Priyendiswara A.B. Priyendiswara
Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)

ANALISIS KARAKTERISTIK PASAR SENIOR LIVING D’KHAYANGAN JABABEKA, CIKARANG Bertharia Nadya Pricillia; Priyendiswara A.B. Priyendiswara; Liong Ju Tjung
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4599

Abstract

The number of elderly people in Indonesia, based on data from the Central Statistics Agency (BPS) in 2017 has reached 23.4 million or 8.97%. With a variety of data that shows a high level of elderly people in Indonesia, housing that supports the comfort, safety and health of the elderly is quite needed. The occupancy of the elderly in Jabodetabek is in fact already available but has not filled the demand. The purpose and objective of this study is to analyze market characteristics which consist of profiles of elderly people who are interested in living in senior housing, market capabilities, available supply ofsenior housing, number of requests forsenior housing, and determination of appropriate rental prices. The object study is Senior Living D’Khayangan Jababeka which located in Cikarang, Bekasi Regency. The research method used in data collection is field surveys, questionnaires and interviews with related parties. The analysis used is the analysis of the object of benchmarking and market. The output of this analysis is the determination of rental prices that match the market characteristics of senior housing and can be viable social-based properties in terms of markets. AbstrakJumlah lansia di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 telah mencapai 23,4 juta atau 8,97%. Dengan berbagai data yang menunjukkan tingkat lansia yang tinggi di Indonesia, hunian yang mendukung kenyamanan, keamanan dan kesehatan para lansia sangat dibutuhkan. Hunian lansia di Jabodetabek pada kenyataannya sudah tersedia namun belum memenuhi permintaan yang ada. Maksud dan tujuan studi ini adalah melakukan analisis karakteristik pasar yang terdiri dari profil lansia yang berminat tinggal di rumah lansia, kemampuan pasar, pasokan rumah lansia yang tersedia, jumlah permintaan rumah lansia, dan penentuan harga sewa yang tepat. Adapun objek studi yang diteliti yaitu Senior Living D’Khayangan Jababeka yang berlokasi di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu survey lapangan, penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap pihak terkait. Analisis yang dipakai ialah analisis objek studi pembanding (benchmarking) dan pasar. Output dari analisis ini adalah penentuan harga sewa yang sesuai karakteristik pasar dari rumah lansia dan dapat menjadi properti berbasis sosial yang layak dalam segi pasar.
STUDI KELAYAKAN THEME CENTER DI AREA PELABUHAN SUNDA KELAPA, JAKARTA UTARA Kelvin Aulia; Priyendiswara A.B. Priyendiswara; Liong Ju Tjung
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4585

