Saleha Sungkar
Departemen Parasitologi FK Universitas Indonesia

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Efektivitas Bacillus thurigiensis Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.072 KB)

Abstract

Effectiveness of Health Education on First Aid of Dengue Haemorrhagic Fever on School Teachers in North Jakarta, 2011 Gladys -; Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.992 KB)

Abstract

The Trend of Dengue Hemorrhagic Fever Cases in Central Jakarta 2008-2010 Dewita Kamaruddin; Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.314 KB)

Abstract

Tingkat Pengetahuan Murid Sekolah di Kecamatan Bayah Mengenai Pertolongan Pertama Pada Malaria setelah Mendapat Penyuluhan Kartika Hajarani; Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol 1, No 3 (2013): Desember
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Malaria merupakan penyakit yang dapat menimbulkan kematian. Untuk menurunkan angka kematian,masyarakat perlu mengetahui pertolongan pertama pada malaria, salah satunya lewat penyuluhan.Setelah mendapat penyuluhan dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan pertolonganpertama malaria. Penelitian dilakukan pada murid Madrasah Tsanawiyah, Kecamatan Bayahdengan desain cross sectional. Data diambil 16-18 Oktober 2009 dengan mewawancarai respondenmenggunakan kuesioner.Hasilnya menunjukkan responden perempuan sebanyak 60 orang (56,6%)dan laki-laki 46 orang (43,4%), usia <12 tahun 41,5% dan >12 tahun 58,5 %. Tingkat pengetahuanmurid yang tergolong baik 22 orang (20,8%), cukup 44 orang (41,5%), dan kurang 40 orang (37,7%).Umumnya murid mendapat informasi dari 3 sumber (21,7,8%) dan sumber informasi paling berkesanadalah petugas kesehatan (57,5%). Kegiatan murid sehari-hari setelah sekolah adalah pengajian(50,9%). Murid yang tidak memiliki riwayat menderita malaria 79,2%. Pada uji chi-square tidak adaperbedaan bermakna (p>0,05) antara tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin, jumlah sumberinfromasi, sumber informasi paling berkesan, dan riwayat menderita malaria dalam keluarga, tetapiberbeda bermakna (p<0,05) dengan kelompok usia dan kegiatan sehari-hari. Disimpulkan tingkatpengetahuan murid mengenai pertolongan malaria tergolong cukup, berhubungan dengan usia danjumlah sumber informasi, tetapi tidak berhubungan dengan jenis kelamin, kegiatan sehari-hari, sumberinformasi paling berkesan, dan riwayat menderita malaria.Kata kunci: tingkat pengetahuan, malaria, pertolongan pertama, murid sekolah
Efektivitas Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Guru SD di Jakarta Mengenai Pencegahan Cacingan, Tahun 2011 Danny Surya; Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol 1, No 3 (2013): Desember
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cacingan merupakan masalah kesehatan di Indonesia terutama pada anak. Pengetahuan mengenaipencegahan berperan penting dalam menanggulangi cacingan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahuiefektivitas penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan guru sekolah dasar (SD) mengenai cacingan.Penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode pre-post study. Pengambilandata dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2011 terhadap 67 orang guru SD yang dimintauntuk mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuesioner berisi lima pertanyaan mengenaipencegahan infeksi A. lumbricoides, T. trichiura dan O. vermicularis. Dari penelitian ini diperoleh hasilbahwa sebelum penyuluhan guru yang mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah 12 orang (17,9%),cukup 21 orang (31,3%), dan kurang 34 orang (50,7%). Setelah penyuluhan, guru dengan tingkatpengetahuan baik adalah 39 orang (58,2%), cukup 24 orang (35,8%), dan kurang 4 orang (6,0%).Sebelum penyuluhan, pertanyaan yang paling banyak tidak dimengerti responden adalah kapan waktumemberikan obat cacing (hanya 6% yang menjawab benar). Berdasarkan uji marginal homogeneitydidapatkan perbedaan bermakna (p<0,01) pada tingkat pengetahuan guru sebelum dan sesudahpenyuluhan kesehatan. Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuanguru SD mengenai pencegahan cacingan.Kata kunci: cacingan, penyuluhan, guru SD, tingkat pengetahuan, pencegahan
Perkembangan Mutakhir Vaksin Demam Berdarah Dengue Hilman Zulkifli Amin; Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol 1, No 3 (2013): Desember
