Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

VARIASI GENETIK IKAN TUNA SIRIP KUNING, Thunnus albacares DENGAN ANALISIS ELEKTROFORESIS ALLOZYME DAN Mt-DNA Gusti Ngurah Permana; Jhon Harianto Hutapea; Haryanti Haryanti; Sari Budi Moria Sembiring
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.753 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.41-50

Abstract

Sampel ikan tuna sirip kuning, T. albacares diambil dari tiga lokasi (perairan Bali, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara) dan dilakukan analisis variasi genetik dengan metode elektroforesis allozyme menggunakan 15 enzim dan mt-DNA dengan 4 enzim restriksi. Hasil penelitian ini diperoleh 4 lokus enzim polimorfik yaitu: Idh-*2 (isocitrate dehydrogenase), Gpi-2* (glucose phoshate dehydrogenase ), Mdh-1* (malat e dehydrogenase), dan Est-1* (esterase). Frekuensi alel allozyme terlihat adanya perbedaan yang nyata (Fst = 0,12; P<0,05) antar lokasi yaitu Bali (A, B, C, D), Sulawesi Utara dan Maluku Utara (A, B, C). 15 komposit haplotipe ditemukan pada populasi Bali, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara. Haplotype diversity pada populasi Bali 0,886; Sulawesi Utara 0,790; dan Maluku Utara 0,785; dengan rata-rata dari haplotype diversity adalah 0,857. Jarak genetik dari ketiga populasi berkisar antara 0,003--0,023 (rata-rata 0,016). Populasi Maluku Utara dan Sulawesi Utara mempunyai jarak genetik terdekat yaitu 0,003. Hal ini merupakan indikator bahwa Sulawesi Utara dan Maluku Utara sering digunakan sebagai jalur migrasi dengan adanya kesamaan alel yang ditemukan pada kedua populasi tesebut, jika dibandingkan dengan populasi Bali (0,023).
VARIASI MORFOMETRIK DAN ALLOZYME CALON INDUK RAJUNGAN, Portunus pelagicus DARI BEBERAPA PERAIRAN DI INDONESIA Gusti Ngurah Permana; Sari Budi Moria; Haryanti Haryanti; Bambang Susanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (912.771 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.2.2006.235-244

Abstract

Sampel diambil dari empat populasi rajungan yang berbeda yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variasi morfometrik dan allozyme dari calon induk rajungan. Hasil yang diperoleh yaitu variasi genetik rata-rata keempat populasi sangat rendah (0,0025). Rajungan dari Jawa Tengah dan Bali mempunyai nilai heterosigositas tertinggi yaitu 0,004 sedangkan populasi Sulawesi Selatan dan Jawa Timur (0,001). Jarak genetik populasi Jawa Timur dan Bali (0,0013), kemudian Jawa Tengah (0,0016), dan Sulawesi Selatan (0,002). Uji analisis komponen utama (Principal component analysis, PCA), menunjukkan bahwa secara morfometrik rajungan jantan dan betina yang berasal dari populasi Cilacap-Jawa Tengah dan P. Saugi-Sulawesi Selatan dapat membentuk satu sub populasi yang sama, sebaliknya populasi asal Negara-Bali membentuk sub populasi tersendiri. Korelasi yang erat antara nisbah panjang dan lebar karapas terhadap bobot tubuh ditemukan pada populasi P. Saugi-Sulawesi Selatan dan Cilacap-Jawa Tengah sebaliknya pada populasi Negara-Bali mempunyai korelasi yang rendah.Samples were collected from South Sulawesi, Central Java, East Java, and Bali. Genetic variation from allozyme was consistently low in all populations (0.0025) This research aimed to know morphometric and allozyme variation of Swimming Blue Crab, Portunus pelagicus from Indonesian waters. Population from Central Java and Bali had the highest heterozigosity value (0.004) compare to those from South Sulawesi and East Java (0.001). Sample cluster according to the pair’s genetic distance showe that East Java and Bali population has the smallest value (0.0013). By contrast, the largest value was observed in Central Java (0.0016) and South Sulawesi population (0.002). Principal Component Analysis showed that morphometrically male and female swimming blue crabs from Saugi and Cilacap population can build one identical subpopulation On the other hand population originated from Negara made a separate subpopulation There high correlation between carapace length and width ratio on population of P. Saugi-South Sulawesi and Cilacap-Central Java, on the other hand, Negara-Bali population had a low correlation.
PERKEMBANGAN EMBRIO IKAN TUNA SIRIP KUNING ( Thunnus albacares ) Jhon Harianto Hutapea; Gusti Ngurah Permana; Retno Andamari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.39 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.1.2007.9-14