Abstract

Sunda Kelapa Harbor is a port located in Penjaringan Subdistrict, Penjaringan Village, North Jakarta, which was formerly called Kalapa Port in the 12th century and is the most important port of the Kingdom of Pajajaran. Then at the time of the entry of Islam and the invaders from Europe, the Port of Kalapa was contested between the Archipelago and European kingdoms. In 1970 after the Dutch succeeded in taking control of the area and around it made the port name of Kalapa transform into Sunda Kelapa Substitution. Considering that the Sunda Kelapa Port and the surrounding area are regions with high historical values, the issuance of the city area master plan is stated in the DKI Jakarta Governor Regulation No. 36 of 2014. The Governor's Regulation stipulates that the Sunda Kelapa Port will be developed into a historical tourism area and commercial facilities will be developed in it. The general objective of this study is to conduct a feasibility study on the development of commercial facilities in Sunda Kelapa Port. The feasibility study consists of location, legality, market and investment analysis. This writing places more emphasis on location analysis and market analysis that will show the potential of development to be carried out in a limited section of the mall. The results of this study are expected to provide input to those who will develop the project in the area of Sunda Kelapa Port precisely in the limited mall section with the concept center. AbstrakPelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan yang berlokasi di Kecamatan Penjaringan, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara yang dahulu bernama Pelabuhan Kalapa pada abad ke 12 dan merupakan pelabuhan terpenting Kerajaan Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para Penjajah dari Eropa, Pelabuhan Kalapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Pada tahun 1970 setelah Belanda berhasil menguasai daerah tersebut dan sekitarmya membuat nama pelabuhan Kalapa berubah menjadi Pelubahan Sunda Kelapa. Mengingat Pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah sekitarnya merupakan wilayah dengan nilai sejarah yang tinggi menyebabkan diterbitkannya rencana induk kawasan kota yang tertera pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 36 Tahun 2014. Peraturan Gubernur tersebut menetapkan Pelabuhan Sunda Kelapa akan dikembangkan menjadi kawasan pariwisata sejarah dan akan dikembangkan fasilitas komersial di dalamnya. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melakukan studi kelayakan pengembangan fasilitas komersial di Pelabuhan Sunda Kelapa. Studi kelayakan tersebut terdiri dari analisis lokasi, legalitas, pasar dan investasi. Penulisan ini lebih menekankan pada analisis lokasi, analisis legalitas dan analisis pasar yang akan memperlihatkan potensi dari pengembangan yang akan dilakukan pada bagian mall terbatas. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak yang akan melakukan pengembangan proyek di area Pelabuhan Sunda Kelapa tepatnya pada bagian mall terbatas dengan konsep Theme Center.
RENCANA PENGEMBANGAN THEME PARK DI JAKARTA INTERNATIONAL EQUESTRIAN PARK DALAM RANGKA OPTIMALISASI LAHAN PASCA ASIAN GAMES Muhammad Naufal; Priyendiswara A.B. Priyendiswara; Liong Ju Tjung
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4601

Abstract

Jakarta International Equestrian Park or JIEP (Indonesian: Horse racing Pulomas) is a sports venue located in Pulomas, Jakarta, Indonesia. JIEP is owned by PT Jakarta Propertindo (JAKPRO) and is managed by PT Pulomas Jaya. Built in the 1970 's. On August 2016, the horse race was renovated for the 2018 Asian Games. After renovations, the arena was inaugurated on August 2, 2018. The Arena will be used as the venue for the 2018 Asian Games with a land area of 35 hectares. This final task rises from the problem of the study object, which is the inoptimisation of land use in the area and has not been using by general public. So the initiation was created to conduct a study of the development plan which needed on the area that owns the 22 hectares of landbanks. The purpose and objectives of this study is to create a development plan use by doing feasibility studies, so JIEP can be utilized and optimized. The analysis used is location and site analysis, best practice, market, space requirement, and last is investment analysis. The Output of this analysis is a plan of development in the form of masterplan and cashflow.AbstrakJakarta International Equestrian Park atau JIEP (Indonesian : Pacuan Kuda Pulomas) adalah tempat olahraga berkuda yang terletak di Pulomas, Jakarta, Indonesia. JIEP dimiliki oleh PT Jakarta Propertindo (JAKPRO) dan dikelola oleh PT Pulomas Jaya. Dibangun pada tahun 1970-an. Kemudian pada bulan Agustus 2016, pacuan kuda ini direnovasi untuk digunakan nantinya pada Asian Games 2018. Setelah renovasi, arena diresmikan pada 2 Agustus 2018. Arena ini akan digunakan sebagai tempat untuk Asian Games 2018 dengan luas lahan seluas 35 hektar. Tugas akhir ini bermula dari permasalahan pada objek studi yaitu ketidak optimalan penggunaan lahan pada kawasan tersebut dan belum dimanfaakan oleh masyarakat umum. Sehingga tercipta inisiasi untuk melakukan studi terhadap rencana pengembangan yang dibutuhkan pada kawasan yang memiliki landbank seluas 22 hektar tersebut. Maksud dan tujuan studi ini adalah membuat rencana pengembangan sehingga kawasan dapat dimanfaatkan dan dioptimalkan penggunaannya dengan melakukan studi kelayakan. Studi kelayakan tersebut terdiri dari beberapa analisis, yaitu analisis lokasi dan tapak, best practice, pasar, kebutuhan ruang, dan terakhir adalah analisis investasi. Output dari analisis ini kemudian adalah rencana pengembangan dalam bentuk masterplan dan cashflow.
PENGEMBANGAN WATERFRONT RESORT DI TRANQUIL TANJUNG AAN DI K.E.K MANDALIKA Gatot Yoda Kusumah; Liong Ju Tjung; Priyendiswara A.B. Priyendiswara
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4596

