 10.46929/graciadeo.v2i2.44

Abstract

Research aims to explain leadership in the Old Testament to find out ideally and pragmatically spiritual leadership has essential philosophical principles and in the pragmatic level the leadership is manifested in the light of philosophical principles with a theological ethical nuance. This attitude needs to be emphasized by noting that a Christian leader is an individual who has been redeemed by God, by whom he must be sure that he is called by God to assume the responsibility given. In writing this scientific paper, the writer uses the research method namely: The author obtains data through library research that is the writing books and lecture dictates. Based on the entire discussion, the following conclusions can be drawn: First, the Leader gives influence. This means that a church or organization without a leader will not produce an order of values and good results. Second, the leadership model. This means that there are several leadership models that can be applied in church leadership and leadership in non-Christian institutions. Abstrak Penelitian bertujuan untuk menjelaskan kepemimpinan dalam Perjanjian Lama untuk mengetahui secara idealis maupun pragmatis kepemimpinan rohani itu memiliki prinsip-prinsip filosofis yang esensial dan dalam tataran pragmatis kepemimpinan itu diwujudkan dalam terang prinsip-prinsip filosofis yang bernuansa etis teologis. Sikap ini perlu dipertegas dengan memperhatikan bahwa seorang pemimpin Kristen adalah seorang individu yang telah ditebus Allah, yang olehnya ia harus yakin bahwa ia terpanggil Allah untuk memangku tanggung jawab yang diberikan. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian yaitu: Penulis memperoleh data melalui penelitian kepustakaan yaitu buku-buku penulisan serta diktat-diktat perkuliahan. Berdasarkan seluruh pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Pemimpin itumemberikan pengaruh. Artinya gereja atau organisasi tanpa pemimpin tidak akan menghasilkan tatanan nilai dan hasil yang baik. Kedua, model kepemimpinan. Artinya ada beberapa model kepemimpinan yang bisa diterapkan dalam kepemimpinan gereja dan kepemimpinan pada lembaga-lembaga non-Kristen.