Sitti Maryam Bachtiar
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH PMR (PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION) TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OP BPH (BENIGN PROSTATE HIPERPLASIA) Sitti Maryam Bachtiar
Media Keperawatan:Politeknik Kesehatan Makassar Vol 10, No 2 (2019): Media Keperawatan : Poltekkes Kemenkes Makassar
Publisher : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.504 KB) | DOI: 10.32382/jmk.v10i2.1320

Abstract

ABSTRACT Preliminary. Pain is the most common complaint experienced by post-surgical patients, in which clients who experience pain are less able to participate in daily activities and severe pain can hinder a person's lifestyle if not treated immediately. Progressive relaxation techniques (PMR) are one of the techniques which is used in reducing pain in patients, especially post-surgical patients. The results of the study by Aprina, which was carried out in the room fined Dr. H. Abdul Moeloek of Lampung Province in 2017, showed that the intensity scale of post op Benign Prostate Hyperplasia pain before progressive relaxation therapy resulted in a mean of 5.20 with a standard deviation of 0.834 while the pain intensity scale after progressive relaxation therapy obtained a mean result of 3.60 with a standard deviation of 0.681. By this findings,  it can be concluded that progressive relaxation techniques have a major effect on reducing pain intensity. Aim. This study aimed  to determine the effect of progressive relaxation on pain intensity in BPH post op patients in TK II Pelamonia Makassar Hospital. Research methods. The research design was Quasi Experiment with One Group Pre-Post Test research designed with sampling technique using accidental sampling technique. The number of samples used in this study were 20 respondents. Data collection used  observation sheets and the data analysis used univariate and bivariate analysis with Wilcoxon test. Results. The results of the study showed that the mean result of the pain intensity scale before progressive relaxation therapy  was 5.20 with a standard deviation of 0.834 while the pain intensity scale after progressive relaxation therapy was 3.60 with a standard deviation of 0.681. The statistical test results obtained ρ-value 0.000 (ρ-value 0.000 <α 0.05), Conclusion. The conclusion in this study revealed that there was an effect of PMR (Progressive Muscle Relaxation) on the reduction in pain intensity in BPH post op patients in TK II Pelamonia Makassar Hospital. Suggestion. The suggestion of this study is that PMR as one of the therapies can reduce pain intensity in BPH post op patients and health workers need to get PMR therapy training. Keywords: BPH, Pain, Progressive Relaxation  ABSTRAK Pendahuluan. Nyeri merupakan keluhan tersering yang dialami pasien post Operasi dimana klien yang mengalami nyeri kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari dan nyeri yang berat dapat menghambat gaya hidup seseorang apabila tidak segera diatasi dan teknik relaksasi progresif (PMR) merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam menurunkan nyeri pada pasien khususnya pasien pasca bedah. Hasil penelitian oleh Aprina, yang dilakukan di ruang kutilang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung  tahun 2017, bahwa skala intensitas nyeri post op Benign Prostat Hiperplasia sebelum dilakukan terapi relaksasi progresif didapatkan hasil mean 5,30 dengan standar deviasi 0,844. sedangkan skala intensitas nyeri sesudah terapi relaksasi progresif didapatkan hasil mean 3,50 dengan standar devisiasi 0,671, maka dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi progresif berpengaruh besar dalam menurunkan intensitas nyeri. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh relaksasi progresif terhadap intensitas nyeri pada pasien post op BPH di RS TK II Pelamonia Makassar. Metode penelitian. Rancangan penelitian yaitu Quasi Eksperimen dengan desain penelitian One Group Pre- Post Test dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 20 responden. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi, analisa data  menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Wilcoxon. Hasil. Hasil penelitian yaitu skala intensitas nyeri sebelum terapi relaksasi progresif didapatkan hasil mean 5.30 Dengan standar deviasi 0.844. Sedangkan skala intensitas nyeri sesudah terapi relaksasi progresif didapatkan hasil mean 3.50 dengan standar devisiasi 0.671 hasil uji statistik didapatkan nilai ρ-value 0.000 (ρ-value 0.000 < α 0.05), Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh PMR (Progressive Muscle Relaxation) terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post op BPH di RS TK II Pelamonia Makassar. Saran. Saran penelitian ini yaitu PMR menjadi salah satu terapi untuk penurunan intensitas nyeri pada pasien post op BPH dan tenaga kesehatan perlu mendapatkan pelatihan terapi PMR. Kata kunci : BPH, Nyeri, Relaksasi progresif
PENERAPAN ASKEP PADA PASIEN TN. B DENGAN TUBERKULOSIS PARU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN Sitti Maryam Bachtiar
Media Keperawatan:Politeknik Kesehatan Makassar Vol 9, No 1 (2018): Media Keperawatan:Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.416 KB) | DOI: 10.32382/jmk.v9i1.133

