Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Redesign and Improvement of Pottery Spinner to Increase Worker Producivity I Made Agus Putrawan; I Gede Santosa; Ketut Adi
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 20 No 2 (2020): July
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31940/logic.v20i2.1845

Abstract

Many small industries produce handicrafts related to art in Bali, one of which is pottery. Pottery is an object made of clay which is formed and then burned to be a unique shape such as: jugs, glassware, cauldron, brazier, piggy bank, and other objects. The process of producing pottery required the complex steps, from preparing clay, printing by turning, drying and burning. The main difficulty of pottery producers is in the process of forming shapes which involved the rotating spinner. Most of small industries still use the manual spin control to rotate clay bucket holder. This research aims to re-design of a rotating spin machine from the existing pottery industries to increase the productivity. The sample was overtaken from 12 craftsmen in Singakerta Village, District of Ubud Gianyar, Bali. Sample P0 was given to craftsmen is still used the old design and P1 was given to sample modified and re-designed the old machine with added automatic control of rotating spinner. Workload is calculated based on the worker's pulse rate which is measured using a pulse meter. Research data were analyzed using descriptive and inferential statistics. T-test method was performed to analyzing the differences range between groups P0 and P1 at significance level of 5%. The results showed a workload was decreased from heavy to moderate by 12.09%. Production rate was increased by 282.1%, and productivity increased by 334.6%
PENGARUH PENERAPAN ERGONOMI PADA FASILITAS KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS PEKERJA PEMBUNGKUS DODOL DI DESA PENGLATAN KABUPATEN BULELENG I Gede Santosa
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 15 No 2 (2015): July
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.697 KB)

Abstract

Suatu proses industri merupakan suatu sistem kerja yang saling mendukung satu sama lain daritiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem kerja yang tidak ergonomois dalam suatu perusahaanseperti cara, sikap dan posisi kerja akan berpengaruh terhadap produktivitas, efesiensi danefektivitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pada bagian pembungkusan dodol di DesaPenglatan Buleleng menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang digunakan olehpekerja pada bagian pembungkusan dodol, tidak sesuai dengan antropometri tubuh pekerja yangmenyebabkan keluhan sakit pada pekerja hal ini ditunjukkan dalam hasil kuesioner peta tubuh yangdilakukan setelah selesai bekerja 100% pekerja merasakan keluhan sangat sakit pada bahu, leher, punggung,pinggang, bokong, pantat, lutut, betis, kaki, dan lengan. 100% tidak merasakan sakit pada siku dan tangan.Kesemua rasa sakit yang dirasakan pekerja ini, disebabkan oleh bekerja dengan posisi duduk bersiladilantai dan menunduk dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, dilakukan perancangan dan penerapanfasilitas kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja berupa meja dan kursi kerja. Perancangan tersebutdiambil dari pengukuran antropometri pekerja, data antropometri pekerja yang diambil untuk perancanganfasilitas kerja adalah 50-th persentil. Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang ergonomis terjadipengurangan keluhan pada pekerja setelah selesai bekerja 70%, pekerja merasakan keluhan agak sakit dan 30%nya merasakan sakit pada leher, bahu, lengan, punggung, pinggang, bokong, pantat. 80% pekerjamerasakan keluhan agak sakit dan 20% sakit pada lengan, pergelangan tangan, paha, pantat, lutut, betis dankaki. Produktifitas pekerja pada bagian pembungkusan juga terjadi peningkatan antara 15% sampai dengan 22%.
PENERAPAN KONSEP ERGONOMI PADA PERANCANGAN ALAT ANGKUT MATERIAL BERDASARKAN ANTHROPOMETRI OPERATOR I Gede Santosa
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 16 No 2 (2016): July
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses material handling pada pengangkutan material dari satu mesin ke mesin berikutnya, dilakukan dengan memanfaatkan alat angkut yang masih menggunakan manusia sebagai operator pengendali alat angkut tersebut secara manual. Alat angkut yang digunakan , memiliki beberapa kelemahan yaitu, tidak memiliki pintu untuk memudahkan proses pengeluaran dan pemasukan, roda yang digunakan menggunakan bearing sehingga tenaga yang dikeluarkan cukup besar disaat mendorong dan membelok, serta menimbulkan suara berisik yang bisa mengganggu pendengaran. Tidak memiliki pegangan (handle), sehingga operator harus membungkuk disaat mendorong alat angkut tersebut. Perancangan alat angkut material ini mempertimbangkan kriteria ergonomi , dalam hal ini posisi dan ukuran anthropometri operator pada saat mendorong alat angkut tersebut dan juga terdapat sembilan kriteria ergonomi hasil rancangan produk yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja operator yang memanfaatkan alat tersebut. Sembilan kriteria tersebut adalah, kapasitas angkut dengan volume yang relatif sama dengan saat sekarang, alat memiliki pegangan yang disesuaikan dengan bentuk tangan, tinggi pegangan yang disesuaikan dengan ukuran badan operator, memiliki pintu untuk mengeluarkan dan memasukkan, roda yang tidak berisik dan mudah dioperasikan, sehingga tenaga yang dikeluarkan tidak besar, bahan relatif kuat, serta pemeliharaan murah. Proses pemilihan alternatif dilakukan dengan memberikan bobot kriteria berdasarkan pertimbangan ergonomi, selanjutnya seluruh kriteria dipetakan pada matrix morphology, sehingga didapat alternatif rancangan alat pengangkut material Keputusan pemilihan alat angkut yang fisibel dilakukan dengan model jaringan dengan fungsi tujuan memaksimumkan bobot sembilan kriteria.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PERAJIN IKAN TERI DENGAN KONVERSI ENERGI BIOMASSA Gede Bawa Susana; I Gede Santosa
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 15 No 1 (2015): March
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.337 KB)

