This Author published in this journals
All Journal Mediator
Septiawan Santana
Fikom Unisba

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Mengapa Wacana Teks Jurnalistik Itu Unik: Sebuah Esai Santana, Septiawan
Mediator Vol 1, No 1 (2000)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknologi media massa membawa kompleksitas hubungan komunikasi manusia. Setiap manusia menjadi memakai wacana pesan yang berbeda dari sifat personal dan kelompok. Ruang sosial peristiwa-berita berkembang selaras dengan kebutuhan masyarakat dalam membuat pola interaksi sosialnya melalui media massa. Media massa, dalam perkembangannya, kemudian menginstitusikan wacana teks yang unik. Karakterisik pesan jurnalistik, sebagai bagian dari komunikasi massa, menjadi memiliki keunikan dalam sampaian dan muatannya.
Kemungkinan Bahasa Sastra Diadopsi Jurnalisme Santana, Septiawan
Mediator Vol 5, No 1 (2004)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Upaya penyampaian pesan jurnalistik cetak, yang ber-feed back tidak langsung, diatasi dengan lebih mengaransir aspek “human interest” dalam susunan pelaporan. Efek medium “cetak”, yang tidak audio visual, dieliminir jurnalisme. Tiap peristiwa yang diletakkan tiap ujud fakta, dikemas lagi ke dalam pengisahan teknik “fiksi” sastra untuk menghampiri “bayangan” pembaca akan news value (nilai berita) yang punya daya greget. Pembaca diharapkan akan asyik membayangkan rincian kisah fakta-berita yang tengah aktual terjadi, serta akan diberi ulasan yang lebih mendalam dalam perspektif yang lebih meluas. Kekuatan tulisan sastra, misalnya, menjadi alat menjiplak jurnalis: mengembangkan sebuah pelaporan yang lebih menggigit “dramatisasi”, dan pelebaran isi pesan (pemaknaan) dienkoding masyarakat. Pencairan fakta dan fiksi, misal yang lain, juga membangun kepercayaan bahwa kenyataan “semiotis” pun memiliki daya guna bagi pelaporan fakta-berita. Kenyataan sosial dan realitas empirik ternyata bisa didekati dengan sebuah upaya membangun penyampaian pesan lewat semiotika pencitraan.
“Self” Profesor Komunikasi di Kumpulan Cerpen Islami Santana, Septiawan
Mediator Vol 5, No 1 (2004)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Judul: Senja di San Fransisco: Parade Cerpen Islami; Pengarang: Deddy Mulyana; Penerbit: PT Rosdakarya, Bandung; Tahun terbit: 2004; Tebal: x + 245 halaman.
Menulis Ilmiah Kualitatif: Sekadar Pengantar Santana, Septiawan
Mediator Vol 5, No 2 (2004)
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dunia ilmiah, selama ini, banyak dikenali sebagai dunia serius. Dunia objektif. Penalaran. Kaku. Tidak boleh dibuat main-main. Ini dimunculkan, antara lain, dalam penulisan ilmiah, yang bersifat kuantitatif. Semua itu tidaklah salah. Bukan sesuatu yang buruk, sebab sudah memiliki logikanya sendiri. Namun terlepas dari berbagai pandangan orang tentang penulisan ilmiah kuantitatif, banyak orang kemudian merasa enjoy membaca laporan riset kualitatif. Sebuah laporan kualitatif, lazimnya, dipenuhi dengan pelbagai deskripsi, detail penuh warna, dan sifat-sifat yang cenderung tidak formal. Berdasarkan karakteristik itulah, di antaranya, tulisan kualitatif memiliki daya enterprise. Bila dirunut, jejak sejarahnya bertaut dengan kisah sastra (literary) memasuki dunia akademik.
Wacana “Investigative Reporting” Santana, Septiawan
Mediator Vol 7, No 2 (2006): Bagaimana Kita Menafsirkan Komunikasi Pembangunan?
Publisher : FIkom Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Investigative reporting, as the result of recent journalism development, becomes a new benchmark in journalism practice. To learn more about investigative journalism, one can learn from Ida Tarbell, a legend of investigative journalism, and his works. Tarbell began his journalism practice by doing preliminary research over hundreds of documents. This phase was called paper trail. Tarbell used combination of data gathering methods to gaining in depth and perspective on his issue. In order to enliven his story, Tarbell utilized narrative technique to tell his story. In recent times, Tarbell reportage become a model of basic investigative journalism. As pointed out in this article, data was dig through a series of phases: (1) surface facts; (2) repertorial enterprise; dan (3) interpretation and analysis. Based on this basic procedures, Paul N. Williams described 11 steps of investigative reporting, started from conception to publication and follow-up stories. The key of success in writing investigative reporting is probing and digging, attentively, intensively.