Abstract

Abstrak Latar belakang. Menurut WHO, Tuberculosis (TB) menjadi masalah kesehatan dunia, setengah persen dari penduduk dunia terserang penyakit ini, sebagian besar berada di Negara berkembang, di Indonesia tahun 2013 sebesar 183 per 100.000 penduduk dengan angka kematian sebesar 25 per 100.000 penduduk, tahun 2014 meningkat menjadi 399 per 100.000 penduduk dengan angka kematian yang juga miningkat menjadi 41 per 100.000 penduduk. Data tersebut menunjukkan, angka kejadian TB di Indonesia masih tinggi, sehingga diperlukan upaya pencegahan dan pemberantasan TB_Paru yang di lakukan dengan pendekatan Directly Observe treatment Shortcourse (DOTS) atau pengobatan TB_Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) sehingga dalam studi kasus ini diharapkan dapat membantu penderita TB paru dalam pemenuhan kebutuhannya sehingga angka penderitaan TB menurun.Tujuan. Memperoleh gambaran keberhasilan penerapan askep pada Tn B dengan Tuberculosis Paru dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan.Metode. Studi kasus ini menggunakan rancangan analisis deskriptif. Dengan pendekatan proses keperawatan. terhadap pasien tuberculosis paru dalam pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan format pengkajian, format wawancara dan lembar observasi.Hasil. Diagnosa keperawatan, Resiko penyebaran infeksi b/d kurangnya pengetahuan untuk menghindari pemaparan pathogen. Hasilnya menunjukkan prilaku pencegahan penularan penyakit yaitu pasien sudah menggunakan masker, klien nampak mulai menutup mulut saat batuk, klien nampak tidak membuang dahak di sembarang tempat, jendela rumah nampak sudah terbuka pada saat siang hari. Klien mengatakan, mulai memahami bahwa penyakit TB Paru adalah salah satu penyakit yang menular, klien mengatakan  sudah memahami bagaimana proses penularan dan cara pencegahan penyakit yang di deritanya. Obyektif: TTV didapatkan hasil : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 86 x/menit, Suhu : 38ᵒC,  Pernapasan : 28 x/menit.Kesimpulan. Resiko penyebaran infeksi b/d Kurangnya pengetahuan untuk menghindari pemaparan pathogen teratasi didukung dengan data yang sesuai dengan kriteria hasil yang ditegakkan. Kata kunci : Asuhan Keperawatan, keamanan dan keselamatan, Tuberculosis Paru DAFTAR PUSTAKADharma, K. K. (2011). metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Health Books Publishing.Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jogjakarta: Salemba Medika.Jourdan, C., Lisa, T., Douglas, P., Desai, A.S. (2016).Contact Investigations Around Mycobacterium tuberculosis Patients Without Positive Respiratory Culture https://www.nursingcenter.com/journalarticle?Article_ID=3411966&Journal_ID=420959&Issue_ID=3411494. Lippicot, NursingCenter. Kawatstu, L., Uchimura, K., Ohkado, A., Kato, S. (2018), A combination of quantitative and qualitative methods in investigating risk factors for lost to follow-up for tuberculosis treatment in Japan - Are physicians and nurses at a particular risk. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29906287. doi: 10.1371/journal.pone.0198075. eCollection 2018.NCBI, Pubmed. Manurung, S., Suratun, Krisanty, P., & Ekarini, N. P. (2013). Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. DKI Jakarta: CV. Trans Info Medika.Nizar, M. (2017). Pemberantasan Dan Penanggulangan Tuberculosis. Yogyakarta: Gosyen Publishing.Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.Sudarianto, Mursalim, & Nur, M. (2011). Profil Kesehatan Sulawesi Selatan 2011. 71.Sullis, G., Combary, A., Getahun, H., Gnanou, S., Giorgetti, P.F., Konseimbo, A., Capone, S., Hamada, Y., Baddeley, A., Matteelli, A. (2018). Implementation of tuberculosis prevention for exposed children, Burkina Faso. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29904221. doi: 10.2471/BLT.17.201343. Epub 2018 Apr 20. NCBI, Pubmed.Syam, M. S., Riskiyani, S., & Rachman, W. A. (2013). Dukungan Sosial Penderita Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ajangale Kabupaten Bone 2013. 2.Tiara, H., Laode, A. A., & Karma, I. (2015). Analisis Spasial, Kolerasi Dan Trend Kasus TB Paru BTA positif Menggunakan WEB Sistem Informasi Geografis Di Kota Kendari Tahun 2013-2015. 2.Wardhani, R. (2014). Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
GAMBARAN PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA DESCRIPTION OF THE APPLICATION OF NURSING CARE IN THYPOID PATIENTS IN THE FULFILLMENT OF NUTRITION NEEDS IN TK II PELAMONIA HOSPITAL Sitti Maryam Bachtiar
Media Keperawatan:Politeknik Kesehatan Makassar Vol 10, No 1 (2019): Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.799 KB) | DOI: 10.32382/jmk.v10i1.960