Abstract

Proses pengeringan ikan teri secara alamiah memerlukan waktu dua hari saat cuaca cerah dan suhupengeringan tidak optimal yaitu ±33,43oC. Saat cuaca mendung atau hujan, perajin tidak bisa melakukan prosespengeringan. Proses pengeringan alamiah akan menimbulkan beban kerja tambahan dan rendahnya produktivitasperajin ikan teri. Oleh karena itu diterapkan metode konversi energi biomassa yaitu menggunakan heatexchanger untuk memindahkan udara panas ke dalam ruang pengering dengan sistem konveksi paksa dan udarapanas ini dihasilkan dari proses pembakaran biomassa sabut kelapa di dalam tungku. Hasil pengujian yangdilakukan pada 20 sampel, diperoleh bahwa dengan konversi energi biomassa yang diterapkan pada prosespengeringan dapat meningkatkan produktivitas perajin ikan teri sebesar 54,88%.
Working Productivity Analysis on the Process of Drying Fish Using Solar Dryers I Gede Santosa; I Gede Bawa Susana
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 21 No 1 (2021): March
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31940/logic.v21i1.2435

Abstract

The process of drying fish using solar energy is strongly influenced by weather conditions. Sunlight is needed by household scale workers because it is cheap. On the other hand, sun drying creates additional workload for workers. Workers are exposed to hot sun during drying. Continuous heat exposure results in an increased work pulse. This affects the level of worker productivity. To anticipate this, a solar dryer is used by utilizing a solar collector as an absorber of sunlight and a drying chamber for the drying process of fish. The use of solar dryers has been shown to increase drying temperatures and reduce workers' sun exposure. This decreases the workload of workers, so that it has an impact on increasing productivity. Worker productivity increased by 133.94%.
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIKAP KERJA TERHADAP EFEK PERUBAHAN PUSAT GRAVITASI DAN TITIK TUMPU I Gede Santosa Santosa
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 14 No 1 (2014): March
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.355 KB)

