Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

KONSEP ASHABIYYAH IBNU KHALDUN (Analisis Politik Islam) Anwar Anwar
Politica: Jurnal Hukum Tata Negara dan Politik Islam Vol 4 No II (2017): POLITICA: Jurnal Hukum Tata Negara dan Politik Islam
Publisher : Prodi Tata Negara (Siyasah) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/politica.v4iII.364

Abstract

Penelitian ini berjudul “Konsep Ashabiyyah Ibnu Khaldun analisis perspektif politik Islam”. Dalam tesis ini bisa memberikan penjelasan tentang pemikiran Ibnu Khaldun terhadap pembaca, sebab salah satu teorinya tetap digunakan sampai sekarang. Untuk memperoleh jawaban tersebut penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, menggunakan teknik penelitian kepustakaan (Library Research). Seluruh sumber data diperoleh dari literatur yang tersedia di perpustakaan. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah deskriptif analisis dan metode interpretasi. Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode yang digunakan dalam suatu penulisan dengan cara memaparkan data yang diperoleh dan masalah-masalah yang timbul untuk dianalisa sesuai dengan pembahasan. Sedangkan, metode interpretasi adalah mengambil kesimpulan dari pemahaman penulis sendiri terhadap pendapat yang dikutip dari suatu rujukan. Dalam Mukaddimah Ibnu Khaldun disebutkan bahwa untuk menegakkan dinasti, kerajaan, khilafah, pangkat pemerintahan dibutuhkan solidaritas yang kuat dan solidaritas yang kuat berasal dari agama bukan kepentingan posisi jabatan dan gerakan agama tanpa solidaritas sosial tidak akan pernah berhasil. Besarnya suatu negara, luas daerahnya dan panjang usianya tergantung kepada kekuatan pendukungnya yang memiliki kesamaan dan ambisi posisi jabatan dengan adanya tujuan agama yang sama yakni menyiarkan kebenaran dan mencapai kemaslahatan umat. Selain itu, ia juga berperan dalam konteks negara Islam, kaum Quraisy merupakan kelompok yang paling mampu mempertahankan solidaritas umat Islam, sehingga layak dipilih menjadi pemimpin (khalifah). Pendapat tersebut didukung oleh fakta sejarah yang menunjukkan keunggulan kaum Quraisy dibanding kaum lainnya. Kaum Quraisy mempunyai karisma dan kemampuan untuk menjadi pemimpin. Oleh sebab itu, keunggulan tersebut merupakan bekal untuk menjaga keutuhan dan kebersamaan umat Islam untuk hidup bernegara. Konsep Ashabiyyah Ibnu Khaldun.