Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

FENOMENA BULLYING PERSPEKTIF HADITS: Upaya Spiritual Sebagai Problem Solving atas Tindakan Bullying Aunillah Reza Pratama; Wildan Hidayat
Dialogia: Islamic Studies and Social Journal Vol 16, No 2 (2018): DIALOGIA JURNAL STUDI ISLAM DAN SOSIAL
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/dialogia.v16i2.1502

Abstract

Abstract: This article examines one of the social problems that become global issues, namely the phenomenon of bullying. Bullying is acts of intimidation in the form of physical or psychic against a person caused by a person's superiority attitude, to feel entitled or powerful to intimidate others. This study examines bullying with the perspective of the hadith of the Prophet. This study sought to discover the significance of the phenomenon of bullying with hadith, as well as the exploration of preventive measures offered by the Prophet's hadith. The method used is descriptive-analytical. The results of this study: 1) Hadith Ibn Majah: 3203 in general explains how the hadith views bullying behavior towards degrading behavior. The word ih{tiqa>r has a correlation meaning to the orientation of bullying behavior that is degrading. 2) The basic idea of hadith is examined is the value of humanism, namely the idea that aims to revive the sense of humanity and aspire to a better life. 3) The preventive measures offered by the hadith are: a) giving spiritual awareness of the importance of preventing bullying early on, b) supporting cooperation and breaking the cycle of conflict, c) eliminating inferior attitudes for bullying victims and hone assertiveness.ملخص: تبحث هذه المقالة واحدة من المشاكل الاجتماعية التي أصبحت قضية عالمية، وهي ظاهرة البلطجة. البلطجة هي فعل الترهيب في شكل المادية أو نفسية ضد أي شخص بسبب موقف التفوق للشخص، ليشعر بعنوان والسلطة لتخويف الآخرين. تبحث هذه الدراسة في البلطجة من منظور حديث النبي. وحاولت هذه الدراسة اكتشاف أهمية ظاهرة البلطجة مع حديث النبي، فضلا عن استكشاف على التدابير الوقائية التي تتيحها حديث النبي. الطريقة المستخدمة هي وصفية تحليلية. نتائج هذه الدراسة: ١- الحديث رواه ابن ماجه: ٣٢٠٣ عموما تصف كيف بدأ الحديث النبي في قانون البلطجة كشيء يؤدي إلى سلوك اللاإنسانية. كلمة "إحتقار" لها علاقة ذات دلالة مع توجه سلوك البلطجة، وبالتحديد اللاإنسانية. ٢- الفكرة الأساسية للحديث الذي تمت دراسته هي قيمة النزعة الإنسانية، وهي فكرة تهدف إلى إحياء إحساس بالإنسانية وتطمح إلى حياة أفضل. ٣- الإجراءات الوقائية التي يقدمها الحديث هي: أ- توفر الوعي الروحي حول أهمية الوقاية المبكرة من البلطجة، ب- دعم التعاون والخروج من دائرة الصراع، ج- القضاء على المواقف منخفضة لضحايا البلطجة وصقل مهارات تأكيد الذاتAbstrak: Artikel ini mengkaji salah satu problem sosial yang menjadi isu global, yaitu fenomena bullying. Bullying merupakan tindakan intimidasi berupa fisik maupun psikis terhadap seseorang yang disebabkan sikap superioritas seseorang, hingga merasa berhak atau berkuasa untuk mengintimidasi orang lain. Penelitian ini mengkaji bullying dengan perspektif hadits Nabi. Kajian ini berusaha menemukan signifikansi fenomena bullying dengan hadits, serta eksplorasi atas tindakan preventif yang ditawarkan oleh hadits Nabi. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitis. Hasil atas kajian ini: 1) Hadis riwayat Ibnu Majah: 3203 secara umum menjelaskan bagaimana hadis Nabi memandang tindakan bullying mengarah pada perilaku merendahkan. Kata ihtiqa>r memiliki korelasi makna terhadap orientasi perilaku bullying, yaitu merendahkan.2) Ide dasar hadits yang dikaji adalah nilai humanisme, yaitu paham yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. 3) Tindakan preventif yang ditawarkan hadis tersebut: a) memberikan kesadaran spiritual tentang pentingnya pencegahan bullying sejak dini, b) mendukung kerjasama dan memutus lingkaran konflik, c) menghilangkan sikap inferior bagi korban bullying dan mengasah kemampuan asertif.
Kritik Nalar Islam Indonesia: Tinjauan Problematis Relevansi Teks dan Konteks Wildan Hidayat
Al-Fath Vol 12 No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v12i2.3178

