Rain Rosidi
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Subroto Sm. dan Konvensi Dalam Seni Rupa Rain Rosidi
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.140

Abstract

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa dosen seni rupa di ISI Yogyakarta tidak dapat berperan secara maksimal sebagai seorang seniman. Secara sosial, fungsi pendidik seni ditempatkan sebagai bagian dari struktur support yang mempersiapkan mahasiswa seni menjadi calon seniman.  Fungsi ini mengurangi kesempatan seorang dosen seni untuk merintis karir kesenimanannya sendiri. Karir seniman perupa mempunyai sifat khusus yang berbeda dengan karir di bidang lain, karena karir di bidang ini susah diukur tingkat profesionalitas kerjanya, batasan waktu kerja, ruang kerja, dan jangkauan karirnya di masyarakat secara luas. Dosen seni harus mengadakan pertemuan-pertemuan belajar mengajar dengan mahasiswanya di kelas atau studio, dan juga segala aktivitas sebagaimana dosen bidang lainnya, sementara untuk menjadi seniman, dia juga harus menyisihkan waktunya bekerja di rumahnya untuk membuat karya seni. Diluar proses produksi karya, seorang seniman juga dituntut untuk selalu mengeksplorasi kreativitasnya dengan mencari bentuk-bentuk dan gagasan-gagasan baru. Proses penciptaan karya seni memerlukan waktu dan konsentrasi tinggi dari pelakunya. Kendala waktu menjadi salah satu alasan kuat yang membatasi peluang mereka menjadi seniman yang utama atau yang sering disebut sebagai “full time artist”. Pada kenyataannya, terdapat sebagian kecil dosen yang dengan kemampuan yang dimilikinya tetap mengambil bagian dari medan sosial seni utama di Indonesia. Mereka berkarya di sela-sela waktu luang mengajar disisihkan untuk membuat karya seni. Persoalan biaya hidup menjadi masalah yang sudah terselesaikan, walaupun pada akhirnya para dosen yang seniman juga mengalami kesulitan pendanaan untuk membuat karya yang berbiaya tinggi.