Petrus Maria Handoko
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

REKAN-ANGGOTA DAN REKAN-PEMBANGUN KERAJAAN ALLAH: Pendasaran Teologis untuk Penghayatan Iman yang Merangkul Petrus Maria Handoko
Studia Philosophica et Theologica Vol 1 No 1 (2001)
Publisher : Litbang STFT Widya Sasana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/spet.v1i1.4

Abstract

Mengenai penghayatan iman yang merangkul, dapat diberikan dua macam pendekatan: praksis dan doktrinal. Artikel ini bermaksud mengajukan pendekatan yang kedua. Tema dibahas berdasarkan dokumen-dokumen Konsili dan ajaran Bapa Suci juga dokumen FABC (Konferensi Uskup-Uskup Asia). Tulisan akan mengalir dalam jalan pikiran pertama-tama menggali monoteisme Abraham sebagai dasar universal agama-agama monoteis. Berikutnya menyimak konsep regnosentris (seputar tema Kerajaan Allah) tentang agama-agama lain. Dan akhirnya, pembahasan sampai kepada rincian tema “rekan-anggota dan rekan-pembangun Kerajaan Allah,” yang menjadi cetusan konkret penghayatan iman yang merangkul.
”RUWATAN”: REKONSILIASI KOSMIS? Refleksi Teologis atas Usaha Menginkulturasikan Upacara ”Ruwatan” Petrus Maria Handoko
Studia Philosophica et Theologica Vol 6 No 2 (2006)
Publisher : Litbang STFT Widya Sasana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/spet.v6i2.106

Abstract

There are numerous version of stories of Batara Kala and Ruwatan. Principally Batara Kala is a personification of evil presented in form of myth. Sukerta is the food-victim of Batara Kala, which is determined by a given situation. Therefore, Ruwatan is a rite of purification or exorcism. Seen as such, the myth of Batara Kala can be paralled with the idea of the objectification process of sin into a structure which is mentioned by the Post-synodal Apostolic Exhortation Reconciliatio et Paenitentia. This concept of social sin does not liberate, rather emphasizes personal responsibility of sin. It calls for an acknowledgment that every sin has direct implications to nature. Ruwatan is an expression of deepest longing of man for a new earth and a new heaven. It is a cosmic reconciliation. The Eucharist is a summit expression of this cosmic reconcilition.