Abstract

Penelitian ini meneliti efek perubahan pusat gravitasi (CG) dan titik tumpu (PS) di tubuh selama berdiri/bekerja pada mesin bubut di saat mengalami kelelahan biomechanical. Sampai hari ini, pekerja yang bekerja pada posisi berdiri sering mengalami kelelahan biomechanical. dengan merancang kembali (PS) dan (CG) pekerja pada mesin bubut dari tegak berdiri ke half-sitting atau dengan tidak ada dukungan (HSWNS) posisi berdiri dan half-sitting atau dengan dukungan posisi (HSWS), posisi berdiri ergonomic dapat diperoleh. Oleh karena itu, kelelahan biomechanical dapat dikurangi berdasarkan konsep anaerobic metabolisme energi (AEM) di mana konsentrasi asam laktat dan glukosa dirubah. Penelitian ini menggunakan pre- pos dan grup desain Populasi 60 mahasiswa/pekerja di bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali, memilih menggunakan kriteria dan di random. Ukurannya dari grup 10 subjek, HSWN 10, HSW 10, dan kontrol 6 subjek. ini dapat disimpulkan, pertama, pekerja mesin bubut yang tidak melakukan beberapa aktivitas untuk 3 jam menunjukkan tidak berubahnya asam laktat dan konsentrasi glukosa. (PS) dan (CG) selama bekerja di mesin bubut, mempunyai lebih tinggi (AEM) dari pada (HSWNS) dan (HSWS), dalam posisi berdiri. Kedua, (CG) dan (PS) selama bekerja di mesin bubut kita memerlukan kerutan tegap lebih tinggi daripada (HSWNS) dan (HSWS) dalam posisi berdiri. Ketiga, (CG) dan (PS) selama bekerja di mesin bubut (HSWS) dalam posisi berdiri, hasilnya dibandingkan. Untuk itu kita lebih nyaman dan (HSWNS) tinggi pada posisi berdiri. Ini direkomendasikan untuk perusahaan-perusahaan atau lembaga, pekerja harus bekerja pada posisi berdiri, harus merubah posisi pekerja mereka ke posisi half-sitting yang menyebabkan mereka menjadi lebih banyak santai untuk mereduksi kelelahan biomechanical
PENGARUH PENERAPAN ERGONOMI PADA FASILITAS KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS PEKERJA PEMBUNGKUS DODOL DI DESA PENGLATAN KABUPATEN BULELENG I Gede Santosa
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol 16 No 1 (2016): March
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.704 KB)

Abstract

Suatu proses industri merupakan suatu sistem kerja yang saling mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem kerja yang tidak ergonomois dalam suatu perusahaan seperti cara, sikap dan posisi kerja akan berpengaruh terhadap produktivitas, efesiensi, dan efektivitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pada bagian pembungkusan dodol di Desa Penglatan Buleleng menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang digunakan oleh pekerja pada bagian pembungkusan dodol, tidak sesuai dengan antropometri tubuh pekerja yang menyebabkan keluhan sakit pada pekerja hal ini ditunjukkan dalam hasil kuesioner peta tubuh yang dilakukan setelah selesai bekerja 100% pekerja merasakan keluhan sangat sakit pada bahu, leher, punggung, pinggang, bokong, pantat, lutut, betis, kaki, dan lengan. 100% tidak merasakan sakit pada siku dan tangan. Kesemua rasa sakit yang dirasakan pekerja ini, disebabkan bekerja dengan posisi duduk bersila di lantai dan menunduk dalam waktu yang lama. Oleh karena itu dilakukan perancangan dan penerapan fasilitas kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja berupa meja dan kursi kerja. Perancangan tersebut diambil dari pengukuran antropometri pekerja, data antropometri pekerja yang diambil untuk perancangan fasilitas kerja adalah 50-th persentil. Setelah dilakukan penerapan fasilitas kerja yang ergonomis terjadi pengurangan keluhan pada pekerja setelah selesai bekerja 70%, pekerja merasakan keluhan agak sakit dan 30% nya merasakan sakit pada leher, bahu, lengan, punggung, pinggang, bokong, pantat. 80% pekerja merasakan keluhan agak sakit dan 20% sakit pada lengan, pergelangan tangan, paha, pantat, lutut, betis dan kaki. Produktifitas pekerja pada bagian pembungkusan juga terjadi peningkatan antara 15% sampai dengan 22%.
PERANCANGAN SISTEM KERJA ERGONOMIS SECARA INTEGRALIS DAN HOLISTIK BERDASARKAN SIMULASI SOFTWARE POWERSIM 2.10 I Gede Santosa
Matrix : Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika Vol 4 No 3 (2014): MATRIX - Jurnal Manajemen Teknologi dan Informatika
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah, P3M Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.332 KB)

Abstract

Perancangan sistem kerja ergonomis secara integralis dan holistik lebih menitikberatkan pada perancangan sistem secara makro, optimasi sistem kerja dalam kaitannya dengan perilaku organisasi dan psikologi organisasi. Model pengembangan yang ditekankan adalah organization-human interface technology. Agar dapat memberikan gambaran kinerja sistem secara keseluruhan, dalam makalah ini disajikan sebuah model interaksi penyederhanaan dengan menggunakan pemodelan sistem kerja. Software bantu yang digunakan adalah Powersim. Pemodelan dilakukan dengan memecah sistem perusahaan menjadi komponen sistem kerja yang terdiri dari pengaturan beban kerja fisik, pengambilan asumsi kerja psikis, serta sebuah level keluaran yang dikehendaki. Sebagian besar loop iterasi menggunakan sistem umpan balik positif. Umpan balik positif memiliki perilaku tertentu yaitu saling menghancurkan dengan penurunan yang sangat cepat (vicious circle) atau akan saling memperbaiki dengan kecepatan sangat tinggi (virtuous circle). Umpan balik ini sesuai dengan dengan paradigma ergonomic bahwa semakin baik tingkat ergonomic akansemakin baik tingkat ekonomi – goodergonomic is good economic. Aspek kebijakan/policy dari manajemen juga dapat dimasukkan dan dilihatpengaruhnya terhadap sistem dengan melakukan simulasi.
Thermal Performance Evaluation of the Variation of Condenser Dimensions for Foodstuffs Transportation Cooling Systems I Gede Bawa Susana; I Gede Santosa
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol. 21 No. 3 (2021): November
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah, P3M, Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.194 KB) | DOI: 10.31940/logic.v21i3.184-189