Abstract

Pemeliharaan induk ikan tuna sirip kuning dalam bak beton telah berhasil dilakukan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol-Bali bekerja sama dengan Overseas Fishery Cooperation Foundation (OFCF) Jepang. Pemijahan induk secara alami juga telah berhasil. Untuk mendukung program pembenihan ikan tuna, maka perlu diketahui informasi dasar yang dimulai dengan pengamatan perkembangan embrio. Telur yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil pemijahan secara alami dari induk-induk yang dipelihara dalam bak beton. Telur yang terkumpul dalam kolektor telur dipanen lalu diinkubasi dalam bak penetasan bervolume 200 L yang dilengkapi dengan aerasi dan sistem pergantian air secara kontinyu.  Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel telur dari bak penetasan lalu diamati di bawah mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan dari pemijahan hingga telur menetas adalah 18 jam 55 menit pada suhu air alami (27oC—28oC).
KERAGAMAN GENETIK BENIH IKAN KERAPU SUNU, Plectrophomus leopardus TURUNAN PERTAMA (F1) DENGAN ANALISIS RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) MT-DNA Gusti Ngurah Permana; Sari Budi Sembiring; Ahmad Muzaki; Haryanti Haryanti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.346 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.2.2007.187-197

Abstract

Tingginya variabilitas ukuran benih merupakan salah satu kendala yang dihadapi pada perbenihan ikan kerapu sunu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaman genetik benih ikan kerapu sunu yang terekspresi pada benih ukuran besar, sedang, dan kecil dan untuk mengetahui adannya perbedaan genetik dari masing-masing ukuran tersebut. Amplifikasi pita tunggal menggunakan primer 16 SrDNA (F) 5’CGCCTGTTTAACAAAAACAT-3’ dan (R): 5’-CCGGTCTGAACTC AGATCATGT-3’. Hasil penelitian ini diketahui panjang pita mt-DNA sekitar 625 bp. Endonuklease restriksi menggunakan enzim Mnl I menghasilkan pita yang polimorfik pada benih ukuran besar, sedangkan ukuran sedang dan kecil monomorfik. Dua komposit haplotipe 16SrDNA ditemukan pada benih yang berukuran besar yaitu ABABB dan ABAAB. Kedua tipe komposit haplotipe hanya dimiliki oleh ikan yang mempunyai ukuran besar sedangkan ikan yang mempunyai ukuran sedang dan kecil hanya memiliki komposit genotip ABABB. Nilai heterosigositas untuk benih dari Bali yang mempunyai ukuran besar (0,480), sedang (0,000), dan kecil (0,000). Heterosigositas benih dari Jawa Timur yang mempunyai ukuran besar (0,211), sedang (0,000), dan kecil (0,000). Sedangkan sampel dari Lampung untuk semua ukuran monomorfik (0,000).The variability of differences size was occurred on every culture period of coral trout. The aimed of this study was to know genetics variability and evaluated of which are expressed on large, medium, and small size fry on total of length sizes and different weight. Amplification of single fragment using set primer 16 SrDNA (F)5’CGCCTG TTTAACAAAAACAT-3’ and reverse (R): 5’-CCGGTCTGAACTCAGATCATGT-3’. Result showed that PCR amplification of mt-DNA was 625 bp. Restriction digestion processed with Mnl I enzyme showed that polymorphism in large size and monomorphic in both medium and small sizes. Two types of haplotype were found in large size (ABABB and ABAAB) while one haplotype observed in medium and small sizes ABABB. The heterozygosities value of large, medium and small sizes from Bali location were 0.480, 0.000, and 0.000 restectively. Heterozygosities value of samples from East Java were 0.211, 0.000, and 0.000 restectively. Samples from Lampung were monomorphic (0.000).
KAJIAN BIOLOGI DAN PEMBENIHAN UDANG Penaeus semisulcatus DENGAN MANAJEMEN PROBIOTIK Alteromonas BY-9 Ida Komang Wardana; Haryanti Haryanti; Gusti Ngurah Permana
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1914.954 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.3.2006.447-460

