Kalam Setia
Universiti Malaya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Nilai – Nilai Pendidikan dalam Perang Uhud Hasbi Ash-Shidqi; Kalam Setia; Imam Sujoko; Syaerozi Hasan
Fikiran Masyarakat Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.271 KB)

Abstract

Sesungguhnya apa yang terjadi dan menimpa kaum Muslimin sekarang ini adalah juga apa yang menimpa kaum Muslimin pada awal mula fajar islam baru menyinsing, bahwasanya halangan, rintangan, kedholiman, pembunuhan, perampasan hak-hak asazi manusia dengan semena-mena yang semestinya menjadi hak bagi setiap manusia, kemerdekaan hidup dan berkeyakinan, kekangan keyakinan para pendahulu yang begitu mengakar dan tidak bisa menerima perubahan dari kalangan pembaharu sekalipun itu adalah 'al haq'. Sistem ribawi yang telah mendarah daging, lokalisasi maksiat, miras, judi, perzinahan yang sehari-hari menjadi headline berita utama menyesaki mata dan telinga kita yang disuguhkan oleh media-media informasi baik berupa cetak ataupun elektronik, semua itu, persis sebagaimana halnya pada awal mula sejarah perkembangan umat ini. Seperti sebuah idiom yang sering diumbar para sejarawan, "sejarah pasti akan berulang". tindak semena-mena, pemberangusan 'ahlul haq' yang berusaha menghapus kejahiliahan penghambaan manusia terhadap sesama manusia kepada penghambaan kepada 'Rabb' pencipta semata. dan segala akar kemusyrikan, kekafiran, para pembelot kebenaran akan ditumpas sebagaimana Allah SWT telah menumpas mereka melalui tangan para sahabat ridwaanullah 'alaihim. 10 tahun Rasulullah saw setelah Hijrah di Madinah dan diakhiri dengan wafatnya Beliau, utuh seluruh jazirah Arabia telah bersih dari berhala-berhala biang kemusyrikan, dan seluruh negeri yang membentang luas di gurun padang pasir tandus yang terkenal akan tipikal dan karakter masyarakatnya yang keras dan teguh pendirian tersebut telah berhasil dikuasai oleh Islam dan menyatakan keislamannya, walaupun dengan terpaksa akan kebesaran dan keagungan Islam ketika itu. Dan bahkan nyaris belum pernah sekalipun dalam pertempuran-pertempuran besar yang berakibat kekalahan di pihak kaum Muslimin, sekalipun dari jumlah personil dan perlengkapan mereka yang minim. Kegemilangan ini terus berlangsung sepeninggal Rasulullah SAW, ketika kepemimpinan kaum Muslimin dipegang oleh Para Khulafa'ur Rasyidin yang empat. Maka sedikit demi sedikit tiran kekufuran itu tunduk di bawah khilafah Islam, dua imperium dunia Romawi dan parsi tumbang dan Nur Islam Rahmatan lil alamin bertebaran di muka bumi. Maka berbondong-bondonglah manusia masuk kedalam agama Allah, menuju kemakmuran dan keadilan Islam,menghancurkan akar-akar kejahiliyahan dan kekufuran. Yang mengekang mereka dari kemerdekaan sejati yang merupakan anugerah ilahi akibat dari polah tingkah pemimpin yang memperalat mereka dan hanya memperturut nafsu hewani mereka.
Pendidikan Islam, Akhlak dan Kisah Peperangan Thalut dan Jalut Lukman Hakim Firdaus; Abdul Hakim; Kalam Setia
Fikiran Masyarakat Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Penerbit Kemala Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.441 KB)

Abstract

Kisah Peperangan Thalut dan Jalut adalah salah satu Kisah Al-Qur'an yang telah diabadikan oleh Allah di dalam Kitab-Nya. Selain ceritanya menarik, kisah tersebut juga memiliki nilai-nilai pendidikan yang sangat penting dan bermanfaat bagi manusia umumnya, khususnya dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan kemajuan umat masa kini. Kisah Peperangan Thalut dan Jalut adalah Kisah Al-Qur'an yang tidak diragukan lagi kebenaran dan keasliannya. Hal itu karena kisah tersebut merujuk kepada sebuah sumber yang datang dari Tuhan yang Maha Benar. Maka, hanya ada satu cara agar kita bisa mengetahui kebenaran kisah tersebut yaitu kembali kepada Kitab asalnya; Al-Qur'an. Sebagai Kisah Al-Qur'an, ada beberapa nilai pendidikan yang bisa diambil dari Kisah Peperangan Thalut dan Jalut. Pertama, adalah menjelaskan dan menegaskan kepada kita akan kewajiban berjihad di jalan Allah yang semata-mata hanya untuk meninggikan kalimat Allah; la ilaha illallah di atas muka bumi. Kedua, mendorong umat muslim untuk selalu bisa menjadi manusia yang berkualitas (bermutu) karena Allah tidak melihat manusia dan memberikan kemenangan kepadanya berdasarkan kuantitas (jumlah) saja, sedikit tapi berkualitas itu akan mendapat kemenangan dari Allah. Ketiga, mengingatkan akan bahayanya maksiat kepada Allah sebagaimana maksiat telah membinasakan umat-umat terdahulu. Keempat, memberikan spirit kepada umat muslim yang sedang tertinggal jauh dari kemajuan di bawah musuh-musuh Allah dan tertindas untuk selalu bangkit dan kembali mendapatkan kemuliaannya kembali. Kelima, mengajarkan kepada kita akan mulianya kedudukan orang yang alim (berilmu) di mata Allah dan umat. Hal itu karena sudah menjadi keniscayaan bagi umat untuk menjadikannya rujukan dan menempatkannya dalam posisi yang urgen. Terakhir, menegaskan akan pentingnya peran doa bagi manusia sehingga layak dan wajib bagi manusia untuk selalu berdoa kepada Allah kapan dan di mana saja. Selain dari pada hal yang di atas, ada satu pelajaran yang sangat penting lagi yaitu memberikan gambaran yang sangat jelas tentang karakter kepemimpinan yang baik dan diharapkan oleh umat. Karakter tersebut sudah digambarkan dan direalisasika oleh Thalut; sang raja kebaikan pilihan Allah yang telah mendapatkan kemenangan dari-Nya atas tentara Jalut. dijalankan.