Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN POLA PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA Rindawati,
Pendidikan Geografi Vol 6, No 11 (2007)
Publisher : Pendidikan Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak : Penelitian ini mengkaji hubungan tingkat sosial ekonomi orang tua dan pola pendidikan terhadap anak di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Dilakukannya penelitian di daerah tersebut karena daerah itu telah banyak mengalami perubahan akibat industrilisasi. Tujuan penelitian yang ingin di capai adalah untuk menganalisis hubungan tingkat sosial ekonomi orang tua dengan pola pendidikan terhadap anak.Teori yang digunakan untuk mengkaji adalah teori stratifikasi sosial dari Lensky dan teori struktural fungsional dari Talcot Parsons. Proses pengumpulan data menggunakan wawancara yang dilakukan terhadap 142 responden yaitu keluarga yang mempunyai anak usia 13 – 18 tahun. Penentuan sampel responden dilakukan dengan anak dari 9.027 populasi sedang analisis data menggunakan statistik rumus korelasi Spearman.Temuan data hasil analisis korelasi Spearman menyebutkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat sosial ekonomi orang tua dengan pola pendidikan orang tua terhadap anak yaitu sebesar 0,40189 dan p (rho) = 0,0001. Dengan demikian pola pendidikan demokrasi telah banyak dilakukan oleh orang tua teruatama dari golongan ekonomi sedang dan tinggi
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP RTH TAMAN ABHIRUPA DI KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO CHOLIFAH NUR ANAH, LINDAH; , RINDAWATI
Swara Bhumi Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakKetentuan kebutuhan RTH Publik adalah sebesar 20% dan kebutuhan RTH Privat yakni sebesar 10% dari luassuatu wilayah tersebut. Keberadaan RTH Publik di Kabupaten Sidoarjo masih jauh dari ketentuan, dimana luas RTHPublik di Kabupaten Sidoarjo hanya sebesar 9,67% dan RTH Privat hanya 6,74%. Pemerintah Kabupaten Sidoarjomelakukan penghijauan, penataan, peningkatan kualitas, dan juga penambahan jumlah taman kota setiap tahunnya.RTH Taman Abhirupa yang dibangun dari lahan yang awalnya adalah pasar sapi. Kegiatan alih fungsi lahan dari pasarsapi menjadi RTH Taman Abhirupa ini tentu membawa dampak bagi masyarakat sekitar. Tujuan yang ingin dicapaidalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan persepsi penduduk sekitar terhadap RTHTaman Abhirupa.Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian di DusunBibis Pande dan Dusun Bibis Timur Kelurahan Tambak Kemerakan dan di Dusun Krajan Stasiun Kelurahan KrianKecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik simplerandom sampling atau secara acak. Peneliti mengambil sampel sebanyak 65 responden dari ketiga dusun tersebut. Datayang diperoleh usia penduduk, hubungan sosial, strata sosial, tingkat pendidikan, mata pencaharian, pendapatan danpersepsi terhadap RTH Taman Abhirupa dikumpulkan melalui observasi, wawancara, angket/kuesioner dandokumentasi. Teknik analisis data dengan teknik deskriptif persentase.Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia masyarakat yang tinggal disekitar RTH Taman Abhirupa termasukdalam kriteria produktif yaitu 26-65 tahun dengan persentase 97%, memiliki tingkat hubungan sosial tinggi sebesar72,3%, tingkat strata sosial dalam kategori tingkat penghormatan yang tinggi sebesar 50,8%, tingkat pendidikan padajenjang SMA/SMK/Sederajat sebesar 52,3%, penduduk bekerja sebagai pedagang sebesar 35,3%, penghasilanmasyarakat berada di taraf ekonomi sedang sebesar 43,1% dan memiliki persepsi yang tinggi terhadap RTH TamanAbhirupa dengan persentase 60%. Keberadaan RTH Taman Abhirupa memberikan dampak bagi masyarakat sekitardilihat dari karakteristik sosial ekonomi dan persepsi yang menunjukkan tingkat yang tinggi.Kata Kunci :Karakteristik Sosial Ekonomi, persepsi, Ruang Terbuka Hijau.
