Puji Santosa
Pusat Bahasa, Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

RESEPSI SASTRA KISAH GANDARI DALAM PUISI INDONESIA MODERN Santosa, Puji
Aksara Vol 29, No 1 (2017): Aksara, Edisi Juni 2017
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.021 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v29i1.116.1-18

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan memaknai resepsi sastra kisah Gandari dalam puisi Indonesia modern yang dilakukan oleh Gunawan Maryanto, Djoko Saryono, dan Goenawan Mohamad. Masalah penelitian adalah resepsi sastra kisah Gandari yang digubah menjadi puisi Indonesia modern. Untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan digunakan metode kualitatif yang ditopang dengan deskripsi, analisis isi, dan komparasi. Hasil dan pembahasaan penelitian ini membuktikan bahwa resepsi sastra kisah Gandari dalam puisi Indonesia modern melalui pemaknaan: (1) transformasi kisah Gandari dengan kreativitas estetis sebagai proses kreatif penyair, (2) referensi gerak budaya sebagai pertanda bahwa kisah Gandari itu dinamis, akulturatif, dan integratif menjadi lambang perjuangan wanita yang menjadi korban kekuasaan, wibawa, dan cinta, serta (3) reaktualisasi filosofi dan nilai budi pekerti perjuangan Gandari melawan suratan takdir dan nasib, meskipun pada akhirnya kalah dan menyerah, sebagai suatu pembelajaran bahwa manusia diberi hak untuk tetap berusaha sekuat kemampuan mencapai cita-cita dan harapannya. Dari hasil penelitian itu dapat disimpulkan bahwa resepsi sastra kisah Gandari dalam puisi Indonesia modern menunjukkan adanya pemaknaan yang dinamis, kreatif, estetis, serta memberi roh dan kehidupan mitos yang tidak dapat dipisahkan dari realitas sehari-hari.  
REPRESENTASI KISAH NABI IBRAHIM DALAM DELAPAN SAJAK INDONESIA MODERN (The Story Representation of Prophet Ibrahim in Eight Modern Indonesian Poems) Santosa, Puji
METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra Vol 4, No 1 (2011)
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26610/metasastra.2011.v4i1.68-81

Abstract

Makalah ini mengkaji representasi kisah Nabi Ibrahim dalam delapan sajak Indonesia modern, yaitu “Hanya Satu” (Amir Hamzah), “Ibrahim! Ibrahim!” (Remy Sylado), “Bapak Semua Bangsa” (Remy Sylado), “Sajak 10 Zulhijah” (Remy Sylado), “Balada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s.” (Taufiq Ismail), “Sajak-Sajak Kelahiran” (Abdul Hadi W.M.), “Ibrahim Alaihisalam I” (Ahmadun Yosi Herfanda), dan “Ibrahim Alaihisalam II” (Ahmadun Yosi Herfanda). Kajian terhadap kedelapan sajak Indonesia modern yang ditulis oleh lima penyair tersebut dilakukan dengan cara membandingkan kisah Nabi Ibrahim yang terdapat dalam Alkitab dan Alquran dengan puisi hasil kreasi lima penyair tersebut. Hasil kajian dari delapan puisi tersebut merepresentasikan pewartaan keimanan Nabi Ibrahim dalam menyebarluaskan ajaran ketuhanan. Nabi Ibrahim dipandang sebagai insan yang paling luhur dan mulia karena Nabi Ibrahim disebut sebagai “abu al-anbiya”, yakni bapak segala nabi-nabi atau para rasul Tuhan, sekaligus juga kekasih Allah yang Mahapenyayang. Nabi Ibrahim menegakkan keesaan Tuhan dengan memberangus semua berhala dan mendirikan Kakbah. Hasil kajian ini merekomendasikan agar setiap insan dapat meneladani keluhuran dan kemuliaan budi pekerti Nabi Ibrahim yang senantiasa beriman kepada Tuhan.Abstract:This paper examines the story representation of Prophet Ibrahim in the eight modern Indonesian poems, namely, “ Hanya Satu (The Only One) “ (Amir Hamza), “Abraham! Abraham! “(Remy Sylado),” Bapak Semua Bangsa (The father of all Nations)”(Remy Sylado),” 10 Zhul- Hijjah Poem”(Remy Sylado),” Balada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. (Ballad of the Prophet Ibrahim and Prophet Ismail a.s.) “(Taufiq Ismail),” Sajak-Sajak Kelahiran (Birth Poems )”(Abdul Hadi WM), “Ibrahim Alaihisalam I” (Yosi Ahmadun Herfanda), and “Abraham Alaihisalam II” (Yosi Ahmadun Herfanda). The study of eight modern Indonesian poems written by five poets was done by comparing the story of Prophet Ibrahim contained in the Bible and the Qur’an to the poetry created by the five poets. The study finds that the eight poems represents preaching the faith of Prophet Ibrahim in disseminating the teachings of the divine. Prophet Ibrahim was seen as the most sublime and the most glorious man, hence; the Prophet Ibrahim was so called ‘’abu al- anbiya’, namely, the father of all prophets,  as well as The Lover of God, Most Merciful. Prophet Ibrahim upheld the unity of God by destroying all the idols and set up the Ka’ba. The results of this study recommends that every man can imitate the grandeur and glory of the Prophet Ibrahim who always believed in God.
KEARIFAN BUDAYA DAN FUNGSI KEMASYARAKATAN DALAM SASTRA LISAN KAFOA (Local Wisdom and Communal Function in The Oral Literature of Kafoa) Santosa, Puji
METASASTRA: Jurnal Penelitian Sastra Vol 5, No 1 (2012)
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26610/metasastra.2012.v5i1.67-82

