Nandan Sandaya
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Strategy Formulation to Improve Indonesian Tuna Competitiveness Sandaya, Nandan
Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK) Vol 3, No 1 (2001): Jurnal Ilmiah Kesatuan
Publisher : STIE Kesatuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Characterized by low technological content, poor productivity, low quality of product, poor human resources ability, low capital input, and low access to market, Indonesian tuna industry is only resources driven. Consequently, Indonesian exports only tuna in raw and semi-processed conditions. In the Japanese prefer Indonesian Big Eye limited only for Japanese who consume fresh tuna for sashimi. In the meantime, the development of tuna product has grown the trade of tuna. Some value-added products are produced and introduced to consumers especially in harvested from Bali adjacent waters for the taste. However, market for fresh tuna is some developed countries in America and Europe. This study was conducted to examine the strategies to find out the alternative solutions that can be applied to solve the Indonesian tuna industry problems by the Government of Indonesian and the tuna entrepreneurs. SWOT analysis was used to identify the environmental assessment of tuna industry to evaluate strengths, weaknesses, opportunities, and threats. Meanwhile, in order to obtain the priority or weight for each element in internal and external factors, Analytical Hierarchy process (AHP) analysis was applied. Data were analyzed using Expert Choice Version 8.0. It is concluded that the Indonesian tuna industry is in the average position, neither too weak nor too strong, both internally and externally. Considering the SWOT analysis, introducing the existing market using comparative advantages, is the best strategy at this moment, before competitive advantages can be increased. Further, the development of tuna added value with the improvement of tuna processing, the increase of the large fishing vessel number, the implementation of clean advance technology, and the improvement of tuna plasma cooperation in order to improve the rural fisheries are the other important strategies that have to be conducted for future competitiveness. Keyword: strategy formulation, competitiveness, analytical hierarchy process, SWOT analysis
Omzet Dan Karakteristik Pedagang Kakilima Di Kota Bogor Sandaya, Nandan; Ratnawita, Ratnawita; Supriadi, Yoyon
Jurnal Ilmiah Kesatuan (JIK) Vol 5, No 1 (2003): Jurnal Ilmiah Kesatuan
Publisher : STIE Kesatuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan ekonomi sektor informal, salah satunya adalah perdagangan kakilima, di kota-kota besar di Indonesia berkembang sangat pesat. Terlebih salama krisis moneter yang menyebabkan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini pada gilirannya menambah pengangguran baru. Dalam usahanya untuk tetap mempertahankan kehidupan, banyak pekerja yang terkena PHK menjadi pedagang kakilima (PKL). Untuk mengetahui lebih dalam mengenai gambaran PKL yang beroperasi di Kota Bogor maka penelitian dilakukan. Penelitian bertujuan untuk menghitung besarnya omzet dan karakteristik PKL di Kota Bogor. Dengan diketahuinya omzet dan karakteristik PKL tersebut diharapkan dapat diperoleh gambaran keberadaan PKL dari sisi opportunity cost-nya yang dapat menjadi bahan masukan kebijakan pemerintah daerah dalam menata PKL agar lebih baik lagi. Penelitian dilakukan dengan metoda survei secara non-acak melalui metoda pengambilan sampel purposive. Yang menjadi objek penelitian adalah PKL yang berjualan pakaian, makanan-minuman, koran-majalah, barang dari kulit, plat dan barang cetakan, mainan anak, buah-buahan dan rokok. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung nilai tengah dan simpang bakunya untuk kemudian ditarik kesimpulan umum mengenai jumlah PKL menurut jenis di Kota Bogor dan jumlah omzet yang beredar dalam waktu tertentu. Hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata jumlah uang yang beredar di sektor PKL berkisar antara Rp. 8 miliar sampai dengan Rp. 40 miliar per bulan. Sementara alasan terbesar menjadi PKL adalah karena desakan kebutuhan hidup, tidak ada pekerjaan lain dan akibat korban PHK. Mereka umumnya sudah bekerja menjadi PKL lebih dari 3 tahun, dengan tanggungan rata-rata 2,6 orang. Berdasarkan asal domisili, PKL kota Bpgpr mayoritas berasal dari Jawa Barat (71%). Dalam kegiatan shari-harinya mereka biasanya dikenakan pungutan liar sebesar Rp. 6.000,- per hari termasuk biaya sampah/kebersihan yang dibayarkan kepada petugas kebersihan.