Tri Maulina Abdullah
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Gorontalo

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

ANALISIS ALTMAN Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA SUB SEKTOR KOSMETIK DAN KEPERLUAN RUMAH TANGGA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2015-2017 Herlina Rasjid; Idham Masri Ishak; Tri Maulina Abdullah
JAMBURA: Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis Vol 1, No 3 (2018): JIMB - Volume 1 Nomor 3 Januari 2019
Publisher : JAMBURA: Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.86 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan yang dialami oleh sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017 dengan menggunakan analisis Altman  Z- Score. Objek yang diteliti adalah perusahaan kosmetik yang terdiri dari 6 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel menggunakan teknik purpose sampling dan dari ke-6 perusahaan tersebut 5 diantaranya memenuhi kriteria. Berdasarkan hasil analisis Altman Z-Score dengan acuan Laporan Keuangan maka didapatkan hasil dari tahun 2015-2017 dapat  diketahui masing-masing perusahaan dengan penjelasan sebagai berikut: (1) Perusahaan yang memiliki nilai Z 2,90 atau perusahaan dikategorikan bebas dari resiko kebangkrutan yaitu PT. MI dengan nilai Z tahun 2015-2017 yaitu 3,71, 3,67, dan 3,31; (2) Perusahaan yang memiliki nilai Z 1,20-2,90 atau perusahaan yang berpotensi kebangkrutan diantaranya PT. AWI Tbk dengan nilai Z tahun 2015-2017 yaitu 2,08, 2,25, dan 1,84, PT. KI dengan nilai Z yaitu 2,23, 2,10, dan 2,06, PT. MB memiliki nilai Z yaitu 2,22, 2,08, dan 1,59, dan PT. MR dengan nilai Z yaitu 2,64, 2,51, dan 2,32; (3) Tidak terdapat perusahaan yang memiliki nilai Z 1,20 atau perusahaan  yang  mengalami  kondisi  keuagan  yang  serius.  Dari hasil yang diperoleh membuktikan bahwa produk kosmetik lokal go public semakin tergeser dengan adanya persaingan produk lokal lainnya yang belum go public dan juga produk luar negeri yang banyak beredar di Indonesia.