Husnul Fahima Ilyas
Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

SIJEPPU ADA PAPPASENNA TOMATOWAÉ MEMBINCANG MEDIA AHMADIYAH Husnul Fahima Ilyas
Al-Qalam Vol 19, No 1 (2013)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.562 KB) | DOI: 10.31969/alq.v19i1.142

Abstract

Tulisan ini menguraikan tentang media tulis Ahmadiyah Sijeppu Ada Pappasenna Tomatowaé yang spesifik dengan nuansa lokal. Lektur ini diramu sedemikian rupa dengan simbol-simbol budaya lokal untuk memperteguh ajaran Ahmadiyah, melalui pesan leluhur orang Bugis mengenai kehidupan manusia yang saling bertikai satu sama lain, kemudian datanglah seseorang yang bisa memperbaiki kehidupan manusia yang digelar “Topute Innong Kinnongnge”. Sosok tokoh To Pute Innong Kinnongnge dikaitkan dengan ajaran Ahmadiyah semisal dalam cara memegang pemerintahan, menunjukkan jalan kesepuluh, dan sebagai Tomanurung yang menegakkan adat dan agama di tanah Bugis. Hal ini mengindikasikan interpretasi dari pemaknaan simbol yang digunakan sangat memudahkan dalam memahami ajaran Ahmadiyah.
MELACAK JEJARING KITAB BAHARI DI PASER KALIMANTAN TIMUR Husnul Fahima Ilyas
Al-Qalam Vol 18, No 1 (2012)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (849.36 KB) | DOI: 10.31969/alq.v18i1.218

Abstract

Artikel ini memberikan infomasi berkaitan maping kitab-kitab bahari di Paser Kalimantan Timur, berfokuspada kitab-kitab bahari atau naskah klasikyang masih tersimpan di masyarakat. Pemetaan ini dilalukanberdasarkan data-data inventarisasi yang telah diperoleh di lapangan sebanyak 31 naskah. Kitab bahariyang telah diinvetarisir ditulis mulai abad XVII sampai abad XX berdasarkan kolofon bahan alas yangdigunakan. Kondisi fisik ke-63 naskah yang telah ditemukan, diperkirakan sekitar 85% dalam keadaanbaik, utuh, dan masih bisa terbaca, selebihnya sekitar 15% rusakyang dipengaruhi oleh faktor usia, iklimtropis, zat kimiayang berasal dari tinta, seragga, debu, dan lain sebagainya.
AJARAN SANDO BUTA Menelusuri Faham Keagamaan Sando Buta Melalui Media dan Realita Husnul Fahima Ilyas
Al-Qalam Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.082 KB) | DOI: 10.31969/alq.v20i2.186

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian case study (studi kasus) yang berupaya untuk mengungkapkankeseluruhan informasi. Permasalahan yang difokuskan dalam penelitian ini mengenai pahamkeagamaan annangguru buta, dan apa yang mendasari ikut dalam aliran Sando Buta serta bagaimanarespon masyarakat mengenai tokoh tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pahamkeagamaan Annangguru Buta, mengetahui sistem penyebaran faham Annangguru Buta, dan mengetahuirespon masyarakat dan tokoh agama terhadap paham keagamaan Annangguru Buta. Data-data yangdiperoleh dari hasil wawancara dan observasi dianalisis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitianini menunjukkan bahwa ajaran yang dibawah oleh Annangguru Buta berorientasi pada keselarasanhubungan antara manusia dan Tuhannya (hablun minallah) serta manusia dan sesamanya (hablunminannas) dengan penekanan pada perbaikan niat dalam melakukan sholat dan kebersihan hati. Selainitu, juga menekankan operasionalisasi paham keagamaan dalam kehidupan sehari-hari seperti dalampemotongan hewan dan proses melahirkan. Pokok ajaran Sando Buta yaitu sunnah tallu, sambayang(sholat), mappepaccing di batang alawe (kebersihan hati), mappipiana (membantu persalinan),sambahyang anak (sholat bayi). Ajaran-ajaran yang diajarkan oleh Annangguru Buta sama sekali tidakmelanggar aqidah pondasi ajaran Islam.
Nilai-Nilai Luhur dalam Pappasang Masyarakat Mandar Husnul Fahima Ilyas
PUSAKA Vol 7 No 2 (2019): Pusaka Jurnal
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6737.735 KB) | DOI: 10.31969/pusaka.v7i2.263

