Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Depth of Field (II) –Sebuah Telaah Ideologis Ruang Ketajaman: Studi kasus terhadap film Roma (2018) Julita Pratiwi
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 11 No. 2 (2020): Sinema, Ideologi, dan Kritik Sosial
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Depth of field, atau khususnya deep focus, tidak dapat dilihat sebagai teknik sinematografi yang memberikan kontribusi dalam memperlihatkan dimensi spasial sebuah film semata. Namun, semenjak teknik ini mencuri perhatian Andre Bazin, keberadaannya sebagai tawaran stilistik cukup dominan dalam menggaungkan agenda realisme pada sinema. Mitry dan Comolli terhitung sebagai sosok yang memberikan tawaran alternatif akan hal ini: ada agenda terselubung untuk menantang cara pandang Bazin. Esai ini mencoba untuk menilik perkembangan perdebatan ini dan bagaimana penerapan teknik ini dapat dibaca kini. Roma (Alfonso Cuaron, 2018) digunakan sebagai studi kasus.
Depth of Field: Sebuah Telaah Historis Ruang Ketajaman Julita Pratiwi
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 9 No. 1 (2017): Mitos dalam Film dan Televisi
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In cinematography, depth of field is understood as the apparent sharpness in front of and behind the exact point of focus. This paper will not pay much attention in the technical aspect of depth of field, but it aims to focus on the historical aspect that becomes the backdrop of its development. This paper attempts to figure out the basic understanding of depth of field in other visual fields that preceeded cinema, namely the art of painting and photography. How did the concept of depth of field develop in painting and photography? Is there any difference between that understanding with the one we recognize in cinema?
Telaah Konstruksi Citra Kepala Negara Kini: Jokowi dan Volog-nya Julita Pratiwi
Jurnal Seni Nasional Cikini Vol 3 No 3 (2018): Jurnal Seni Nasional Cikini Vol. 3 No. 3
Publisher : Riset, inovasi dan PKM - Institut Kesenian Jakarta, DKI Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (661.185 KB) | DOI: 10.52969/jsnc.v3i3.63

Abstract

Media Baru (New Media) memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap bagaimana citra seorang kepala negara dikonstruksi, didistribusi hingga dikonsumsi oleh publik. Hadirnya sosok kepala negara bagi publik tidak terpisahkan dari peran citra yang mampu membentuk ide-ide akan kepemimpinan. Kepala negara dengan seperangkat bahasa visual pada citranya mampu menciptakan narasi besar akan sosoknya yang sentral, besar, intelektual. Namun seiring waktu, kontruksi citra tersebut berubah menjadi narasi yang terpecah-pecah (fragmentasi). Perubahan ini tentunya dipengaruhi oleh kehadiran teknologi digital yang masif. Esai ini hendak mengkaji konstruksi citra Presiden Joko Widodo (2014 s/d 2019), khususnya ketika dirinya kerap mengunggah vlog seputar aktifitasnya di Sub Channel Youtube-nya #JKWVLOG.