Abstract

ABSTRACTPreliminary. Typhoid is an acute infectious disease of the small intestine caused by germs Salmonella thypi, salmonella parathypi A, salmonella parathypi B, and salmonella parathypi C which affect the digestive tract with symptoms of fever more than 7 days, even impair consciousness. It mostly affects children aged 12- 13 years (70% -80%), 30-40 years (10% -20%) and above 12-13 years (5% -10%). Clinical signs and symptoms of digestive tract disorders include the tongue is covered with a dirty membrane, nausea vomiting, and  no appetite so nutrients are reduced. According to the World Health Organization (WHO) in 2016, it is globally estimated to occur every year, around 21 million cases and 222,000 cause deaths.Aim. Carrying out the application of nursing care to patients with typhoid in fulfilling nutrition needs. Method. Using descriptive designs, the data was presented in the form of case studies using the nursing process approach. Research result. After the application of nursing care to the nutrition problem that was less than the body's needs related to inadequate intake, with nursing actions carried out  by studying dietary patterns, observing bloated, nausea and vomit, measuring vital signs, measuring the patient's body mass index, recommending to eat a little but often, weighing the patient's weight, recommending bed rest, explaining the importance of adequate nutrition, administering diet and therapy, it was obtained some results that the patients said that the stomach did not feel bloated and  nauseous and food started to taste good in the mouth so the patients could spend 1 portion of food.Conclusion. After nursing actions for 4 days, the problem of nutritional needs for patients could be overcome. Suggestion. There are some advices for hospital nurses namely the importance of providing understanding to the patients’  family about proper nutrition in typhoid patients and teaching several interventions that can be applied at home independently at home by patients’ family. Keywords: Nutrition Nursing care, fulfillment of nutritional needs, typhoid ABSTRAKPendahuluan. Typhoid  adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypi dan salmonella parathypi A, salmonella parathypi B, dan salmonella parathypi C yang mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, bahkan terjadi gangguan kesadaran, yang banyak menyerang anak usia 12-13 tahun (70%-80%), pada usia 30-40 tahun (10%-20%) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (5%-10%), tanda dan gejala klinis terjadi gangguan saluran pencernaan diantaranya lidah tertutupi selaput kotor, mual muntah, tidak nafsu makan, sehingga nutrisi berkurang. Menurut World Health Organisation (WHO), 2016 secara global di perkirakan setiap tahunnya terjadi sekitar 21 juta kasus dan 222.000 menyebabkan kematian.Tujuan. melakukan penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Typhoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.Metode. menggunakan rancangan deskriptif, data di sajikan dalam bentuk studi kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan.Hasil Penelitian. Setelah penerapan asuhan