KESUBURAN TANAH BEKAS GALIAN TAMBANG UNTUK TANAMAN PADI DI DESA KARANGLO KECAMATAN MOJOWARNO KABUPATEN JOMBANG KUMALA SARI, INDAH; , RINDAWATI
Swara Bhumi Vol 5, No 8 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakMasyarakat di Desa Karanglo Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang sebagian besar bermatapencaharian sebagai pembuat genteng pres. Industri genteng dilakukan secara turun temurun. Bahan baku utama yang digunakan untuk membut genteng pres adalah tanah liat berkualitas bagus agar genteng yang dihasilkan juga berkualitas, jadi masyarakat mengambil bahan baku di sekitar desa. Penggalian sawah yang dilakukan secara terus menerus menyebabkan berkurangnya lahan produktifitas dan hilangnya lapisan top soil sehingga hasil produksi pertanian mengalami penurunan karena hilangnya kesuburan tanah, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesuburan tanah bekas galian tambang di Desa Karanglo Kecamatan Mojowarno Kabupeten Jombang dan upaya yang dilakukan pemilik sawah untuk memperbaiki kesuburan tanah sawah di Desa Karanglo Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang.Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Karanglo Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling Jenuh (Sensus) yaitu sebanyak 36 penduduk. Teknik pengumpulan data melalui observasi, uji laboratorium, dan wawancara. Teknis analisis data menggunakan metode komparasi dan analisis deskriptif.Hasil uji laboratorium diketahui bahwa unsur hara nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) pada > 3 tahun diaktifkannya kembali lahan pertanian setelah diadakan penggalian tanah sawah sebesar 0,20 Nitrogen, 0,05 Fosfor dan 0,24 Kalium. Dua tahun diaktifkannya kembali lahan pertanian setelah diadakan penggalian tanah sawah sebesar 0,15 Nitrogen, 0,05 Fosfor, 0,25 Kalium. Satu tahun diaktifkannya kembali lahan pertanian setelah diadakan penggalian tanah sawah sebesar 0,21 Nitrogen, 0,04 Fosfor, 0,18 Kalium. Upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengembalikan kesuburan tanah yaitu dengan pemberian pupuk organik maupun pestisida.Kata kunci: Kesuburan Tanah sawah, Tanah sawah bekas galian, Uji Laboratorium
EKSISTENSI INDUSTRI BATU BATA MERAH DI DESA LEDOK KULON KECAMATAN BOJONEGORO KABUPATEN BOJONEGORO RIZQIA RAHMAWATI S, FITAH; , RINDAWATI
Swara Bhumi Vol 5, No 8 (2018)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDesa Ledok Kulon adalah salah satu sentra industri batu bata merah di Kabupaten Bojonegoro yang tetap eksis sampai sekarang meskipun ada pesaing baru batu bata putih yang harganya lebih murah berdasarkan hal tersebut diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi industri batu bata merah di Desa Ledok Kulon Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro, strategi bertahan industri batu bata merah serta pola pemasaran industri batu bata merah di Desa Ledok Kulon Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro.Jenis penelitian ini adalah survei, Populasi dari penelitian ini adalah seluruh industri batu bata merah di Desa Ledok Kulon Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro yaitu sebanyak 75 pengrajin industri batu bata merah, karena jumlah populasi kurang dari 100 yaitu 75 pengrajin maka keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, teknik pengambilan sampel dengan menggunakan proporsional random sampling, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket/kuosioner, dokumentasi, teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif prosentase.Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-foktor eksistensi industri batu bata merah adalah : a) bahan baku mudah di dapat b) tenaga kerja berasal dari dalam kecamatan c) modal sebagaian besar berasal dari modal pribadi d) pemasaran dijual di luar wilayah, untuk startegi bertahan industri batu bata dengan cara meminjam modal kepada bank atau tetangga sekitar dan membuat inovasi baru batu bata merah, pola pemasaran industri batu bata merah dengan teknik pemasaran dijual langsung ke konsumen sebesar 73,33%. Jangkauan pemasaran batu bata merah di luar wilayah sebesar 68% .Kata kunci: Eksistensi industri, Pola Pemasaran
DAMPAK RELOKASI TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI PEDAGANG PASAR BURUNG KUPANG KOTA SURABAYA RIULFI HIDAYATULLAH, ACHMAD; , RINDAWATI