Abstract

This paper specifically discussed about non-Muslim leadership in the Islam context, especially in Indonesia. This paper also discussed with the studied concepts of leadership in Islam (non-Muslim) and Islamic countries which are led by people with another religion (non-Islam). Not only to the extent of permissibility or non-indulgence of non-Muslim leadership in Islam, but it presented the opinions of the pros and cons of this case. Then it can be taken a formulative idea that can bring Moslem of Indonesia to come up from the stagnancy of unknowledgeable sektesentric pattern against the rejection non-Muslim leadership without any real solution for himself and the Muslim community. Especially if the concept became contextualized with an Indonesia country with a Muslim as majority.
Problematika Selfie Perspektif Hadits Nabi: (Tela’ah Pemikiran Hadis Kontemporer Yusuf Al-Qardawi) Wildan Hidayat
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 7: Juni 2022
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sunnah persepektif ulama kontemporer yang pada kajian ini adalah Yusuf Al-Qardawi selain merupakan sumber hukum ilmu agama dan sains juga merupakan sumber peradaban. Yusuf al-Qardawi melalui pengertian sunnah menghantarkan manusia dari pemahaman dangkal dan primitif menuju pemahaman yang luas dan mendalam mengenai akal dan kehidupan. Fenomena selfie merupakan salah satu fenomena kekinian yang hukumnya mengikuti hukum asal dari berfoto yaitu mubah. Berdasarkan perspektif Yusuf Al-Qardawi, selfie dapat dihukumi sunnah jika digunakan untuk berdakwah. Hukum asal selfie dapat ditentukan berdasarkan objek dan tujuan pelaku selfie. Selfie dihukumi boleh jika untuk berkomunikasi dan dapat dihukumi haram jika digunakan untuk menipu, menghina dan keburukan lain. Perspektif Yusuf Al-Qardhawi mengarahkan hukum selfie lebih luas bergantung pada objek dan tujuan pelaku selfie
Problematika Selfie Perspektif Hadits Nabi: (Tela’ah Pemikiran Hadis Kontemporer Yusuf Al-Qardawi) Wildan Hidayat
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 7: Juni 2022
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.629 KB)

Abstract

Sunnah persepektif ulama kontemporer yang pada kajian ini adalah Yusuf Al-Qardawi selain merupakan sumber hukum ilmu agama dan sains juga merupakan sumber peradaban. Yusuf al-Qardawi melalui pengertian sunnah menghantarkan manusia dari pemahaman dangkal dan primitif menuju pemahaman yang luas dan mendalam mengenai akal dan kehidupan. Fenomena selfie merupakan salah satu fenomena kekinian yang hukumnya mengikuti hukum asal dari berfoto yaitu mubah. Berdasarkan perspektif Yusuf Al-Qardawi, selfie dapat dihukumi sunnah jika digunakan untuk berdakwah. Hukum asal selfie dapat ditentukan berdasarkan objek dan tujuan pelaku selfie. Selfie dihukumi boleh jika untuk berkomunikasi dan dapat dihukumi haram jika digunakan untuk menipu, menghina dan keburukan lain. Perspektif Yusuf Al-Qardhawi mengarahkan hukum selfie lebih luas bergantung pada objek dan tujuan pelaku selfie
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI MODEL PAIRED STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG KARTUN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KALISARI Solehan; Wildan Hidayat
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1 No. 2 (2024): Januari
Publisher : Publikasi Inspirasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62017/jppi.v1i2.190

Abstract

Salah satu peran guru yang sangat penting adalah menciptakan proses pembelajaran yang bermutu, berkualitas dan menyenangkan. Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui seberapa besar dampak peningkatan minat siswa terhadap penggunaan Model Paired Storytelling yang diinterprestasikan menjadi sebuah cara penyampaian dongeng melalui wayang Kartun. Model ini dapat dinilai meningkatkan kemampuan minat siswa dengan melihat beberapa aspek yaitu: aktivitas siswa, aktivitas guru dan efektivitas proses pembelajaran, dan nilai hasil prestasi siswa. Teknik yang digunakan adalah dengan pendekatan penelitian tindakan kelas, teknik pengumpulan data observasi, dan tes hasil belajar siswa. Perolehan data baik aktivitas siswa maupun nilai hasil belajar sisiwa pada siklus I dan II dalam penelitian tindakan kelas dapat ditafsirkan sebagai berikut; (1) Minat dan kemampuan siswa terhadap pembelajaran menulis karangan sangat baik. (2) Media Gambar sangat membantu siswa dalam meningkatkan imajinasi sehingga mampu membuat kalimat sederhana yang menjadi kerangka karangan dan kemudian dikembangkan lagi. (3)  Siswa mampu menginterprestasikan kalimat sederhana dengan cara mengkaitkan gambar seri yang diamatinya. (4) Siswa mampu mengkomunikasikan tulisannya berdasarkan hasil pengamatan kepada temannya maupun kepada guru. (5) Proses pembelajaran lebih variatif sehingga anak menjadi kreatif, aktif dan menyenangkan. (6) Pembelajaran lebih efektif, karena terfokus pada media gambar. (7) Pembelajaran akan kondusif, karena perhatian siswa tertuju pada media gambar yang telah disediakan. (8) Guru mudah untuk mengevaluasi hasil kegiatan anak terutama pada aspek minat dan kemampuan siswa. (9) Dapat dijadikan tolak ukur pada pembelajaran berikutnya.