p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Al-Qalam Harmoni
Aksa Aksa
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERISTIWA DONGGO 1972 DI BIMA DALAM MELAWAN REZIM ORDE BARU Aksa Aksa
Al-Qalam Vol 25, No 3 (2019)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/alq.v25i3.785

Abstract

Paper ini menjelaskan tentang gerakan sosial masyarakat yang terjadi di Bima dalam melawan rezim Orde Baru. Aksi Massa di Bima yang dimotori oleh elit masyarakat Donggo lebih dikenal dengan istilah ‘Peristiwa Donggo 1972’. Sebagai sebuah gerakan sosial masyarakat di tingkat lokal, Dou Donggo mampu bersatu membangun kekuatan massa yang didasari oleh kekuatan solidaritas etnik. Peristiwa ini dilatari oleh kebijakan dan tindakan Soeharmadji (Bupati Bima) yang dinilainya disktiminatif dan cenderung mengabaikan pembangunan di wilayah Donggo. Selain itu, Soeharmadji selalu bertindak otoriter dan militeristik, tidak sedikit masyarakat Donggo menjadi korban keganasan rezimnya. Tindakan diskriminatif rezim dan rasa kekecewaan masyarakat memicu lahirnya perlawanan dalam bentuk gerakan massa. Menariknya aksi massa ini dimotori oleh tokoh intelektual, tokoh agama, tokoh adat, tokoh spiritual dan tokoh politisi muda. Kolaborasi elit-elit lokal menjadi spirit tersendiri bagi perlawanan masyarakat atas rezim Orde Baru di Bima pada tanggal 22 Juni 1972. Pasca aksi massa, aparat keamanan meresponnya dengan tindakan yang refresif, tokoh-tokoh yang menjadi aktor gerakan sosial ditangkap, disiksa, dan dipenjara demi mengakhiri semangat perlawanan Dou Donggo. Peristiwa ini menjadi bagian catatan kelam dari beberapa rentetan peristiwa sejarah represifitas rezim Orde Baru. Tulisan ini bertujuan menjelaskan sisi kemengapaan ‘Peristiwa Donggo 1972’ itu terjadi mulai dari latar belakang dan terjadinya peristiwa serta dampak yang ditimbulkannya. Metode yang digunakan yaitu metode penulisan sejarah yang melalui empat tahapan: heuristik, kritik sumber (verifikasi), interpretasi dan historiografi. Metode penulisan berguna untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan cara mengumpulkan data, mengevaluasi serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai kesimpulan yang utuh.
MODERASI BERAGAMA BERBASIS BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL PADA MASYARAKAT DONGGO DI BIMA (TINJAUAN SOSIO-HISTORIS) Aksa Aksa; Nurhayati Nurhayati
Harmoni Vol. 19 No. 2 (2020): Juli-Desember 2020
Publisher : Research and Development Center for Guidance for Religious Societies and Religious Services, the Research and Development and Education and Training Agency of the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia (MORA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32488/harmoni.v19i2.449

Abstract

This paper describes religious moderation based on culture and local wisdom in the Donggo community in Bima. This paper examines the standpoint of culture and local wisdom in assessing religious moderation for the Donggo community. This research is a historical research with a socio-cultural approach. The input methodology is the flow of the flow in the historical methodology which takes the stages of heuristic, criticism, interpretation and historiography. The results showed that the Donggo area (Dana Donggo) is a place for culture and local wisdom as well as a role model for diversity in the midst of religious plurality. Interestingly, religious moderation in the Donggo (Dou Donggo) community is actually united by a variety of cultural expressions and local wisdom, not because of religious factors. Meanwhile, religious moderation is increasingly taking root in the midst of religious plurality because it is supported by the use of symbols, identities and rites of ‘Raju Culture’ as social glue without religious barriers.