Hikmatu Ruwaida
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amuntai

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

BELAJAR SOSIAL: INTERRELASI ANTARA INDIVIDU, LINGKUNGAN, DAN PERILAKU DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MI MIFTAHUL ANWAR DESA BANUA LAWAS Hikmatu Ruwaida
Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Al-Madrasah Vol. 4, No. 2, Januari-Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (SIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/am.v4i2.316

Abstract

Mata pelajaran Fiqih yang dipelajari di Madrasah Ibdtidaiyah bertujuan agar peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam secara menyeluruh sebagai pedoman bagi kehidupan pribadi dan sosialnya. Peserta didik mempelajari tentang pemahaman tata cara pelaksanaan rukun Islam, pengamalan sederhana  tata cara jual beli sesuai tuntunan syariat, makanan dan minuman yang halal dan haram, dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan inilah yang kemudian menjadi fokus pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah, dimana anak tidak hanya mengenal, tapi diharapkan mampu mempraktikkan hukum syara yang bersifat amaliah dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengenal anak didik dan cara memengaruhinya, tentu pendidik harus mengetahui berbagai teori belajar dan pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya adalah teori belajar sosial yang dipelopori oleh Albert Bandura. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interrelasi individu, lingkungan dan perilaku dalam pembiasaan praktik hukum syara yang bersifat amaliah pada anak MI. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun hasil penelitian menujukkan bahwa untuk mendukung keberhasilan pembelajaran Fiqih di MI Miftahul Anwar, guru memadukan antara pemodelan, proses kognitif dan lingkungan belajar. Pemodelan melibatkan guru, orang tua dan melibatkan seluruh warga sekolah. Anak menjadi observator, mengamati sekaligus meniru tingkah laku lingkungan sekolahnya terutama dari gurunya. Dalam proses pengamatan anak melakukan proses kognitif, yang didukung oleh lingkungan sebagai penguat dari tingkah laku tersebut. Orang tua peserta didik sebagai penyokong keberhasilan pembelajaran Fiqih berperan sebagai motivator sekaligus model pula bagi anak. Dengan adanya relasi antara model, lingkungan belajar dan kognitif berupa keyakinan diri anak bahwa ia mampu dan harus berbuat sesuai dengan standar dalam ajaran agamany, maka amaliah-amaliah yang dipelajari dalam Fiqih Madrasah Ibtidaiyah dapat terinternalisasi dalam diri peserta didik.
Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi : Analisis Kemampuan Mencipta (C6) Pada Pembelajaran Fikih Di MI Miftahul Anwar Desa Banua Lawas Hikmatu Ruwaida
Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Al-Madrasah Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (SIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.069 KB) | DOI: 10.35931/am.v4i1.168

Abstract

Domain Kognitif taksonomi Bloom sering berfungsi sebagai kerangka kerja untuk mengkategorikan tujuan pendidikan, merancang penilaian, dan kurikulum. Taksonomi Bloom diawal kelahirannya secara berurutan meliputi: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Setelah digunakan lebih dari lima puluh tahun sebagai dasar untuk tujuan pendidikan, kemudian megalami revisi pada kisaran tahun 2000 hingga 2001. Revisi pada taksonomi dilakukan dengan mengubah kata benda pada taksonomi menjadi kata kerja. Tujuan semacam itu menunjukkan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan menggunakan sesuatu (kata benda). Revisi oleh Kratwohl dan Anderson menghasilkan taksonomi (1) remember, (2) understand,( 3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, and (6) create. Berdasarkan hasil penelitian pada mata pelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar, anak belum cenderung belum diarahkan ke indikator mencipta disebabkan mereka sudah terbiasa dengan konsep-konsep yang ada dibuku. Selain itu, untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan materi Fikih seperti bersuci dan shalat, mereka belum terbiasa sebab untuk kelas rendah, menurut gurunya anak masih suka bermain. Untuk kelas tinggi, materi Fikih terkait haji dan umrah, haid, jual beli, biasanya anak sudah ada yang bisa memecahkan permasalahan-permasalahan sederhana, seperti jual beli yang pembeli dan penjual tidak berhadapan, mereka sudah berani mengajukan pendapat atau hipotesis terkait hal-hal baru yang hukumnya belum dipelajari dibuku pelajaran.