Abstract

Artikel ini membahas tentang pappasang berupa nasihat atau pesan bijak yang disampaikan dalam bentuk tutur (lisan) oleh penyampainya banyak bermuatan wasiat atau pesan-pesan leluhur yang berisi kaidah-kaidah atau norma kesusilaan. Fokus permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Seperti apa wujud pappasang dalam masyarakat Mandar? Bagaimana masyarakat Mandar menyampaikan nilai-nilai keagamaan dalam pappasang kepada generasinya? Sejauhmana implemantasi nilai-nilai keagamaan pada pappasang dalam kehidupan masyarakat?. Tujuan penelitian untuk mengetahui wujud pappasang dalam masyarakat Mandar untuk mengetahui cara masyarakat Mandar menyampaikan nilai-nilai keagamaan yang ada dalam pappasang kepada generasinya. Mengidentifikasi implementasi nilai-nilai keagamaan pada pappasang dalam masyarakat Mandar. Metode yang digunakan berupa penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosial menelusuri pappaseng secara menyeluruh dari semua aspek. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan yang terdiri atas tetuah kampung tokoh adat, agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda. Sedangkan sumber tertulis berasal dari manuskrip atau naskah yang ditemukan di Mandar. Data primer dikumpulkan dengan berbagai macam cara, yaitu wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi pappasang di antaranya mengenai hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan alamnya. Pappasang sebagai media untuk pembentukan jati diri dan menjadi salah satu landasan dalam mempertahankan nilai-nilai luhur yang ditanamkan oleh para leluhur orang Mandar yang membentuk manusia yang malaqbiq yang mengenal istilah siriq dalam kehidupan, adat istiadat agar mempunyai harga diri, kehormatan, dalam perwujudan sikap.
Lasadindi: Ulama Pejuang Islam dan Tokoh Gerakan dari Tanah Kaili Husnul Fahima Ilyas; Jefrianto Jefrianto
PUSAKA Vol 2 No 1 (2014): Pusaka jurnal
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.983 KB)

Abstract

Artikel ini mengungkap tentang kehidupan dan peran Lasadindi di Tanah Kaili sebagai ulama lokal yang berasal dari Sulawesi Tengah, yang memainkan peran dalam mempertahankan kemerdekaan, sekaligus mengembangkan agama Islam di daerahnya. Selain itu tokoh lokal ini juga melibatkan dirinya ke dalam organisasi gerakan Syarikat Islam untuk memperjuangkan kemerdekaan. Keberhasilannya dalam mengemban misi Islam dianggap bisa membumikan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam kehidupan suku Kaili yang tradisional. Kehadirannya di tanah Kaili juga dikenal sebagai salah seorang Raja di Kerajaan Sindue, suatu kerajaan yang saat ini wilayahnya berada dalam Kabupaten Donggala. Data tersebut diperoleh dengan teknik wawancara, studi dokumen, kajian pustaka, dan observasi terhadap lingkungan tempat ulama semasa hidupnya.
Makna dan Simbol Pada Tradisi Pembacaan Ratek Mauduk di Komunitas Makassar Husnul Fahima Ilyas
PUSAKA Vol 8 No 2 (2020): Pusaka Jurnal
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31969/pusaka.v8i2.417

Abstract

Seni tradisi ratek merupakan bentuk budaya tradisional dilaksanakan dalam bentuk ritual yang disakralkan dalam bentuk pelaksanaan mauduk (maulid). Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah apa makna dan simbol yang terdapat dalam tradisi pembacaan Ratek Mauduk di komunitas Sayyid Al-adid? apa fungsi dan makna yang terkandung dalam Ratek Mauduk? Tujuan penelitian untuk mengungkap makna simbol yang terdapat dalam tradisi pembaca Ratek Mauduk baik berupa gerak ataupun smbol-simbol yang digunakan dalam proses Mauduk. Selain itu mengungkap fungsi dan makna yang terkandung dalam pembacaan Ratek Mauduk. Hasil temuan penelitian ini mengungkapkan bentuk-bentuk ekspresi dari komunitas Sayyid Al-Aidid yang diekspresikan dengan mengkombinasikan suara dan gerak. Gerak yang dilakukan ketika akratek dideskripsikan sesuai dengan penafsiran masyarakat setempat dan berdasarkan pada teori simbol dan makna. Terdapat enam gerakan inti dalam pembacaan ratek: tafakkuruk, laharak, parrannu-rannuang ri nabiya, dipatarek limayya dan buang takaberek, katterek, dan aknganro. Selain itu terdapat perlengkapan ritual yang wajib hadir dalam ritual Mauduk. Keseluruhan perlengkapan dan gerak ini mnegandung nilai-nilai religius yang bersifat sakral dalam kehidupan komunitas Sayyid Al-Aidid untuk keselamatan dunia dan akhirat. Selain itu makna simbolik berisi tentang pemahaman syariat, makrifat, tarikat, dan hakikat sesuai dengan pemahaman masyarakat Sayyid dalam menerapkan ajarannya.