Abstract

The process of sending food using transportation requires a refrigeration system to keep the product fresh. Unsuitable temperatures will cause the transported products to often experience damage so that they are rejected in the mark. To achieve this, it is done through testing using a condenser with several variations of dimensions for a room temperature of 5oC. The dimensions of condenser-1 are (W 23 x H 14) inch2 x 19 mm, condenser-2 is (W 23 x H 14) inch2 x 26 mm, and condenser-3 is (W 23 x H 14) inch2 x 44 mm. The test results show that condenser-3 produces a faster cooling time compared to condenser-2 and condenser-1. Cooling time for condenser-3 is 1160 minutes, while condenser-2 and condenser-1 are 1560 minutes and 1860 minutes, respectively. Condenser-3 provides the lowest compression work of 42.131 kJ/kg compared to condensers 2 and 1, respectively 42.931 kJ/kg, and 46.147 kJ/kg. This has an impact on the COP value, namely condenser-3, condenser-2, and condenser-1 each of 3.437, 3.233, and 2.845. COP at condenser-3 occurs the highest. These results indicate that the largest condenser dimension gives the most optimum thermal performance results. An efficient refrigeration system has low compression work and high COP.
Analysis of the Use of Ergonomic Trolley on Musculoskeletal Complaints on Worker Transporting Gallons of Water and LPG 12 Kg I Gede Santosa; I Nyoman Budiartana
Logic : Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi Vol. 22 No. 1 (2022): March
Publisher : Unit Publikasi Ilmiah, P3M, Politeknik Negeri Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (838.197 KB) | DOI: 10.31940/logic.v22i1.22-26

Abstract

Everyday, the use of water and gas is very important for human life, especially drinking water and LPG gas. As time goes by, the need for drinking water and LPG gas is increasing every day, because people are aware of their health and desire to live a more practical life. With the increasing demand for drinking water and LPG gas, many drinking water and LPG gas companies are packaged with large capacities. such as gallon water with a capacity of 19 liters and LPG gas measuring 12 kg. If the weight of gallon water reaches 19kg and 12kg LPG gas reaches 27kg, this can cause workers to be tired and overwhelmed to serve consumers. Moreover, consumers live on the 2nd floor apartment which must still be served. Lifting workers in general, lift gallons of water and 12kg LPG gas using their hands and carry them and the work is done repeatedly, this can cause muscle injuries, especially in the wrists, elbows and shoulders. In addition, the time used is relatively long due to the limitations of workers who can only carry 1 gallon or 1 piece of 12 kg LPG gas, especially customers with long haul-haul distances, which require workers to carry them without any tools. As a solution to these problems, an ergonomically designed trolley was made so that the lifting and transport workers could work in a healthy, safe and comfortable manner. In this study, a 12kg LPG gas carrier and 2 gallons of water will be designed and continued by analyzing the use of these tools for workers in terms of musculoskeletal muscle complaints and fatigue levels. Specifications This trolley has been ergonomically designed that has been adapted to the anthropometry of the worker's body and is capable of transporting 2 gallons of aqua or 2 12 kg LPG gas. The trolley design results with dimensions: 70 cm wide and 140 cm high with a weight of 60 kg, quite simple to move around The results of testing and analysis of musculoskeletal complaints and fatigue levels were obtained that: The average musculoskeletal complaints of workers before working using a trolley was 44.02 (±2.56) and the average musculoskeletal complaint after working using a trolley was 33.04 (±4.17) which means there is a decrease in musculoskeletal complaints by 24.9% %. The average level of fatigue of workers before working using a trolley is 44.11 (±2.17) and the average level of fatigue after working using a trolley is 33.03 (±3.22) which means there is a decrease in the level of fatigue by 25.1%.