p-Index From 2019 - 2024
0.562
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal IMAJI
Budi Wibawa
Institut Kesenian Jakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Problem Etika dalam Kasus Dokumenter Jagal (2012) dan Senyap (2014) Budi Wibawa
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 11 No. 2 (2020): Sinema, Ideologi, dan Kritik Sosial
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jagal (2012) dan Senyap (2014) adalah dua film dokumenter yang sempat menyita perhatian dunia. Kedua film itu berhasil mengangkat isu tentang peristiwa Tragedi 1965, sebuah sejarah kelam negara Indonesia di masa Orde Baru dengan cara yang unik. Isu yang diangkat kedua dokumenter tersebut berhasil menstimulus munculnya kembali berbagai perdebatan hangat terkait kebenaran sejarah peristiwa Tragedi 1965. Sayangnya, kajian mengenai dokumenter tersebut sebagai “teks” yang menggunakan medium “gambar bergerak” justru sering terabaikan, tenggelam di tengah kegaduhan isu yang ditawarkannya, yang lebih sebagai “konteks” yang melebar terlalu luas, ketimbang analisis yang berpegang erat pada “teks” yang ditawarkan oleh film-film itu sendiri.
Suara dan Spiritualitas dalam Film Mohamad Ariansah; Siti Asifa Nasution; Budi Wibawa
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 10 No. 1 (2018): Teknologi dan Storytelling dalam Medium Audio-Visual
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The birth of film at the end of 19th century was a claim towards man’s obsession about movement. The invention of camera as a recording device can be seen as an answer to the problem that disturbs Western civilization since the age of ancient Greece. Camera is able to present movement visually, but there is still one thing that is missing from the invention of the medium. If cinema were only to depend on picture, and negates sound, then the long journey of film invention seems to be for nothing. Why is sound so crucial in film? Wasn’t the purpose of film was only to capture movement visually? This article attempts to see other possibilities from dound in film based on phenomenological approach. The problem of human existence and their relation with the world gives birth to philosophical questions that places film as an alternative to answer this problem. The integration of sound and pictures makes it possible for an understanding towards the world. In the end, man’s longing to understand himself and his spiritual dimension is possible because of film’s potential as a complete audio-visual medium.
Memahami Kepenontonan Film Indonesia Budi Wibawa; Mohamad Ariansah; Bawuk Respati
IMAJI: Film, Fotografi, Televisi, & Media Baru Vol. 8 No. 1 (2016): IMAJI
Publisher : Bidang Satuan Riset dan FFTV - IKJ PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian perihal kepenontonan (spectatorship) merupakan salah satu faktor penting dalam kajian sinema. Makna penelitian kepenontonan film di Indonesia selama ini cenderung mengalami peyorasi. Umumnya, penelitian kepenontonan di Indonesia diarahkan untuk mengukur kuantitas penonton film dalam konteks kepentingan bisnis film, sehingga seringkali terjebak hanya kepada persoalan-persoalan bagaimana memperebutkan pangsa penonton. Sebagai suatu tujuan pragmatis dari sebuah penelitian hal tersebut tentu sah-sah saja. Namun, aspek-aspek lain seperti: psikologi kepenontonan dan kemampuan bentuk dan gaya sinematik tertentu dalam mempengaruhi penonton secara ideologis misalnya, tentu menjadi topik yang tak kalah penting untuk dipahami. Penelitian ini adalah sebuah usaha awal dalam membaca dan memahami kepenontonan film Indonesia.