p-Index From 2019 - 2024
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Seni Makalangan
Shinda Regina
Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

DIMENSI ESTETIKA KARYA TARI MUNGKARTAGA DALAM MEDIA VIRTUAL Shinda Regina
Jurnal Seni Makalangan Vol 8, No 2 (2021): "Tari Di Ruang Virtual"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v8i2.1798

Abstract

ABSTRAKKarya Tari Mungkartaga berangkat dari rangsang gagasan yaitu fragmen bunuh diri Dyah Pitaloka dalam Cerita Perang Bubat. Mungkartaga memiliki makna keteguhan untuk berjuang membela harga diri dan harkat martabat masyarakat Sunda. Dyah Pitaloka adalah representasi wanita Sunda yang teguh, berani dan tangguh. Karya Tari Mungkartaga dikategorikan pada tari literer (bertema) dengan tipe tari dramatik. Karya Tari Mungkartaga dipertunjukan dalam media virtual sehingga memiliki dimensi estetika tersendiri untuk menyentuh psikologi apresiator. Dimensi estetika tersebut akan di bedah menggunakan teori estetika instrumental yang digagas oleh A. A. M. Djelantik, bahwa semua benda atau peristiwa kesenian mengandung tiga aspek yang mendasar, yakni; Wujud (appearance), Bobot atau isi (content, substance), dan penampilan atau penyajian (presentation). Dimensi estetika Mungkartaga dalam media virtual berpijak pada fase proses kreativitas yang digagas oleh Alma M. Hawkins. Karya Tari Mungkartaga menyampaikan nilai-nilai perjuangan, keteguhan, keberanian dan heroisme. Kata Kunci: Estetika Tari Mungkartaga, Penciptaan Tari, Tari Virtual. ABSTRACTAesthetic Dimensions Of Mungkartaga Dance In Virtual Media, December 2021. The Dance of Mungkartaga departs from the stimulus of the idea, namely the suicide fragment of Dyah Pitaloka in the Bubat War Story. Mungkartaga has the meaning of determination to fight for the dignity and dignity of the Sundanese people. Dyah Pitaloka is a representation of Sundanese women who are steadfast, brave and tough. Mungkartaga dance works are categorized as literary dance (themed) with a dramatic dance type. Mungkartaga's dance work is performed in virtual media so that it has its own aesthetic dimension to touch the psychology of appreciators. The aesthetic dimension will be analyzed using the instrumental aesthetic theory initiated by A. A. M. Djelantik, that all artistic objects or events contain three basic aspects, namely; Appearance (appearance), weight or content (content, substance), and appearance or presentation (presentation). Mungkartaga's aesthetic dimension in virtual media is based on the creative process phase initiated by Alma M. Hawkins. Mungkartaga dance works convey the values of struggle, determination, courage and heroism. Keywords: Mungkartaga Dance Aesthetics, Dance Creation, Virtual Dance.
ESTETIKA TARI JAIPONGAN KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA Shinda Regina; Ria Dewi Fajaria; Sopian Hadi
Jurnal Seni Makalangan Vol 7, No 2 (2020): “Gemulai Gerak Ketubuh Tradisi Mencipta Enerji Dinamis Tari Kreasi”
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v7i2.1416

Abstract

ABSTRAKKawung Anten merupakan salah satu tarian Jaipongan yang diciptakan oleh Gugum Gumbira pada sekitar tahun 1991, belatar cerita seorang putri dari Kerajaan Sumedang Larang yang bernama Kawung Anten yang mendapat tugas dari ayahnya yaitu Prabu Jaya Perkosa untuk menjaga pohon hanjuang. Tarian ini memiliki karakteristik yang berbeda dari karya-karya tari Jaipongan yang telah diciptakan sebelumnya, terutama pada properti yang digunakan yaitu duhung (senjata tradisional yang berasal dari Sumedang). Berawal dari perbedaan itulah yang menjadi salah satu ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam upaya mengupas estetika dari Tari Jaipongan Kawung Anten. Penelitian ini menggunakan teori estetika instrumental A.A.M Djelantik dengan memakai pendekatan metode kualitatif deskriptif analisis. Adapun hasilnya adalah satu-satunya repertoar tari Jaipongan yang enerjik, dinamis, dan maskulin dengan menggunakan duhung sebagai propertinya.  Kata Kunci: Jaipongan, Tari Kawung Anten, Estetika Tari.  ABSTRACT. Estetika Dance Jaipongan Kawung Anten Gugum Gumbira Works, Desember 2020. Kawung Anten is one of the Jaipongan dances created by Gugum Gumbira around1991, the background story of a princess from the Sumedang Larang Kingdom named Kawung Anten who got a task from her father, Prabu Jaya Perkosa, to guard the hanjuang tree. This dance has different characteristics from the previously created Jaipongan dance works, especially in the property used, namely the duhung (a traditional weapon originating from Sumedang). Starting from this difference, it became one of the writers' interests to conduct further research in an effort to explore the aesthetics of the Jaipongan Kawung Anten Dance. This research uses the instrumental aesthetic theory of A.A.M Djelantik using a descriptive qualitative analysis method approach. The result is the only repertoire of Jaipongan dance that is energetic, dynamic, and masculine using duhung as its property. Keywords: Jaipongan, Kawung Anten Dance, Dance Aesthetics.