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dengan 100 jutapenderita setiap tahunnya. Agar tidak berlanjut, diperlukan upaya pencegahan DBD yang optimal.Selama ini, upaya pencegahan berupa pemberantasan vektor namun belum memberikan hasil yangmemuaskan sehingga diperlukan inovasi intervensi berupa vaksin dengue. Perkembangan vaksindengue telah mengalami kemajuan pesat dalam 10 tahun terakhir. Terdapat empat jenis vaksin yaituLAV, vaksin chimera, vaksin DNA dengue, dan vaksin DENV terinaktifasi. Vaksin tersebut mampumenghasilkan respons imunitas yang protektif terhadap ke-4 tipe DENV, sehingga efektif untukmencegah DBD. Uji klinis masih terus dilakukan untuk menyempurnakan vaksin. Pada tahun 2015,LAV akan selesai dan siap dipasarkan. Untuk optimalisasi pencegahan DBD, selain penggunaanvaksin, diperlukan pendekatan terintegrasi berupa pemberantasan vektor, manajemen lingkungan dankesehatan, penyusunan program pencegahan DBD yang optimal, dan penelitian terkait.Kata kunci: pencegahan DBD, vaksin dengue
The Trend of Malaria in 2011-2013 and its Relationship to Age, Gender, and Season in Kodi Utara Subdistrict, Sumba Barat Daya I Gusti N.A.A. Oktafandi; Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol 2, No 3 (2014): Desember
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractMalaria is a public health problem in Indonesia, especially in East Nusa Tenggara. Factors, such as age, gender, and season, are considered to be related with malaria. The objective of this study is to know the trend and proportion of malaria in 2011-2013 and its relationship with age, gender, and season in Kodi Utara Subdistrict, Sumba Barat Daya (SBD). The design of this study is cross-sectional and using secondary data which is obtained from Kodi Utara Primary Health Care Center on June 25th 2014. The data is all recorded data of patients who came to Kodi Utara Primary Health Care Center and underwent diagnostic test for malaria in 2011-2013. As a result, it is found that the trend of malaria in 2011-2013 is unstable, but it shows that the highest average number is found in 2011 (170.3 people) and the lowest one is found in 2013 (103.3 people). It is also found that there is a significant difference between the proportion of malaria with age, gender, and season (p<0.05). The conclusion is that the number of malaria patients decrease from 2011 to2013 and there is a relationship between the proportion of malaria and age, gender, and season.Keywords: malaria, trend, proportion, age, gender, season, Kodi Utara, Sumba Barat DayaAbstrakMalaria merupakan masalah kesehatan di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Timur. Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, dan musim dianggap berkaitan dengan malaria. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui trend dan proporsi malaria tahun 2011-2013 serta kaitannya dengan umur, jenis kelamin, dan musim di Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur. Desain penelitian adalah potong lintang menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kodi Utara pada tanggal 25 Juni 2014 berupa data pasien yang berobat ke Puskesmas Kodi Utara dan didiagnosis malaria pada tahun 2011-2013. Hasilnya didapatkan bahwa trend malaria pada tahun 2011-2013 tidak stabil, namun didapatkan angka rata-rata tertinggi pada tahun 2011 (170,3 orang) dan terendah pada tahun 2013 (103,3 orang). Terdapat perbedaan bermakna antara proporsi malaria dengan usia, jenis kelamin, dan musim (p<0,05). Disimpulkan bahwa angka rata-rata penderita malaria menurun dari tahun 2011 sampai 2013 dan terdapat hubungan proporsi malaria dengan usia, jenis kelamin, dan musim. Kata kunci: malaria, trend, proporsi, usia, jenis kelamin, musim, Kodi Utara, Sumba Barat Daya
The Knowledge on Scabies among Students in a Pesantren in East Jakarta, Before and After Health Education Monica E.T. Rosandi; Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol 2, No 3 (2014): Desember
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractScabies is a skin disease commonly found in overcrowded and poor hygiene environment. The purpose of this study was to determine the level of knowledge of students in pesantren X, East Jakarta, before and after conducting health education on scabies. The study design was a pre-post study and the data were taken on March 8, 2014. All students who came during the data collectionare the research subjects. Data was collected through a questionnaire consisting of 25 questions about the etiology, clinical symptoms, treatment, transmission, and prevention of scabies. The data were processed with SPSS version 20 and was tested with marginal homogeneity. The results showed that of 104 respondents, prior to health education, most students have a poor level of knowledge on the topic of etiology (68.3%), clinical symptoms (64.2%), treatment (51.9%), prevention (39,4%), and transmission (27.9%). After a health eduvation lecture, more than 50% of students showed a good level of knowledge on every topic on scabies (ranging from 65.4% and the highest 82.7%) while the students with poor level of knowledge on every topic ranged from 4.8%9.6%. Marginal homogeneity test showed significant differences in knowledge before and after health education (p<0.01). In conclusion, health education is effective in increasing knowledge about scabies.Keywords: scabies, knowledge, pesantren students, health education AbstrakSkabies adalah penyakit kulit yang banyak terdapat di lingkungan padat penduduk dan kebersihan yang buruk.