Abstract

Penelitian ini mengungkapkan dan mendeskripsikan kearifan budaya dan fungsi kemasyarakatan dalam sastra lisan Kafoa di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menemukan enam judul sastra lisan yang memiliki kearifan budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat tersebut. Kearifan budaya tersebut meliputi fungsi dan nilai budaya sebagai media komunikasi lisan masyarakat setempat. Ada enam fungsi budaya kemasyarakatan dalam sastra lisan Kafoa, yaitu (1) fungsi hiburan, (2) fungsi estetis, (3) fungsi media pendidikan nonformal, (4) fungsi kepekaan batin dan sosial, (5) fungsi penambah wawasan, dan (6) fungsi pengembangan kepribadian. Sementara itu, ada juga enam nilai budaya masyarakat Kafoa yang terungkap dalam sastra lisannya, yaitu (1) religiusitas, (2) upaya belajar dari alam, (3) sportivitas dan kebersatuan, (4) semangat untuk menjaga persatuan dan kesatuan, (5) penghargaan terhadap yang muda dan berprestasi, dan (6) sifat tolong-menolong antarsesama. Kearifan budaya dan fungsi kemasyarakatan dalam sastra lisan tersebut menunjukkan adanya kesantunan berbahasa dan sikap menghormati orang lain sehingga menjadi penentu arah kebijaksanaan hidup yang mulia, luhur, dan bermartabat.Abstract:This study reveals and describes the cultural wisdom and social function in oral litera- ture Kafoa, Alor Island, Nusa Tenggara Timur. The study found six oral literature titles having cultural wisdom that is retained by the community. These include cultural wisdom and cultural values as a function of oral communication media in the community. There are six functions of civic culture in Kafoa oral literature, namely (1) entertainment function, (2) aesthetic function, (3) non-formal educational media function, (4) inner and social sensitivity  function, (5)enhancer sight function, and (6) personality development function. In the meantime, there are also six Kafoa cultural values expressed in the oral literature, namely (1) religiosity, (2) effort to learn something from nature, (3) fairness and unity, (4) spirit to maintain the unity and integrity, (5) appreciating the young achievers, and (6) mutual assistance. Cultural wisdom and social function in oral literature shows the language of politeness and respect other people so that it determines the wisdom direction a glorious, noble, and dignified life.
PERLAWANAN BANGSA TERJAJAH ATAS HARKAT DAN MARTABAT BANGSA: TELAAH POSTKOLONIAL ATAS TIGA SAJAK INDONESIA MODERN Santosa, Puji
ATAVISME Vol 12, No 2 (2009): ATAVISME, Edisi Desember 2009
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4576.497 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v12i2.166.147-156