Abstract

Udang Peneaus semisulcatus merupakan salah satu kandidat spesies udang budidaya yang berpeluang memiliki nilai ekonomis tinggi disamping sebagai upaya diversivikasi produk perikanan budidaya
PROFIL PEMIJAHAN IKAN TUNA SIRIP KUNING, Thunnus albacares DALAM BAK TERKONTROL DENGAN ANALISIS MITOKONDRIA DNA (mt-DNA) Gusti Ngurah Permana; Sari Budi Moria; Jhon Harianto Hutapea; Haryanti Haryanti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.495 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.2.2009.157-167

Abstract

Variasi mitokondria DNA pada ikan tuna sirip kuning, Thunnus albacares menggunakan analisis RFLP (restriction fragment length polymorphism) dapat menyediakan data yang akurat dan memberikan bukti tentang profil pemijahan ikan tuna dalam bak terkontrol. Genotipe mt-DNA yang berasal dari induk dibandingkan dengan genotipe yang ada pada telur untuk memonitor dan mengetahui profil dari pemijahan ikan tuna dalam bak terkontrol. Telur dikumpulkan setiap pemijahan dari tahun 2004-2006. Profil pemijahan dari induk betina diamati dari jumlah genotipe yang ditemukan pada telur. Hasil dari penelitian ini adalah 49 induk yang dianalisis ditemukan 42 genotipe, 6 genotipe yang teramati ditemukan pada telur dan 4 diantaranya memiliki genotipe tunggal sedangkan satu genotipe (DABEA) dimiliki oleh dua induk. Prakiraan panjang cagak dan bobot induk pada saat memijah adalah 82,2-164 cm and 9,183-28,142 kg. Genotipe yang sama ditemukan hampir setiap hari pada saat sampling selama setahun. Hasil ini mengindikasikan bahwa ikan tuna sirip kuning dapat bertelur sepanjang tahun tergantung kepada suhu air dan kondisi pakan.Study of mitochondrial (mt-DNA) variations of yellowfin tuna, Thunnus albacares using (RFLP) restriction fragment length polymorphisms can provide evidence of spawning profile of the species in captivity. Mt-DNA genotypes of broodstock were compared with their eggs in order to monitor spawning profile. Spawned eggs were collected on every spawning from 2004 to 2006. The spawning profiles of these females were determined from the genotypes of the eggs. The result showed that from 49  broodstock individuals, 42 genotypes were observed, in which 6 genotypes were observed in their eggs and 4 of them established a single female’s identity and one type (DABEA) was shared by two females. Fork length and weight of broodstock female when spawning were ranging from 82.2–164 cm and 9.183-28.142 kg. The same genotypes were observed in almost every sampling session for one year period. The results indicate that the females are able to spawn at any time depending on optimum water temperature and food availability. 
OPTIMASI PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION) UNTUK DETEKSI ENDOPARASIT YANG MENYERANG TELUR DAN LARVA IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) Gusti Ngurah Permana; Jhon Harianto Hutapea; Haryanti Haryanti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (April 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.72 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.1.2010.35-42

Abstract

Endoparasit merupakan parasit yang menginfeksi dan terdapat di dalam tubuh inang, endoparasit ini telah menginfeksi telur dan larva ikan tuna sirip kuning. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui metode deteksi dan infeksi dari endoparasit ini secara molekuler dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Telur dan larva yang terinfeksi dikumpulkan dari bak pemeliharaan untuk dianalisis. Sampel diekstraksi dengan menggunakan metode lysis bufer dan trizol. Hasil analisis menunjukkan lysis bufer memberikan pola pita yang lebih jelas dan bersih. Primer P2: 1322f (2F) CCGGAACTTTAGAGTATCGG; 1680r (2R) TCGGTTCAG ACTGA ACCAAG menghasilkan pola pita yang konsisten dan jelas dengan panjang fragmen 350 bp. Hal ini mengindikasikan bahwa endoparasit (Ichtyodinium chambelardi) menyerang telur ikan tuna di dalam bak terkontrol dan infeksinya terjadi adalah secara horisontal yang berasal dari air media pemeliharaan
PEMELIHARAAN INDUK IKAN TUNA SIRIP KUNING, Thunnus albacares DALAM BAK TERKONTROL Jhon Harianto Hutapea; Gusti Ngurah Permana; Ananto Setiadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (April 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1430.663 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.1.2010.79-90

