Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

IDENTIFICATION OF INTESTINAL MICROBES IN CHILDREN WITH DIARRHEA ANDNON-DIARRHEA USING POLYMERASE CHAIN REACTION / ELECTROSPRAY IONIZATION-MASS SPECTROMETRY (PCR / ESI-MS) Teguh Sarry Hartono; Dewi Murniati; Andi Yasmon; Lucky H Moehario
The Indonesian Journal of Infectious Diseases Vol 2, No 2 (2015): THE INDONESIAN JOURNAL OF INFECTIOUS DISEASES
Publisher : Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.553 KB) | DOI: 10.32667/ijid.v2i2.21

Abstract

Abstract :Microbiota present in human intestinal are diverse, and imbalance in composition of intestinal flora may cause diarrhea.This study aimed to obtain a profile of intestinal bacteria in children with and without diarrhea and assess their presence with incidence of diarrhea. An analitical descriptive with cross sectional design study was carried out. A stool specimen was collected from each children of 2-12 years old with and without diarrhea who lived in North Jakarta. DNA extraction was performed prior to detection of microbes using Polymerase Chain Ceaction/Electrospray Ionization-Mass Spectrometry.Eighty stool specimens consisted of 33 and 47 specimens from children with and without diarrhea were included in the study. Thirty single and 6 multiple matches were detected in 30 specimens of the diarrhea group; 28 single and 8 multiple matches were found in 34 specimens of the non-diarrhea.Escherechiacoli and Klebsiella pneumonia were predominant in both groups. Firmicutes, Proteobacteria and Bacteroidetes were deteced in the diarrhea group, while Actinobacteria, Proteobacteria and Verrucomicrobia were in the non-diarrhea. The relationship of incidence of diarrhea and the present of enteropathogens in the stool was not significant, however, there was a strong correlation of the risk of suffering diarrhea due to the presence of enteropathogens (OR = 0.724 with 95%, CI: 0.237-2.215).In conclusion, most bacteria detected in both groups were similar, nonetheless, Actinobacteria was present only in the non-diarrhea. The chance to have diarrhea was higher when enteropathogen was detected in the stool.
Gambaran Kuantitatif Antibiotik Menggunakan Metode Defined Daily Dose (DDD) Di Ruang Rawat Inap RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Pada Januari-Juni 2019 Nina Mariana; Indriyati Indriyati; Aninda Dinar Widiantari; Muhammad Taufik; Chandra Wijaya; Teguh Sarry Hartono; Surya Oto Wijaya; Iman Firmansyah
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol. 7 No. 1 (2021)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pji.2021.007.01.6

Abstract

Latar Belakang. Penggunaan antibiotik yang tepat dapat meminimalkan terjadinya resistensi antibiotika. selain penghematan secara ekonomi. Oleh karena itu perlu adanya pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan dan feedback terhadap peresepan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi secara kuantitatif penggunaan antibiotik baik jenis dan jumlah antibiotik berdasarkan klasifikasi Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)  dengan  pengukuran Defined Daily Dose (DDD) sebagai metode terstandar pengukuran kuantitas penggunaan antibiotik. Metode. Penelitian ini adalah  observasional deskriptif,  menggunakan rancangan potong lintang pada periode Januari-Juni 2019 pada RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Kriteria inklusi berupa kasus pasien dewasa bukan kasus TB yang dirawat di ruang rawat inap non ICU dan penggunaan antibiotiknya masuk ke dalam klasifikasi Anatomical Therapueutic Chemical (ATC). Berdasarkan data rekam medik  terkumpul dalam lembar pengumpul data.Hasil. Sebanyak 96 status rekam medik dengan 51 kasus penyakit infeksi non bedah dan 45 kasus infeksi bedah yang menggunakan antibiotik. Difteri merupakan kasus infeksi non bedah terbanyak yaitu 10.5%. Distribusi penggunaan antibiotik golongan beta laktam kombinasi inhibitor betalaktamase sebanyak  37.28%, golongan sefalosporin  33.90%, golongan penisilin sebanyak 10,17%. Berdasarkan nilai DDD/patient day antibiotik Penicillin Prokain memiliki nilai tertiggi yaitu sebesar 97.22 dan nilai DDD/patient day terendah yaitu pada antibiotik meropenem yaitu sebesar 0.22.  Kesimpulan. Pada penelitian ini, kuantitas antibiotik berdasarkan nilai DDD/100 patient day tertinggi adalah Penisilin Prokain, seiring dengan difteri sebagai kasus penyakit infeksi non bedah terbanyak pada periode Januari-Juni 2019.  Mengingat penelitian dilakukan pada saat kejadian luar biasa difteri, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada periode berikutnya sebagai data pembanding kuantitas antibiotik di masa depan.
Gambaran Kuantitatif Antibiotik Menggunakan Metode Defined Daily Dose (DDD) Di Ruang Rawat Inap RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso Pada Januari-Juni 2019 Nina Mariana; Indriyati Indriyati; Aninda Dinar Widiantari; Muhammad Taufik; Chandra Wijaya; Teguh Sarry Hartono; Surya Oto Wijaya; Iman Firmansyah
Pharmaceutical Journal of Indonesia Vol. 7 No. 1 (2021)
Publisher : Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.pji.2021.007.01.6

Abstract

Latar Belakang. Penggunaan antibiotik yang tepat dapat meminimalkan terjadinya resistensi antibiotika. selain penghematan secara ekonomi. Oleh karena itu perlu adanya pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan dan feedback terhadap peresepan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi secara kuantitatif penggunaan antibiotik baik jenis dan jumlah antibiotik berdasarkan klasifikasi Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)  dengan  pengukuran Defined Daily Dose (DDD) sebagai metode terstandar pengukuran kuantitas penggunaan antibiotik. Metode. Penelitian ini adalah  observasional deskriptif,  menggunakan rancangan potong lintang pada periode Januari-Juni 2019 pada RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso. Kriteria inklusi berupa kasus pasien dewasa bukan kasus TB yang dirawat di ruang rawat inap non ICU dan penggunaan antibiotiknya masuk ke dalam klasifikasi Anatomical Therapueutic Chemical (ATC). Berdasarkan data rekam medik  terkumpul dalam lembar pengumpul data.Hasil. Sebanyak 96 status rekam medik dengan 51 kasus penyakit infeksi non bedah dan 45 kasus infeksi bedah yang menggunakan antibiotik. Difteri merupakan kasus infeksi non bedah terbanyak yaitu 10.5%. Distribusi penggunaan antibiotik golongan beta laktam kombinasi inhibitor betalaktamase sebanyak  37.28%, golongan sefalosporin  33.90%, golongan penisilin sebanyak 10,17%. Berdasarkan nilai DDD/patient day antibiotik Penicillin Prokain memiliki nilai tertiggi yaitu sebesar 97.22 dan nilai DDD/patient day terendah yaitu pada antibiotik meropenem yaitu sebesar 0.22.  Kesimpulan. Pada penelitian ini, kuantitas antibiotik berdasarkan nilai DDD/100 patient day tertinggi adalah Penisilin Prokain, seiring dengan difteri sebagai kasus penyakit infeksi non bedah terbanyak pada periode Januari-Juni 2019.  Mengingat penelitian dilakukan pada saat kejadian luar biasa difteri, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada periode berikutnya sebagai data pembanding kuantitas antibiotik di masa depan.