This Author published in this journals
All Journal Agrokompleks
Budi Harsono
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Simulasi Produksi dan Aspek Ekonomi Usaha Tanaman Jenis Shorea parvifolia dan Dryobalanops lanceolta Budi Harsono
Agrokompleks Vol 17 No 2 (2018): Agrokompleks Edisi Juni
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v17i2.163

Abstract

Dipterokarpa merupakan kelompok jenis pohon penghasil kayu yang telah menjadi komoditi penting dan primadona hasil hutan. Eksploitasi terhadap jenis-jenis ini dimasa ekspor kayu bulat maupun dimasa kini begitu besar sejalan dengan kebutuhan kayu konstruksi dan pertukangan yang meningkat. Hingga kini sumber kayu komersial dipterokarpa masih mengandalkan dari hutan alam, yang saat ini terus mengalami peningkatan intensitas kerusakan. Sementara kondisi hutan di Kalimantan Timur mengalami penurunan yang berakibat pada menurunnya produkstifitas hutan alam baik segi kuantitas (deforestasi) maupun segi kualitasnya (forest degradation). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji simulasi produksi pertumbuhan dalam pengusahaan tanaman jenis meranti merah (Shorea parvifolia Dyer.) dan Dryobalanops lanceolata, dan tingkat pengembalian nominal pengembangan hutan tanaman Dipterokarpa. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kutai Timber Indonesia ( PT KTI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Simulasi potensi Shorea parvifolia dan Dryobalanops lanceolata yang ditanam dengan jarak tanam 2x2m plot dan luas 1000m² bertemu pada umur 40 tahun dengan total volume berturut-turut sebesar 331,84 m3/ha dan 343,57 m3/ha dengan nilai MAI berturut-turut sebesar 8,30 m3/ha/thn dan 8,59 m3/ha/thn dan CAI sebesar 8,03 m3/ha/thn dan 8,52 m3/ha/thn. Tingkat pengembalian nominal Shorea parvifolia pada umur 30, 35 dan 40 berturut-turut sebesar 7,9%; 7,6% dan 6,9%, sedangkan tingkat pengembalian nominal Dryobalanops lanceolata pada umur 30, 35 dan 40 tahun berturut-turut sebesar 8,9%; 8,2% dan 7,5 %. Hal ini jelas terlihat bahwa tingkat pengembalian nominal S. parvifolia lebih besar dari Dryobalanops lanceolata dan lebih besar dari MAR, maka layak untuk diusahakan.
Analisis logam berat tembaga (Cu) pada sungai Pampang Kelurahan Pampang Kecamatan Samarinda Utara Sumarlin Sumarlin; Budi Harsono
Agrokompleks Vol 20 No 2 (2020): Agrokompleks Edisi Juli
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v20i2.215

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh air sungai yang sudah tidak bisa digunakan untuk berbagai keperluan karena kandungan airnya sudah tidak sehat lagi. Tercemarnya air sungai banyak yang disebabkan oleh kebiasaan buruk dan kelalaian manusia. Beberapa tahun belakangan ini air sungai sudah tak jernih lagi. Tak hanya keruh dan berwarna coklat bahkan hitam, air sungai juga kerap berbau tidak sedap. Berubahnya warna dan bau air sungai karena masuknya polutan atau zat- zat kimia, sehingga terjadi pencemaran air sungai. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam berat tembaga (Cu) dan kualitas air pada aliran Sungai Pampang Kelurahan Pampang Kecamatan Samarinda Utara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel air sungai dari ketiga titik aliran air Sungai Pampang bagian hulu memiliki rata-rata 0, 018 mg/L, bagian tengah memiliki rata-rata 0, 012 mg/L, dan bagian hilir memiliki rata-rata 0, 010 mg/L. Kandungan tembaga (Cu) pada ketiga titik berada di bawah Baku Mutu dan memenuhi persyaratan sebagai air bersih sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat atau pengguna perairan Sungai Pampang tentang kandungan logam berat tembaga (Cu), serta dapat menyadarkan warga dari dampak membuang limbah yang mengandung tembaga (Cu) ke lingkungan khususnya air sungai yang membuat air tidak dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.