Abstract

Intensifikasi penangkapan ikan tuna baik yang langsung dipasarkan maupun dibesarkan dalam usaha budidaya, berpengaruh negatif terhadap kelestarian populasi ikan ini di alam. Dengan demikian upaya perbenihan secara buatan perlu dilakukan untuk mengurangi tekanan terhadap populasi alam. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol telah merintis perbenihan ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) sejak tahun 2003 bekerjasama dengan Overseas Fishery Cooperation Foundation (OFCF) Jepang. Induk ikan tuna telah berhasil dibesarkan dan dipijahkan dalam bak beton bervolume 1.500 m3 secara terkontrol, dengan sistem pergantian air semi tertutup. Pakan yang diberikan berupa ikan layang dan cumi-cumi sekitar 2,5% biomassa per hari. Pemijahan pertama terjadi pada bulan Oktober tahun 2004, ukuran induk diperkirakan lebih dari 9,138 kg atau panjang cagak lebih dari 82 cm dengan perkiraan umur sekitar 2 tahun. Puncak pemijahan terjadi pada tahun 2005 dan 2006 dengan frekuensi pemijahan masing-masing lebih dari 100 kali. Pemeliharaan induk ikan tuna dengan kepadatan 0,66 kg/m3 belum dapat dikatakan sebagai kepadatan maksimum dan peningkatan kematian cenderung akibat ruang gerak yang semakin sempit seiring dengan pertumbuhan induk. Namun demikian kendala yang ditemukan dalam pemeliharaan induk adalah kematian akibat menabrak dinding bak sedangkan kendala dalam pemeliharaan larva adalah serangan endoparasit pada telur
YOLK OPAQUE SYNDROME PADA TELUR IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) Gusti Ngurah Permana; Jhon Harianto Hutapea; Ketut Sugama
Media Akuakultur Vol 2, No 1 (2007): (Juni 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6762.307 KB) | DOI: 10.15578/ma.2.1.2007.137-141

Abstract

Yolk opaque syndrome merupakan suatu kejadian di mana secara tiba-tiba telur atau larva yang menetas terserang endoparasit yang ditunjukkan dari warna telur atau larva keruh. Infeksi ini terjadi pada telur ikan tuna di Kinki University Jepang, larva ikan cod (Gadus morhua) dan ikan turbot (Scopthalmus maximus), serta ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), sehingga perlu kiranya diketahui tentang penyebab dan cara pencegahan. Kemungkinan besar endoparasit ini termasuk protozoa karena mampu bergerak dengan menggunakan flagella. Hal ini mengindikasikan bahwa endoparasit (Icthtyodinium chabelardii) menyerang telur ikan tuna di dalam bak terkontrol dan infeksinya terjadi adalah secara horizontal yang berasal dari air media pemeliharaan.
PENENTUAN JENIS KELAMIN BERDASARKAN REAKSI ANTIBODI PADA IKAN TUNA Gusti Ngurah Permana; Haryanti Haryanti
Media Akuakultur Vol 2, No 2 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4153.25 KB) | DOI: 10.15578/ma.2.2.2007.77-79

Abstract

Pada budi daya ikan, identifikasi individu sangat penting untuk diketahui terutama dalam hal mengidentifikasi jenis kelaminnya. Bagaimana membedakan jantan atau betina ? Secara sepintas untuk membedakan ikan jantan atau betina memang mudah tetapi pada kenyataannya tidaklah demikian. Reaksi antibodi merupakan salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan untuk penentuan jenis kelamin pada ikan yang telah menunjukkan aktivitas hormon dan pembentukan vitelogenin. Hasil dari kajian analisis dengan metode dot blot adalah ekspresi vitelogenin nampak jelas pada individu betina dan efek plasma terlihat transparan dibandingkan pada individu jantan tetapi metode ini sangat memerlukan pengalaman dan keahlian dalam akurasi pembacaan hasil.