keperawatan pada masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, dengan tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mengkaji pola makan, mengobservasi adanya kembung, mula dan muntah, melakukan pengukuran tanda-tanda vital, mengukur indeks massa tubuh pasien, menganjurkan makan sedikit tapi sering, menimbang BB pasien, menganjurkan tirah baring, menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, penatalaksanaan pemberian diet dan terapi, diperoleh hasil yaitu pasien mengatakan perut tidak terasa kembung, tidak merasa mual, makanan mulai terasa enak di mulut sehingga pasien dapat menghabiskan 1 porsi makan,Kesimpulan. setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 4 hari, masalah kebutuhan nutrisi terhadap pasien dapat teratasi.Saran. Saran bagi perawat rumah sakit, yaitu pentingnya memberikan pemahaman kepada keluarga pasien tentang nutrisi yang tepat pada pasien thypoid, mengajarkan beberapa intervensi yang bisa dilakukan di rumah, agar dapat di aplikasikan oleh keluarga pasien secara mandiri di rumah. Kata kunci : Asuhan Keperawatan nutrisi, pemenuhan kebutuhan nutrisi, typhoid
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TEKHNIK GUIDED IMAGERY PADA PASIEN PRE OPERATIF Sitti Maryam Bachtiar; Muhammad Purqan Nur
Media Keperawatan:Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14, No 1 (2023): Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/jmk.v14i1.3269

Abstract

Pendahuluan. Kecemasan pre operasi merupakan Perasaan takut akan nyeri yang dirasakan pada saat operasi atau adanya rasa khawatir akan terjadinya kegagalan dalam prosedur operasi, sehingga kecemasan sebelum operasi bisa menyebabkan hipertensi, peningkatan detak jantung dan dapat menyebabkan perdarahan dan menurut penelitian yang telah dilakukan Ulfa (2017), tingkat kecemasan pasien yang menjalani operasi, 20% dengan kecemasan ringan, 73% kecemasan sedang dan 7% dengan kecemasan berat. Oleh karena itu, maka perawat perlu memberikan tindakan pre operatif salah satunya adalah tekhnik guided imagery. Tujuan. menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operatif abses appendikular menggunakan metode guided imagery. Metode. Menggunakan rancangan pre test–posttest, dengan sampel pasien dengan pre operatif abses apendikular. Cara pengumpulan data dengan menggunakan instrumen wawancara dan observasi. Analisa data dengan Analisis bivariat dengan dua variabel, menganalisis perbandingan tingkat kecemasan sebelum dan setelah penerapan teknik guided imagery. Hasil: Ada 20 tanda dan gejala kecemasan yang dialami pasien, kemudian setelah diterapkan teknik guided imagery terjadi penurunan tanda dan gejala yang dialami oleh pasien menjadi 10. Sebelum pasien diantar ke ruang operasi kembali dilakukan pemeriksaan tanda dan gejala kecemasan pada pasien dan didapatkan sebanyak 10 tanda dan gejala kecemasan. Setelah diberikan teknik guided imagery, terjadi penurunan tanda dan gejala kecemasan menjadi 5 tanda dan gejala kecemasan Kesimpulan Teknik guided imagery mampu menurunkan kecemasan pada pasien pre operatif sehingga penting bagi perawat untuk menerapkan teknik guided imagery ini