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa pesantren X, Jakarta Timur, sebelum dan sesudah penyuluhan skabies. Desain penelitian adalah pre-post study dan data diambil pada 8 Maret 2014. Semua siswa yang datang saat pengumpulan data dijadikan subyek penelitian. Data dikumpulkan dengan kuesioner berisi 25 pertanyaantentang etiologi, gejala klinis, pengobatan, penularan, dan pencegahan skabies. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan marginal homogeneity. Dari 104 responden, sebelum penyuluhan, sebagian besar siswa memiliki tingkat pengetahuan yang buruk tentang topik etiologi (68,3%), manifestasi klinis (64,2%), pengobatan (51,9%), pencegahan (39,4%), dan penularan(27,9%). Setelah penyuluhan, lebih dari 50% siswa memiliki pengetahuan yang baik pada setiap topik skabies (paling rendah 65,4% dan paling tinggi 82,7%) dan tingkat pengetahuan buruk pada setiap topik scabies 4,8%-9,6%. Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna pada pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,01). Disimpulkan penyuluhan efektifmeningkatkan pengetahuan tentang skabies. Kata kunci: scabies, pengetahuan, siswapesantren, penyuluhan
The Relationship between Hygienic Practices and Scabies Infestation  in a Boarding School in East Jakarta Indra  Sianturi; Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol. 2, No. 2 (2014): Agustus
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractScabies is a skin disease that is most common in Indonesia, especially in dense environments such as boarding occupants. This research aims to study the relationship of scabies with personal hygienic practices (PHB) in the male students in the boarding school X in East Jakarta. This cross&shy; sectional study was conducted on March 8, 2014, and all students are the subjects of study (total sampling). Diagnosis of scabies was done with history taking and dermatological examination. PHB data was taken with a questionnaire containing 10 questions regarding the personal hygienic practices. The question was given a score of 0 to 1 for bad behavior and good behavior. Data were analyzed by chi square test. The results showed the prevalence of scabies was 36%, with 3.4% of good personal hygienic practices and 32.8% had poor personal hygienic practices. There are associated with scabies.Keywords: scabies, personal hygiene, prevalence, pesantrenAbstrakSkabies merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum di Indonesia, terutama di ling&shy;kungan padat penghuni seperti pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan skabies dengan perilaku hidup bersih (PHB) pada siswa laki&shy;laki di Pesantren X di Jakarta Timur. Penelitian cross&shy;sectional ini dilakukan pada tanggal 8 Maret 2014 dan semua siswa dijadikan sub&shy;yek penelitian (total sampling). Diagnosis skabies dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis. Data PHB diambil dengan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan mengenai PHB. Pertanyaan diberi skor 0 untuk perilaku buruk dan 1 untuk perilaku baik. Analisis data dilakukan dengan ujichi square. Hasilnya menunjukkan prevalensi skabies adalah 36% dan PHB yang baik (p=0.008). Disimpulkan, kebersihan pribadi berhubungan dengan skabies.Kata Kunci: scabies, perilaku hidup bersih, prevalensi, pesantren.
Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Pesantren X, Jakarta Timur Amajida Fadia Ratnasari; Saleha Sungkar
eJournal Kedokteran Indonesia Vol. 2, No. 1 (2014): April
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak ditemukan di lingkungan padat penghuni seperti pondok pesantren. Karakteristik santri diduga berperan terhadap kejadian skabies. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi skabies dan hubungannya dengan jenis kelamin dan tingkatpendidikan santri Pesantren X, Jakarta Timur. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan data diambil pada tanggal 10 Juni 2012 dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi terhadap semua santri (192 orang). Data diolah menggunakan program SPSS versi 20.0 dan dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi skabies 51,6% (laki-laki 57,4% dan perempuan 42,9%; tsanawiyah 58,1% dan aliyah 41,3%) dengan lokasi lesi skabies terbanyak di bokong (33,8%) dan di sela jari tangan (29,2%). Uji chi square menunjukkan perbedaan bermakna pada prevalensi skabies berdasarkan jenis kelamin (p=0,048) dan tingkat pendidikan (p=0,023). Disimpulkan prevalensi skabies di Pesantren X, Jakarta Timur adalah51,3% dan berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.Kata kunci: skabies, prevalensi, santri, jenis kelamin, tingkat pendidikan