Abstract

Kesadaran kebangsaan mengenyahkan peniajahan adalah persoalan nasionalisme suatu bangsa. Nasionalisme di wilayah jajahan adalah reaksi dari tekanan-tekanan sosial dan poliris yang beraneka macam dari para penjajah. Indonesia telah mengalami penjajahan bcrulang kali, seperti penjajahan Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Jejak-jejak penjajahan bangsa Eropa dan bangsa Asia Timur Raya tersebut di Indonesia terekam secara jelas dalam sastra Indonesia modern, misalnya dalam tiga sajak Indonesia modern, yaitu sajak "Hang Tuah" karya Amir Hamzah yang merekam jejak pcrlawanan terhadap kolonial bangsa Postugis, sajak "Apa Kata Laut Banda" karya Mansur Samin yang merekam jejak perlawanan pahlawan Maluku terhadap kolonial bangsa Belanda, dan sajak "Sontanglelo" karya Mansur Samin yang merekam jejak perlawanan pcmuda Batak terhadap penjajahan bangsa Jepang. Ketiga sajak Indonesia modem itu dipilih sebagai percontoh pembicaraan tentang kritik postkolonial dengan alasan: (1) Ketiga sajak di atas merekam sejarah bangsa tentang jejak- jejak penjajahan di Indonesia, yakni suatu semangat kesadaran anak bangsa unluk berdaulat, terbebas dari penjajahan serta membangkitkan semangat nasionalisme bangsa, (2) Ketiga sajak di atas ditulis dalam bentuk puisi naratif atau balada yang berisi kisah perlawanan anak bangsa terhadap kolonial, yakni diwakili oleh tokoh Hang Tuah yang rnengadakan perlawanan terhadap bangsa Portugis, tokoh Maria Christina Martha yang mcngadakan perlawanan terhadap bangsa Belanda, dan tokoh Sontanglelo yang mengadakan pcrlawanan terhadap bangsa Jepang. Wujud perlawanan kctiga tokoh di atas merupakan reaksi atas tekanan sosial dan politik dari para kolonialis untuk pembebasan negerinya. Abstract: National awareness to evict colonialization is a nationalism issue of a nation. Nationalism in a colourized territory is a reaction from various social and political pressures of the colonizers. Indonesia had suffered from colonialization for many times, such as colonializations by Portuguese, Dutch, English, and Japanese. The trajectories of European and East Asian colonialization in Indonesia have clearly recorded in modem Indonesian literature, for instance in three modern Indonesian poems, namely "Hang Tuah", written by Amir Hamzah which recorded the resistance trajectory against Portuguese colonial, '' Apa Kata Laut Banda" written by Mansur Samin which recorded the resistance trdject01y of Maluku's heroine against the Dutch colonial, and "Sontanglelo" written by Mansur Samin which recorded the resistance trajectory of a Barak young man against Japanese colonial. The three modem Indonesian poems are selected as examples in a discussion of the postcolonial critic by the reasons: (1) The three poems are records of the national history about colonial trajectory in Indonesia, i.c. a spirit of a national awareness to independent, free from colonialism and arousing the nationalism spirit of a nation. (2) The three poems were written in the form of narrative poems or ballads presenting the stories of a nation resistance against colonialism, i.e. represented by Hang Tuah who fought against Portuguese colonialism, Maria Martha Christina who fought against Dutch colonialism, and Sontanglelo who fought against Japanese colonialism. The realization of the three characters is a reaction to the colonial's social and political pressures in liberating their nation. Keywords: national awareness. nationalism, colonialism, postcolonial, liberation.
KRITIK MITOS TENTANG “HANG TUAH” KARYA AMIR HAMZAH Santosa, Puji
ATAVISME Vol 17, No 1 (2014): ATAVISME, Edisi Juni 2014
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v17i1.17.29-39