Abstract

Indonesian tourism is an important sector in increasing state revenues. The tourism sector ranks third in terms of foreign exchange earnings. in 2014 The government established tourism as the leading sector in improving the economy to encourage regional development and employment. With the law of the Republic of Indonesia number 39 of 2009 concerning Special Economic Zones, hereinafter referred to as K.E.K is a region with a certain boundary with the jurisdiction of the Unitary State of the Republic of Indonesia which is determined to carry out economic functions and obtain certain facilities. Kab. Central Lombok is one of the places where there is a K.E, namely K.E.K Mandalika. In order to increase the income of the Lombok region where the development of K.E.K Mandalika is 1,175 ha and the author takes 21 ha of land at K.E.K Mandalika to develop a Resort with a waterfront concept in order to increase Lombok tourism. Based on background problems, the main underlyinh problem is the lack of supporting facilities to support activities in the Mandalika Special Economic Zone, therefore the need for accommodation in the Mandalika Special Economic Zone.Abstrak Pariwisata Indonesia menjadi sektor yang penting dalam peningkatan pendapatan Negara. Sektor pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa. Pemerintah pada tahun 2014 menetapkan pariwisata sebagai leading sektor dalam peningkatan perekonomian untuk mendorong pembangunan daerah dan lapangan pekerjaan. Dengan adanya undang-undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut K.E.K (kawasan ekonomi khusus), adalah Kawasan dengan batas tertentu dengan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Kab. Lombok Tengah merupakan salah satu tempat dimana terdapat K.E.K yakni adalah K.E.K Mandalika. Guna dapat meningkatkan pendapatan daerah lombok dimana Pengembangan K.E.K Mandalika seluas 1.175 ha dan Penulis mengambil 21 ha lahan di K.E.K Mandalika untuk dikembangkan Resort dengan konsep waterfront guna dapat meningkatkan pariwisata lombok. Berdasarkan permasalahan latar belakang, permasalahan utama yang mendasar adalah belum adanya fasilitas pendukung untuk menunjang aktivitas di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
STUDI IMPLEMENTASI PERSEBARAN STASIUN BIKESHARE PADA LOKASI EKSISTING DI KAWASAN SCBD SENAYAN, JAKARTA Angelika Fortuna Dewi Rusdy Putri; Liong Ju Tjung; Priyendiswara A.B. Priyendiswara
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4602