Swara Bhumi Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPasar Kupang merupakan pasar yang menyediakan aneka jenis hewan, perlengkapan hewan seperti kandang dan aksesoris serta makanan hewan. Pasar Kupang didominasi oleh pedagang hewan unggas yaitu burung, sehingga pasar ini lebih dikenal sebagai Pasar Burung Kupang. Pasar ini direncanakan oleh pemerintah Kota Surabaya untuk di relokasi ke pasar Karang Pilang, tetapi karena ada permasalahan sosial maka pedagang pasar Burung Kupang lebih memilih pindah dan berjualan di Jl. Kembang Kuning dan di Pasar Grand Medaeng sesuai dengan lokasi ke dua yang baru ditentukan pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak tingkat kondisi sosial dan ekonomi pedagang yang di relokasi dari pasar Burung Kupang.Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang di pasar Burung Kupang yang telah di relokasi dan sudah diketahui berjualan kembali di pasar Grand Medaeng dan di Jl. Kembang Kuning sejumlah 47 responden, terdiri dari 14 responden yang berdagang di jalan Kembang Kuning dan 33 responden berjualan di Pasar Grand Medaeng. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah skoring dengan skala likert.Hasil analisis data menunjukkan dampak kondisi sosial responden setelah di relokasi sangat baik karena dari hubungan berbagai pihak membentuk kelompok sosial seperti paguyuban untuk saling bertukar informasi tentang koleksi burung dan cara perawatannya seperti yang dilakukan oleh pedagang di Jl. Kembang Kuning, namun ada sebagian pedagang yang tidak melakukan hubungan sosial dengan baik karena lokasi relokasi di Pasar Medaeng jauh dari jangkauan pelanggan lama. Dampak kondisi ekonomi responden setelah di relokasi sangat baik karena omset penjualan meningkat, jenis dagangan dan waktu berjualan bertambah seperti di Jl. Kembang Kuning, sedangkan di Pasar Grand Medaeng tidak baik karena omset penjualan menurun dan jam operasional dibatasi.Kata Kunci: relokasi, pasar burung, pedagang, dampak sosial, dampak ekonomi
KEBERADAAN INDUSTRI PT. KEONG NUSANTARA ABADI (WONG COCO) TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA MOJOAYU KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI FRANATU SAKTI WIDODO, DEDY; , RINDAWATI
Swara Bhumi Vol 1, No 3 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakIndustri PT. Keong Nusantara Abadi (Wong Coco) berada di Desa Mojoayu Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri. Keberadaan industri tersebut menjadi salah satu faktor perubahan kondisi masyarakat terutama kondisi sosial dan ekonomi. Perubahan kondisi sosial yang muncul antara lain yaitu perubahan sikap, hubungan sosial dan kontribusi industri terhadap perkembangan desa. Perubahan ekonomi yang terjadi yaitu perub?ahan pendapatan dan pengeluaran masyarakat desa selama satu bulan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik industri, perubahan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dengan keberadaan industri pengolahan lidah buaya.Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan di Desa Mojoayu Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri. Responden dalam penelitian ini antara lain yaitu kepala bidang pertanian, kepala Human Resource Department (HRD), PT. Keong Nusantara Abadi (Wong Coco) dan 100 Kepala Keluarga (KK) masyarakat Desa Mojoayu dengan menggunakan simple random sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu deskriptif persentase.Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik industri pengolahan lidah buaya dilihat dari alasan pemilihan lokasi dan kerjasama dengan masyarakat. Sikap masyarakat mengalami perubahan dengan jumlah 50 KK atau 50%, hubungan sosial masyarakat mengalami perubahan dengan jumlah 69 KK atau 69%, kontribusi industri pengolahan lidah buaya terhadap perkembangan desa dalam kategori kurang aktif dinyatakan dengan jumlah 56 KK atau 56 %. Pendapatan dan pengeluaran masyarakat mengalami perubahan relatif kecil dinyatakan dengan jumlah pendapatan 45% atau 45 KK dan pengeluaran 46% atau 46 KK. Keberadaan industri pengolahan lidah buaya menjadi salah satu faktor yang memberikan perubahan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Mojoayu Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri.Kata Kunci: Industri, kondisi sosial, kondisi ekonomi, lidah buaya
PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN SUMBERREJO TERKAIT KENYAMANAN TINGGAL DAN PENCEMARAN AKIBAT TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH BENOWO KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA DAYU SUWENDAR, RHARA; , RINDAWATI