Abstract

This study reveals the myth criticism on rhyme "Hang Tuah", an Amir Hamzah?s work expressing Malay myth. The Malay myth found in the rhyme "Hang Tuah" is placed as a meeting place of myth criticism study which includes (1) the structure of the text, (2) figure with its ideology, (3) setting presenting the myth, (4) type of myth, (5) method the poet displays the myth, and (6) the benefit or function of myth. The six elements of the review are expected to contribute in exposing and describing the element of mythology in modern Indonesian poetry and its relevance to the present situation. It is identified that Hang Tuah has an ideology of Malay heroism loyalty able to be a resource in national character building: willing to sacrifice and resilient in defending the country's sovereignty rights. The Malay heroic myth of Hang Tuah, delivered in the form of poetic ballads, adds to the classic aesthetic value. The present benefits of Hang Tuah myth, by his heroism in getting rid of European colonization, is certainly to boost the fighting spirit in defending the rights and dignity as an independent nation, free from occupation or colonialism.  This study reveals the myth criticism on rhyme "Hang Tuah", an Amir Hamzah?s work expressing Malay myth. The Malay myth found in the rhyme "Hang Tuah" is placed as a meeting place of myth criticism study which includes (1) the structure of the text, (2) figure with its ideology, (3) setting presenting the myth, (4) type of myth, (5) method the poet displays the myth, and (6) the benefit or function of myth. The six elements of the review are expected to contribute in exposing and describing the element of mythology in modern Indonesian poetry and its relevance to the present situation. It is identified that Hang Tuah has an ideology of Malay heroism loyalty able to be a resource in national character building: willing to sacrifice and resilient in defending the country's sovereignty rights. The Malay heroic myth of Hang Tuah, delivered in the form of poetic ballads, adds to the classic aesthetic value. The present benefits of Hang Tuah myth, by his heroism in getting rid of European colonization, is certainly to boost the fighting spirit in defending the rights and dignity as an independent nation, free from occupation or colonialism Key Words: myth criticism; heroism; loyalty; fighting spirit Abstrak: Penelitian ini mengungkapkan kritik mitos sajak ?Hang Tuah? karya Amir Hamzah yang menampilkan mitos Kemelayuan. Mitos Kemelayuan yang ditemukan dalam sajak ?Hang Tuah? tersebut ditempatkan sebagai pumpunan penelaahan kritik mitos yang meliputi (1) struktur teks, (2) tokoh dengan ideologinya, (3) latar yang menghadirkan mitos, (4) jenis mitos, (5) cara penyair menampilkan mitos, dan (6) manfaat atau fungsi mitos. Dengan keenam unsur penelaahan kritik mitos itu diharapkan dapat diungkapkan dan dideskripsikan adanya unsur mitologi dalam puisi Indonesia modern dan relevansinya dengan keadaan masa kini. Ternyata Hang Tuah memiliki ideologi loyalitas heroisme Kemelayuan yang dapat menjadi pembentuk karakter bangsa: rela berkorban dan tangguh mempertahankan hak kedaulatan negeri. Mitos kepahlawanan Melayu Hang Tuah dengan cara disampaikan dalam bentuk balada yang puitis menambah nilai estetika klasik. Manfaat bagi kehidupan masa kini mitos Hang Tuah, atas kepahlawanannya mengusir penjajahan bangsa Eropa, tentu sebagai pemompa semangat juang mempertahankan hak dan martabat diri sebagai bangsa yang merdeka, bebas dari penjajahan atau kolonialisme
TELAAH INTERTEKSTUAL TERHADAP SAJAK-SAJAK TENTANG NABI AYUB Santosa, Puji
ATAVISME Vol 14, No 1 (2011): ATAVISME, Edisi Juni 2011
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v14i1.99.15-28

Abstract

Makalah ini menelaah secara intertekstual enam sajak Indonesia modern yang berisi tentang Nabi Ayub, yaitu ?Tafsir Ayub Sang Nabi? (Motinggo Busye), ?Balada Nabi Ayub?(Taufiq Ismail), ?Ini Terjadi Ketika Matahari Menggapai Sia-Sia? (Darmanto Jatman), ?Doa Ayub?(Abdul Hadi W.M.), serta ?Duka Ayub? dan ?Ayubkan Kesabaran? (Emha Ainun Nadjib). Berdasarkan prinsip intertektual, keenam sajak Indonesia modern tersebut ditelaah dengan cara membandingkan, menjajarkan, dan mengontraskan teks transformasi dengan teks lain yang diacunya. Hasil telaah itu membuktikan bahwa keenam sajak tersebut merupakan mosaik, kutipan-kutipan, penyerapan, dan transformasi teks-teks kisah Nabi Ayub yang terdapat dalam Alkitab, Alquran, Cerita-cerita Alkitab Perjanjian Lama, dan Qishashul Anbiya. Dengan cara membandingkan, menjajarkan, dan mengontraskan diperoleh makna bahwa kelima penyair sastra Indonesia tersebut secara kreatif estetis mentransformasikan kisah Nabi Ayub ke dalam ciptaan karya sajak yang bernilai sebagai teladan kesabaran dan ketabahan ketika menghadapi berbagai cobaan hidup yang dideritanya. Abstract: This paper intertextually examines six modern Indonesian poetries which contain about the Prophet Job, namely ?Tafsir Ayub Sang Nabi? (Motinggo Busye), ?Balada Nabi Ayub? (Taufiq Ismail), ?Ini Terjadi Ketika Matahari Menggapai Sia-Sia? (Darmanto Jatman), ?Doa Ayub? (Abdul Hadi W.M.), ?Duka Ayub? (Emha Ainun Nadjib), and ?Ayubkan Kesabaran? (Emha Ainun Nadjib). Based on the principle of intertextuality, the six modern Indonesian poetries are reviewed by comparing, aligning, and contrasting the transformation of a text with other texts to which it refers. The result proves that the six texts of modern Indonesian poetry are mosaic, quotations, absorptions, and transformation of texts contained the story of Prophet Job in the Bible, the Quran, Bible Stories Old Testament, and Qishashul Anbiya. By the way of comparison, alignment, and contrast, the analysis obtained the meaning that the five Indonesian poets creatively transformed the story of ?Kisah Nabi Ayub? into the creation of poetries which are valuable as a paragon of patience and fortitude in the face of various trials of life suffered. Key Words: intertextual; mosaics; quotes; absorption; transformation