Abstract

 AbstrakMasifnya pembangunan infrastruktur transportasi yang berbasis transit menandakan bahwa saat ini terdapat urgensi untuk menggiatkan penggunaan sustainable transportation di perkotaan, khususnya bagi kota dengan tingkat kemacetan yang tinggi seperti Jakarta. MRT dan konsep Transit Oriented Development (TOD) menjadi platform yang diharapkan untuk menjadi solusi untuk mencapai pembangunan kota yang berkelanjutan. Di Jakarta, salah satu  kawasan yang ditetapkan menjadi Kawasan TOD adalah Kawasan SCBD Senayan yang memiliki 2 stasiun MRT yaitu Stasiun Istora Mandiri dan Stasiun Senayan. Kawasan SCBD Senayan yang ditetapkan berdasarkan RPJMD PT MRT Jakarta 2017 – 2022 merupakan segitiga emas Jakarta yang identik dengan distrik komersial kelas atas dan menjadi salah satu pusat bisnis terbesar di Jakarta. Meskipun merupakan kawasan yang well developed, kawasan ini belum cukup mengakomodir penggunaan transportasi yang sustainable karena tingginya penggunaan kendaraan pribadi. Untuk mendukung penggunaan transportasi berbasis transit seperti MRT dan Transjakarta di Kawasan SCBD Senayan, studi ini mengkaji desain spasial stasiun Dockless Bikeshare yang dapat menjadi bagian dalam transportasi publik dengan metode field approach untuk mendesain persebaran stasiun bikeshare pada lokasi-lokasi eksisting yang juga terintegrasi dengan titik transit di Kawasan SCBD Senayan. Desain spasial ini memberikan first to last mile solution, artinya jika pengguna transportasi umum sampai di titik transit, maka perjalanan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan sepeda pinjam (bikeshare) untuk sampai ke tempat tujuannya.The massive development of transit oriented transportation indicates that there is rather an urgency to practice sustainable transportation in cities, especially in cities with severe congestion like Jakarta. MRT and Transit Oriented Development (TOD) become platforms that are hoped to be a solution in a sake of reaching the sustainable urban development. In Jakarta, one of the districts that is set to be a TOD area is Senayan SCBD Area with 2 MRT stations, which are Istora Mandiri and Senayan. Senayan SCBD area is legalized under the RPJMD of PT MRT Jakarta 2017-2022. Although the area is considered well developed, it is insufficient to accommodate the use of sustainable transportation due to high numbers of private use of motorized transportation. To support a-transit-based transportation like MRT and Transjakarta in Senayan SCBD Area, this study attempts to research how Dockless Bikeshare can potentially be a part of public transportation with field approach method to spatially design the bikeshare station in existed locations that are also integrated with public transit. The spatial design allows the first to last mile solution, so once people reach the transit, they can continue to get into their destination by using the bikeshare.   
RENCANA PENGEMBANGAN KAMPUNG CINA DI KOTA WISATA CIBUBUR UNTUK MENINGKATKAN DAYA TARIK PENGUNJUNG Defita Andina Kandi; Priyendiswara A.B. Priyendiswara; Liong Ju Tjung
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4583

Abstract

The Ciangsana Tourism Village or better known as Chinese Village, located in Bogor Regency, West Java, has been established since 2002. The tour is crowded with tourists both from around Bogor and Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi and other areas. Tourism that has an area of 0.8 hectares has a target audience of middle and lower middle class economic people. The current tourism conditions of Chinese villages when viewed from the product life cycle are in a decline position and if left unchecked will result in unkempt and unattractive Chinese Village conditions and declining quality of service. Therefore, in this study a development plan will be made by knowing the feasibility of investing in making future development plans in Chinese villages using qualitative and quantitative approaches and conducting analyzes related to tourism development, such as site analysis and site analysis, object analysis similar, market analysis, space requirements analysis and investment feasibility analysis. The analysis was carried out using analytical tools namely descriptive, SWOT, benchmarking, crosstabulation, standard space requirements and discounted cash flow. This writing only shows the investment feasibility analysis to be used as a reference for making site plans. AbstrakKampung Wisata Ciangsana atau yang lebih dikenal Kampung Cina yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, telah berdiri sejak tahun 2002. Wisata ini ramai dikunjungi oleh wisatawan baik dari sekitar Bogor maupun Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi dan daerah-daerah lainnya. Wisata yang memiliki luas 0,8 hektar ini memiliki target pengunjung masyarakat ekonomi kelas menengah dan menengah bawah. Kondisi wisata Kampung Cina saat ini bila dilihat dari siklus hidup produk berada di posisi menurun dan apabila dibiarkan akan mengakibatkan kondisi Kampung Cina yang tidak terawat dan tidak menarik serta menurunnya kualitas pelayanan. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibuat rencana pengembangan dengan cara mengetahui kelayakan investasi untuk membuat rencana pengembangan di Kampung Cina kedepannya dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif serta melakukan analisis-analisis yang berkaitan dengan pengembangan wisata, seperti analisis lokasi dan tapak, analisis objek studi sejenis, analisis pasar, analisis kebutuhan ruang dan analisis kelayakan investasi. Analisis yang dilakukan menggunakan alat analisis yaitu deskriptif, SWOT, benchmarking, crosstabulation, standar kebutuhan ruang dan discounted cash flow. Penulisan ini hanya menampilkan analisis kelayakan investasi untuk dijadikan salah satu acuan pembuatan denah rencana tapak.
RENCANA PENGELOLAAN GREEN BUILDING DENGAN PENDEKATAN BUILDING ENVIRONMENT MANAGEMENT (BEM) Regina Regina; Liong Ju Tjung; Priyendiswara A.B. Priyendiswara
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4592