Swara Bhumi Vol 1, No 3 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak TPA Benowo menjadi barometer pengolahan sampah nasional dan dinilai merupakan tempat pengolahan sampah terbaik oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Benowo sangat membantu mengurangi permasalahan sampah di Kota Surabaya namun di sisi lain, tempat pembuangan akhir Benowo memiliki dampak negatif terkait pencemaran udara dan pencemaran air yang terjadi di area sekitar tempat pembuangan sampah Benowo. Lokasi tempat pembuangan akhir Benowo yang berada dekat dengan pemukiman warga tentu akan mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar, hal penting yang perlu diperhatikan adalah pendapat atau persepsi masyarakat yang bersentuhan langsung dengan lingkungan TPA Benowo terkait dengan kenyamanan tinggal mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terkait kenyamanan tinggal dan pencemaran air dan udara akibat adanya tempat pembuangan akhir sampah Benowo. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner yang disebarkan kepada 97 responden masyarakat Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Kota Surabaya yang potensial. Kemudian dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh berupa analisis kuantitatif dan diukur dengan menggunakan skala berupa skala Likert untuk mengetahui tanggapan responden terhadap masing-masing variabel. Selain menggunakan data primer berupa kuesioner dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder yakni observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Kota Surabaya merasa masih cukup nyaman tinggal di sekitar area tempat pembuangan akhir sampah Benowo Kecamatan Pakal Kota Surabaya. (2) Masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal Kota Surabaya menyadari adanya pencemaran air dan udara oleh TPA Benowo namun masih bisa mentoleransi hal tersebut. Kata kunci: pembuangan akhir, kenyamanan tinggal, pencemaran
KONTRIBUSI USAHATANI TEMBAKAU (NICOTIANAE TABACUM) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA (PETANI TEMBAKAU) DI DESA KETANDAN KECAMATAN LENGKONG KABUPATEN NGANJUK ARIFATUS SADIYAH, BINTI; , RINDAWATI
Swara Bhumi Vol 1, No 3 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDesa Ketandan Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk adalah wilayah yang mempunyai luas baku lahanpaling tinggi dilihat dari data luas panen dan produksi perkebunan tahun 2015. Memiliki topografi 55,0 mdpl, berjenistanah regosol dan curah hujan sebesar 1876,0 mm, sangat mendukung masyarakat dalam membudidayakan pertaniantembakau. Ada 2 jenis tembakau yang dapat ditanam, yakni kasturi dan jinten, dalam pengelolaannya petani tembakautergabung dalam kelompok usahatani yang bekerja sama dengan Badan Penyuluhan Pertanian Kecamatan (BPPK).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar persentase (%) pendapatan dari usahatani tembakauterhadap usahatani lainnya dan kontribusi usahatani tembakau terhadap total pendapatan rumah tangga petani tembakaudi Desa Ketandan Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk.Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan kepada petanitembakau untuk memperoleh jawaban yang dibutuhkan peneliti dalam mengelola data tentang pendapatan dan usahatani yang dikelola. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan populasi semua petani tembakau yangtergabung dalam 5 kelompok usahatani, yakni berjumlah 294 petani. Sampel diambil sebanyak 75 petani tembakau,sedangkan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis menggunakananalisis data deskriptif dan kuantitaf dengan tabel frekuensi tunggal.Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendapatan dari usahatani tembakau per hektar memiliki rata-ratapendapatan sebesar Rp. 3.453.333,00 perbulan. Kontribusi pendapatan dari hasil mengelola usahatani tembakauterhadap total pendapatan rumah tangga adalah sebesar 22,87%. Hasil tersebut berarti bahwa 22,87% total pendapatanrumah tangga diperoleh dari usahatani tembakau. Pendapatan yang diperoleh dari usahatani tembakau sangatmenguntungkan dibandingkan dengan tanaman pertanian non tembakau, sehingga sebagaian besar masyarakatmemenuhi kebutuhan hidupnya dari usahatani tembakau.Kata kunci : Usahatani tembakau, Pendapatan rumah tangga petani tembakau, Kontribusi usahatani tembakau
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSISTENSI INDUSTRI GERABAH DI DESA RENDENG KECAMATAN MALO KABUPATEN BOJONEGORO WAHYU PRABOWO, SASMITO; , RINDAWATI
