Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Teh Terhadap PertumbuhanAspergillus flavus Putriana Indah Lestari
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 1, No 01 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.808 KB) | DOI: 10.32667/ijid.v1i01.5

Abstract

Abstrak.Aspergillus flavus merupakan jamur patogen penghasil racun aflatoksin yang banyak mengontaminasi komoditi hasil pertanian dan bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi ekstrak daun teh terhadap pertumbuhan A. flavus dan konsentrasi ekstrak daun teh yang efektif dalam menghambat pertumbuhan A. flavus. Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 7 konsentrasi ekstrak daun teh yang yaitu 0 (kontrol); 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 dan 3,5 mg/ml. Variabel bebas berupa konsentrasi ekstrak daun teh dan variabel tergantung berupa persentase penghambatan ekstrak daun teh terhadap A. flavus. Parameter yang diamati adalah diameter pertumbuhan A. flavus, pH media dan suhu ruang. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Ragam (uji F) pada tingkat kepercayaan 95 dan 99%, jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun teh mampu menghambat pertumbuhan A. flavus dan konsentrasi 2,5 mg/ml merupakan konsentrasi efektif menghambat pertumbuhanA. flavus. Kandungan metabolit sekunder daun teh yang dapat dideteksi yaitu golongan alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin dan asam lemak.
Pola Kepekaan Bakteri terhadap Antibiotik di Ruang Rawat Intensif RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta Putriana Indah Lestari; Ika Susanti; Huda Rahmawati
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 1, No 2 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.463 KB) | DOI: 10.32667/ijid.v1i2.9

Abstract

Abstrak : Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan tepat guna pada pasien penyakit infeksi beresiko menyebabkan terjadinya resistensi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola kepekaan bakteri terhadap antibiotik pada pasien Ruang Rawat Intensif (ICU) RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso (RSPI-SS) Jakarta. Penelitian dilakukan deskriptif dan retrospektif terhadap data sekunder hasil uji kepekaan antibiotik dan jenis bakteri dari 107 pasien dalam kurun waktu 2011. Hasil menunjukkan 68 (65,4%) pasien mendapatkan hasil kultur positif dan uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik. Jenis bakteri patogen yang dominan yaitu Acinetobacter baumannii (29,4%), disusul oleh Pseudomonas aeruginosa (27,9%), Klebsiella pneumoniae (13,2%) dan Escherichia coli (8,8%). Sebagian besar bakteri pada pasien ICU RSPISS telah berkurang kepekaannya (resisten) terhadap beberapa antibiotik. A. baumannii dan P. aeruginosa merupakan bakteri yang paling resisten terhadap antibiotik uji. Pola kepekaannya menunjukkan bahwa bakteri patogen mempunyai resistensi tertinggi terhadap erythromycin dan terendah terhadap amikasin.Infectious diseases is an important health problem. Irrational antibiotics usage is a leading cause in initiating drugs resistances. A preliminary study was conducted on the sensitivity pattern of microorganisms against antibiotics at the intensive care unit of Sulianti Infectious Diseases Hospital Jakarta. Retrospective. Secondary data were collected on the results of antibiotics sensitivity tests and species of microorganisms of 107 patients during the year 2011. Sixty eight (65,4%) patients were positive on microorganism culture test and tested on antibiotic sensitivity test. Predominance pathogenic species found were Acinetobacter baumannii (29,4%), followed by Pseudomonas aeruginosa (27,9%), Klebsiella pneumoniae (13,2%) and Escherichia coli (8,8%). Most species were less sensitive (resistant) to several antibiotics. The pattern of sensitivity showed that pathogenic microorganisms were the most resistant against erythromycin and the most sensitive antibiotics was amikacin.