Abstract

The concept of green building is now increasingly being applied in Indonesia, especially DKI Jakarta due to the increasing prevalence of global warming. Adapting to climate change and the increasing number of tall buildings in Indonesia, the GBCI (Green Building Council Indonesia) concluded that the biggest cause of energy use was due to the use of the building sector of around 48%, while the other 27% was in the transportation sector, then 25% in the industrial sector. GBCI applies certification in the form of "Greenship" as an assessment tool for buildings that are rated as Green Buildings. "Greenship" is prepared by GBCI by considering the conditions, nature, rules and standards that apply in Indonesia. The main focus of Green Building is energy efficiency, but what distinguishes "Greenship" from other rating tools are "Greenship" has a BEM category that focuses on managing the waste produced by buildings. The rating tool "Greenship" in Indonesia is quite balanced because in addition to focusing on energy efficiency, "Greenship" also pays attention to the comfort elements of its occupants, namely the Building Environmental Management category (BEM) where the comfort of buildings is one of the factors in the success of green buildings. In order for green building to be managed optimally, the author compiled a study of the criteria for BEM (Building Environment Management), with recommendations for waste and fit-out management in one of Green Building in Jakarta, South Quarter with a BEM achievement of 77%. The author composes the recommended budgetary costs for evaluating waste sorting and training, the author also conducted tenant perceptions surveys with cross tabulation and compare means method with the results that 77% of respondents agreed with the planning of sorting waste and providing training for residents of the building at the Green Building.the result that 77% of respondents agreed with planning waste sorting and providing training to building occupants in the Green Building.AbstrakKonsep bangunan hijau saat ini semakin banyak diimplementasikan di Indonesia khususnya DKI Jakarta karena semakin maraknya pemanasan global. Beradaptasi dengan perubahan iklim dan semakin banyaknya bangunan tinggi di Indonesia, GBCI (Green Building Council Indonesia) menyimpulkan bahwa penyebab terbesar dari penggunaan energi yaitu karena penggunaan pada sektor bangunan sekitar 48%, sedangkan 27% lainnya sektor transportasi, lalu 25% sektor industri. GBCI menerapkan sertifikasi berupa “Greenship” sebagaii alat penilai/penentu untuk sebuah bangunan dinilai sebagai Green Building. “Greenship” dipersiapkan oleh GBCI dengan mempertimbangkan kondisi, karakter alam serta peraturan dan standard yang berlaku di Indonesia. Fokus utama dari Green Building adalah efisiensi energi, namun yang membedakan “Greenship” dengan rating tools lainnya yaitu “Greenship” mempunyai kategori BEM yang berfokus kepada pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh gedung. Rating tools berupa “Greenship” di Indonesia cukup seimbang karena selain berfokus pada efisiensi energi, “Greenship” juga memperhatikan unsur kenyamanan penghuninya yaitu dengan adanya kategori Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM) dimana kenyamanan penghuni bangunan merupakan salah satu faktor keberhasilan dari green building. Agar suatu green building dapat dikelola secara maksimal, penulis menyusun penelitian pada kriteria BEM (Building Environment Management), dengan rekomendasi untuk pengelolaan sampah dan fit-out di salah satu Green Building di Jakarta yaitu South Quarter dengan pencapaian BEM sebesar 77%. Penulis menyusun biaya anggaran yang disarankan untuk evaluasi pemilahan sampah dan training, penulis juga melakukan survei persepsi tenant dengan metode tabulasi silang dan perbandingan nilai tengah dengan hasil bahwa 77% responden setuju dengan perencanaan pemilahan sampah dan pengadaan training untuk penghuni gedung di Green Building.