Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FIKIH HISAB - RUKYAT PERAN BADAN HISAB RUKYAT TERHADAP DINAMIKA PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH DI INDONESIA Suhardiman Suhardiman
AT-TURATS Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/at-turats.v12i1.972

Abstract

Abstrak Islam sebagai agama yang diturunkan dari langit (samawi) melalui wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah SAW, tentu sangat memerlukan petunjuk teknis yang biasa dijelaskan melalui hadis Nabi Muhammad SAW. Terlebih lagi, apabila hal tersebut menyangkut persoalan-persoalan yang menjadi prasyarat keabsahan (sah atau tidaknya) pelaksanaan suatu ibadah, seperti ibadah puasa ramadhan, syawal dan pelaksanaan ibadah haji di bulan dzulhijjah. Dalam konteks penentuan awal bulan kamariah, terutama terkait dengan waktu pelaskanaan ibadah tersebut, petunjuk teknis mengenai bagaimana mengawalinya pada masa Rasulullah SAW dan para sahabatnya tidak mengalami dinamika seperti yang terjadi saat ini. Hal ini tentu selain Rasulullah sebagai satu-satunya otoritas tunggal dalam menentukan masalah tersebut, juga disebabkan oleh metode yang digunakan, serta wilayah hukumnya (wilayatul hukmi) tidak memunculkan beragam interpretatif. Akan tetapi persoalanya menjadi berbeda, ketika umat Islam telah menghuni seluruh bagian permukaan bumi ini, kemudian seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern mengenai metode, tingkat akurasi hingga kriteria mengenai awal bulan tersebut, memimbulkan beragam pendapat, teori dan argumentasi. Terlepas dari beragam pendapat tersebut, Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim, tentunya memerlukan otoritas tunggal dalam menentukan awal bulan kamariah. Kementerian Agama RI melalui Badan Hisab dan Rukyat (BHR) dari sejak awal berdirinya telah melakukan berbagai upaya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan terkait dengan permasalahn tersebut. Kata kunci : Bulan, Kamariah, Hisab dan Rukyat.
Kampung Beting: Family Resilience Against Religious Radicalism Suhardiman Suhardiman; Eka Hendry Ar.; Muhammad Nizar
Al-Albab Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Graduate Program of Pontianak Institute of Islamic Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/alalbab.v12i1.2419

Abstract

The work cuptures the rise of terrorist movements involving families. The studies of family involvement in acts of terrorism in Indonesia have not much been done. The work is based on research conducted in Kampung Beting of Pontianak City, which is stigmatized as a drug trafficking village. It explores family parenting patterns and family responses to live problems especially on community literacy about religious radicalism. The findings include, first, the pattern of instilling religious values in families is relatively vulnerable. Family parentings have shown physical resilience, social resilience and psychological resilience. The work finds the important roles of parents in instilling religious values and building communication with their children and the ability of families to solve problems they face. Education has been found very important within the community. Second, with regard to the existing conditions, people choose to “make peace” with the reality. The attitude of the people is split from pessimistic, pragmatic and optimistic. Third, public literacy about religious radicalism is quite good among ordinary people and religious and community leaders. Being radical in society’s point of view is an act of violence, while adhering to religious principles is considered not being radical. Defending the honor of religion is a matter of principle, thus encouraging them to fight. Fourth, four factors fortifying the community include the open and straightforward attitude of the community, the community involvement into the city security network, the high community mechanical solidarity and the effective role of religious leaders in fostering society.
PENENTUAN ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN METODE ‘RASHDUL KIBLAH’ MENURUT KIAI TAYIB DI DESA KUALA MANDOR A KECAMATAN KUALA MANDOR B KABUPATEN KUBURAYA zainuddin zai zainuddin; Muhammad Hasan; Suhardiman Suhardiman
Al-Usroh Vol 1 No 1 (2021): Hukum Keluarga Islam
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/al-usroh.v1i1.210

Abstract

Kiai Tayib dalam menentukan arah kiblat menggunakan bayangan matahari atau Rashdul Kiblah yaitu sebuah metode pengamatan bayangan Matahari yang hanya membutuhkan bantuan sebilah kayu lurus dan sinar Matahri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) perhitungan metode Rashdul Kiblah (bayangan Matahari) menurut Kiai Tayib dalam menentukan arah kiblat; 2) cara pengukuran arah kiblat menggunakan metode Rashdul Kiblah (bayangan Matahari) menurut Kiai Tayib; 3) akurasi arah kiblat hasil pengukuran yang dilakukan oleh Kiai Tayib menggunakan metode Rashdul Kiblahnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian lapangan (field research). Sumber data yang digunakan ialah sumber data primer yang bersumber dari Kiai Tayib sendiri dan sumber data sekunder yang didapat dari catatan yang digunakan oleh Kiai Tayib untuk menentukan arah kiblat menggunakan metode Rashdul Kiblah, anak dan murid Kiai Tayib. Lokasi Penelitian ini di Kampung Penepat RT 01/RW 04 Desa Kuala Mandor A Kecamatan Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumen. Sedangkan analisis data dengan mereduksi hal yang sangat pokok kemudian dirangkum untuk disajikan dalam bentuk narasi, tabel, gambar, rumus-rumus dan kode-kode, sehingga kemudian dapat ditarik kesimpulan, data tersebu juga diperiksa keabsahannya dengan melakukan triangulasi waktu dan member chak. kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Perhitungan yang digunakan dalam metode Bayangan matahari atau Rashdul Kiblah menurut Kiai Tayib adalah hari pasaran, bukan perhitungan yang biasa digunakan untuk menemukan kapan Jam terjadinya Rashdul Kiblah; 2) Terdapat kekurangan dan kesalahan dalam tatacara pengukuran menggunakan metode bayangan Matahari atau Rashdul Kiblah oleh Kiai Tayib; 3) akurasi hasil pengukuran arah kiblat menggunkan metode bayangan Matahari atau Rashdul Kiblah menurut Kiai Tayib tidak menghadap ke Kakbah (arah kiblat dengan azimut 292o 41’ 25.2” ) melainkan ke Singida dengan azimuth bangunan Musalla 265o 1’ 12’ hal ini menunjukkan penyimpangan yang besar yakni 27o 40’ 13.2”.