Swara Bhumi Vol 1, No 3 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDesa Rendeng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, adalah satu-satunya sentra industri gerabah di Kabupaten Bojonegoro yang masih tetap eksis sampai sekarang meskipun mengalami berbagai gempuran zaman, serta persaingan dengan industri gerabah dari kota atau kabupaten lain yang sama-sama memilki kualitas yang bagus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi industri gerabah di Desa Rendeng Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro, strategi eksis pengrajin industri gerabah serta kondisi lingkungan fisik bahan baku tanah liat di bantaran sungai Bengawan Solo dan pegunungan kapur lahan milik perhutani.Jenis penelitian ini adalah survei. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Rendeng Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro, populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengrajin industri gerabah yaitu 117 pengrajin gerabah. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 50% dari total pengrajin yaitu sebanyak 59 responden. Teknik pengambilan sampel dengan mengunakan Proportional random sampling, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket/kuisioner dan dokumentasi, teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dengan prosentase sederhana.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor eksistensi industri gerabah adalah : a) bahan baku masih tergolong mudah didapatkan sebanyak 71,1% responden, b) modal sebagian besar berasal dari modal pribadi pengrajin sebanyak 71,1% responden, c) tenaga kerja kebanyakan berasal dari dalam desa sendiri sebanyak 81,3% responden, d) pemasaran dengan cara menjual barang melalui perantara atau pesanan sebanyak 61% responden, e) pendapatan pengrajin rata-rata sebesar Rp. 600.000 ? 1.500.000 sebanyak 59,9% responden. Strategi eksis yang dipakai oleh pengrajin yaitu dengan memaksimalkan jaringan pemasaran yang sudah ada dan membuat inovasi baru gerabah sebanyak 69,4% responden, kondisi lingkungan fisik bahan baku tanah liat di bantaran sungai Bengawan Solo dan lahan milik perhutani mengalami erosi dan longsor sehingga menghilangkan dua lapisan tanah yaitu lapisan tanah atas (topsoil) dan lapisan tanah bawah (subsoil) yang akan berpengaruh pada kesuburan tanah. Akan tetapi masyarakat tetap memiliki upaya menjaga kondisi lingkungan fisik agar tetap terjaga salah satunya dengan mempertahankan tradisi mengambil tanah liat secukupnya dengan tetap mengunakan cara tradisional dan melakukan penanaman pohon.Kata Kunci : eksistensi industri, strategi eksis, kondisi lingkungan fisik
ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN AKIBAT KEBERADAAN INDUSTRI PENGOLAHAN UDANG DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN FATMA WATI, LENI; , RINDAWATI
Swara Bhumi Vol 1, No 3 (2019)
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, dengan tangan menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya kepada pemakai akhir. Industri yang berdampak kepada lingkungan fisik yaitu udara dan air yang mengeluarkan bau menyengat sehingga masyarakat sekitar dan pengendara yang melewati area pabrik tersebut terganggu. Kenyamanan merupakan faktor penting dari lingkungan tempat tinggal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi air, kualitas udara dan adaptasi masyarakat terhadap kondisi air dan udara di Desa Rejosari Kecamatan Deket. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan metode survey. Lokasi penelitian di Desa Rejosari Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif presentase, data yang diperoleh diprosentase bertujuan agar lebih mudah dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji laboratorium Biological Oxygen Demand (BOD) kondisi air berkisar antara 18,34-39,52 mg/L sehingga berada jauh di atas ambang baku mutu air golongan IV yaitu sebesar 12 mg/L. pH menunjukkan hasil 7,2 sampai 8,8 dengan demikian berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001, masih berada pada batas ambang baku mutu golongan IV. Upaya adaptasi masyarakat mengatakan mereka terganggu karena bau busuk. Masyarakat tetap melakukan aktifitas seperti biasa tanpa menggunakan masker dan juga tidak melakukan upaya untuk menghilangkan bau busuk yang ada. Demo yang dilakukan masyarakat adalah sebagian dari upaya adaptasi agar bau busuk hilang. Kata Kunci: Adaptasi Masyarakat, Lingkungan, Industri Pengolahan Udang