Arintan Gustina Mulyana
Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

GESTUR DEFENSIF OBJEK PEREMPUAN DALAM KARYA SENI LUKIS CHUSIN SETIADIKARA Arintan Gustina Mulyana; Agus Cahyana
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 4, No 3 (2016): KEARIFAN LOKAL DALAM TRANSFORMASI VISUAL
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v4i3.366

Abstract

Women tend to be used as the object of artworks since ancient times. In Indonesia, there are some artists who tend to use women as objects in their artworks. One of them is Chusin Setiadikara. In this era of contemporary art, Chusin sticks with his realistic style. Chusin has photorealistic painting style using photographic viewpoint. This research employs a case study method, a semiotic approach, and the theory of body gestures. He communicates his feelings through gestures in his artworks. This study focuses on female body gestures as a visualization of the paintings. In his paintings metaphor can often be found. There are also similarities of object’s body gestures in some of his paintings. The gestures lead to defensive gestures or self-defense. Semiotics analysis of his paintings shows the role and position of women in life. In patriarchal culture embraced in Indonesia, particularly, women are minorities dominated by men, or in subordinate position. However, Chusin was trying to convey the message that women’s roles are still very important in life to achieve a harmonious relationship between women and men.Keywords: Representation, Women, Gestures, Painting, Chusin Setiadikara________________________________________________________________Perempuan cenderung dijadikan sebagai objek dalam karya seni sejak zaman dahulu. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa Seniman yang cenderung menjadikan perempuan sebagai objek dalam karyanya. Salah satu diantaranya adalah Seniman Chusin Setiadikara. Di era seni rupa kontemporer ini, Chusin tetap bertahan dengan gaya realistiknya. Lukisan Chusin bergaya fotorealistik, menggunakan sudut pandang fotografis. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus, menggunakan pendekatan ilmu semiotika, serta teori gestur tubuh. Chusin mengkomunikasikan perasaannya melalui karyanya dengan gestur. Penelitian ini fokus pada gestur tubuh perempuan sebagai visualisasi pada karya seni lukis Chusin. Dalam karya lukisnya, unsur metafora cenderung muncul, serta terdapat kemiripan gesture tubuh objek pada beberapa lukisan. Gestur tersebut mengarah pada gesture defensif atau pertahanan diri. Berdasarkan analisis semiotika dalam lukisan-lukisan Chusin tersebut, menunjukkan bagaimana peran dan posisi perempuan dalam kehidupan. Terutama dalam budaya patriarki yang dianut di Indonesia, perempuan sebagai kaum minoritas yang didominasi oleh laki-laki atau memiliki posisi subordinat. Namun Chusin berusaha menyampaikan pesan bahwa peran perempuan tetap sangatlah penting dalam kehidupan, untuk mencapai suatu keharmonisan hubungan antara perempuan dan laki-laki.Kata Kunci: Representasi, Perempuan, Gestur, Seni Lukis, Chusin Setiadikara