Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA PADA BAYI DI RUANG PERINATOLOGI Riyanti Imron; Diana Metti
Jurnal Keperawatan Vol 11, No 1 (2015): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.355 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v11i1.517

Abstract

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu penyebab kematian bayi yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus. Berdasarkan data di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung pada tahun 2011 terdapat bayi yang dirawat 833 bayi dengan BBLR 510 (61,2%) denganhiperbilirubinemia 87 (10%), tahun 2012 terdapat 859 bayi yang di rawat dengan BBLR 556 (65%) dan hiperbilirubin 120 (14%) di ruang perinatologi. Masalah dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan bayi dengan berat badan lahir rendah dengan kejadian hiperbilirubinemia pada bayi di ruangperinatologi pada tahun 2011 (10%) dan 2012 (14%) di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan bayi dengan berat badan lahir rendah dengan kejadian hiperbilirubinemia pada bayi di ruang perinatologi RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek ProvinsiLampung Tahun 2013. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Case Control, jumlah populasi 1098 bayi dan sampel 315 bayi Teknik pengambilan sampel pada kasus kontrol studi ini adalah Simple Random Sampling. Data yang di kumpulkan merupakan data sekunder dengan melihatdokumentasi yang di ambil dari rekam medik atau buku register di ruang perinatologi. Alat ukur yang digunakan yaitu checklist. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat persentase dan bivariat chi square. Hasil penelitian di dapatkan dari 315 bayi terdapat bayi dengan berat badan lahir rendah berjumlah 105 bayi (33,3%) dan hiperbilirubinemia berjumlah 111 bayi (35,2%). Ada hubungan antara berat badan lahir rendah dengan hiperbilirubinemia (p value=0,000), dengan nilai OR 2,182 berarti bayidengan BBLR beresiko 2,182 kali untuk mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan bayi yang tidak BBLR. Peneliti menyarankan bagi petugas kesehatan agar terus menerus memberikan penyuluhan, deteksi dini dalam penjaringan resiko tinggi bekerjasama dengan dukun, kader, bidan desa, BPM dan puskesmas untuk mencegah terjadinya BBLR sehingga angka kematian bayi (AKB) menurun.
PENYEBAB PERSALINAN PRETERM Riyanti Imron; Amrina Oktaviana
Jurnal Keperawatan Vol 8, No 2 (2012): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.794 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v8i2.159

Abstract

Prematuritas merupakan faktor kematian yang terkait dengan mortalitas dan morbiditas sebagian bayi meninggal pada 28 hari pertama mempunyai bobot kurang dari 2500 gram saat lahir, bayi prematur juga rentan terhadap kompresi kepala dikarenakan lunaknya tulang tenggkorak dan immaturitas jaringan otak, perdarahan intrakranial 5 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur, dapat terjadi sindrom distres respirasi (RDS) yang menyebabkan 44% bayi meninggal pada bayi kurang dari 1 bulan, jika berat bayi kurang dari 100 gram angka kematian sebesar 74%, bayi kuning (jaundice), necrotising enterocolitis (radang usus, hipoglikemia, hipotermi, dan infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  penyebab persalinan.  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan preterm sebanyak 226 orang. Sampel yang digunakan total populasi. Data yang di kumpulkan adalah data sekunder. Alat ukur dalam penelitian ini adalah checlist dengan melihat catatan medical record pasien, analisis yang di gunakan adalah univariat dengan menggunakan prosentase. Hasil penelitian didapatkan  persalinan preterm yang terbanyak adalah responden berusia <20 - >35  tahun (59,3%), memiliki pendidikan rendah (61.9%), memiliki paritas primipara (59%), melakukan  pekerjaan berat (48,2%), terbanyak memiliki riwayat penyakit kronis (51,3%). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa  persalinan preterm dapat pengaruhi oleh faktor  usia, pendidikkan, paritas, pekerjaan. Untuk itu di sarankan kepada masyarakat khususnya ibu hamil untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan  kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan KIE dan pelayanan kepada ibu hamil yang beresiko.
HUBUNGAN USIA MENARCHE DAN PARITAS DENGAN MIOMA UTERI Novita Rudiyanti; Riyanti Imron
Jurnal Keperawatan Vol 12, No 2 (2016): Jurnal Keperawatan
Publisher : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.894 KB) | DOI: 10.26630/jkep.v12i2.604

Abstract

Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39%–11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg (Indra, 2012). Data RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek menunjukan kejadian mioma uteri tahun 2013 sebesar 10,4% dan tahun 2014 naik menjadi 11,8%.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia menarche dan paritas dengan kejadian mioma uteri di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek tahun 2014.Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control,dilakukan pada bulan September – November 2015,   populasi adalah 941 responden,  kelompok populasi kasus yaitu pasien yang terdiagnosa mioma uteri sebanyak 99 kasus, kelompok populasi kontrol yaitu seluruh populasi yang terdiagnosis selain mioma uteri yaitu sebanyak 842, jumlah sampel 68 orang, alat pengumpulan data adalah ceklist dengan tehnik dokumentasi. Analisis data adalah univariat, bivariat menggunakan Chi square.Hasil penelitian menyimpulkan dari 68 responden, usia menarche banyak pada usia dini yaitu 51,4%, multipara yaitu 58,8%.Ada hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan kejadian mioma uteri (P- value=0,020 dan OR=4,418).Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian mioma uteri (P- value=0,027 dan OR=3,519). Peneliti menyarankan agar menjaga keseimbangan hormon tubuh agar pengeluaran estrogen yang menjadi penyebab mioma uteri dapat sesuai kebutuhan tubuh melalui pola makan yang baik dan mempunyai anak lebih dari satu.