Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Stunting was not associated with attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) in children 36-59 month in Sedayu Subdistrict Dwi Nur Rahmawati; Bunga Astria Paramashanti; Rosma Fyki Kamala
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 5, ISSUE 2, 2017
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.799 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2017.5(3).59-64

Abstract

Background: Results of Riskesdas in 2013 showed the prevalence of stunting by 37%. Stunting is a growth disorders such as chronic malnutrition will cause linear growth of troubled children. Stunting apart from the impact of the development of IQ, cognitive and motoric sector but also on emotional development. Hyperactivity disorder or ADHD (Attention  Deficit  Hyperactivity Disorder) is one of the emotional problems in children.Objective: The general objective of this study was to determine the relationship between stunting with attention deficit hyperactivity disorder in children aged 36-59 months in the Sedayu Subdistrict, Bantul District, Yogyakarta in 2017.Methods: This study used a cross-sectional approach. The samples studied amount 185 samples retrieval techniques probability proportional to size (PPS). Variable examined included stunting and hyperactivity disorder.\Results: The prevalence of stunting in this study was 34,2%, meanwhile the prevalence of hyperactivity was 28,8%. Chi-square analysis showed no significant association between stunting with attention deficit hyperactivity disorder (OR=0,98; 95%CI: 0,50-1,91).Conclusion: there was no association between stunting and hyperactivity in young children. KEYWORDS: stunting, hyperactivity, ADHD, children 
Pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan dengan stunting pada anak usia 6–23 bulan di Indonesia Bunga Astria Paramashanti; Hamam Hadi; I Made Alit Gunawan
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 3, SEPTEMBER 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.557 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(3).162-174

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting in children is one of public health problem in Indonesia. Stunting is a serious problem because it is linked with the quality of human capital in future. Objectives: To determine the association between exclusive breastfeeding practice and stunting in young children 6 – 23 months in Indonesia.Methods: This study used a cross-sectional design. Data was obtained from Basic Health Research (Riskesdas) 2013. Riskesdas 2013 used multistage cluster sampling. Subject in this study was 6.956 young children 6 – 23 months in Indonesia which was selected purposively. Data was analyzed by using descriptive analysis, chi-square, and multiple logistic regression by adjusting the sampling weight for survey analysis.Results: Exclusive breastfeeding was protective against stunting, but the result was not significant both for exclusive breastfeeding >6 months (OR=0,99, 95% CI: 0,63–1,59) and exclusive breastfeeding 4-<6 bulan (OR=0,93, 95% CI: 0,63–1,39). Young children with low birth weight history had higher risk to become stunting (OR=1,77, 95% CI: 1,33–2,37). Household economic status which were very poor (OR=1,96, CI: 1,53–2,52), poor (OR=1,62, 95% CI:1,30–2,03) and middle (OR=1,32, 95% CI: 1,06–1,64) were also associated with the risk of stunting.Conclusions: Exclusive breastfeeding is not the only factor contributing to stunting in children. Optimal complementary feeding practice should also be the focus of intervention. Improvement in nutritional status since the preconception and during the pregnancy, and household economy status may reduce stunting problem in children.KEYWORDS: stunting, exclusive breastfeeding, feeding practice, growth ABSTRAKLatar belakang: Stunting pada anak-anak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Stunting menjadi masalah yang serius karena dikaitkan dengan kualitas sumber daya manusia di kemudian hari.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara praktik pemberian ASI eksklusif dan stunting pada anak usia 6 – 23 bulan di Indonesia.Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Data didapatkan dari hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Teknik pengambilan sampel pada Riskesdas 2013 adalah multistage cluster sampling. Subjek pada penelitian ini berjumlah 6.956 anak usia 6 – 23 bulan di Indonesia yang dipilih secara purposive. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, chi-square dan regresi logistik berganda dengan mempertimbangkan sampling weight untuk analisis survei.Hasil: ASI eksklusif bersifat protektif terhadap kejadian stunting pada anak, namun hasilnya tidak signifikan, baik untuk ASI eksklusif >6 bulan (OR=0,99, 95% CI 0,63–1,59) maupun ASI eksklusif 4-<6 bulan OR=0,93, 95% CI: 0,63–1,39). Anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menjadi anak yang stunting (OR=1,77, 95% CI: 1,33–2,37). Status ekonomi rumah tangga sangat miskin (OR=1,96, 95% CI: 1,53–2,52), miskin (OR=1,62, 95% CI: 1,30–2,03) danmenengah (OR=1,32, 95% CI: 1,06–1,64) masing-masing berkontribusi terhadap peningkatan risiko stunting pada anak.Kesimpulan: ASI eksklusif bukanlah satu-satunya faktor yang berkontribusi terhadap kejadian stunting pada anak. Pemberian MPASI yang optimal juga harus diperhatikan. Perbaikan status gizi sejak masa prekonsepsi dan selama kehamilan, serta status ekonomi rumah tangga diharapkan mampu menurunkan kejadian stunting pada anak.KATA KUNCI: stunting, ASI eksklusif, praktik makan, pertumbuhan
Waktu pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berhubungan dengan kejadian stunting anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu Dwi Puji Khasanah; Hamam Hadi; Bunga Astria Paramashanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 4, NOMOR 2, MEI 2016
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.379 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2016.4(2).105-111

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting in children 6-23 months old was not directly realized and can be looked after they are 2 years old. Almost 18.08% in District Bantul suffered from stunting. Stunting in children 6-23 months, may be correlated with the first time of complementary feeding introduction and inadequate intake of nutrients (energy and protein).Objectives: To know the association between time of complementary feeding introduction, energy and protein intake with stunting in children 6-23 months old in Sedayu.Methods: This was an observational study with cross sectional design. Research locations was in District of Sedayu, Bantul, Yogyakarta.The subject of study was children 6-23 months old in Sedayu. Samples were 190 children aged 6-23 months selected by using technique probability proportional to size (pps). The status of stunting in children was measured based on body length/age and used to analyze the risk of complementary feeding with stunting.Results: The results of the analysis bivariat showed that early complementary feeding was significantly associated with stunting (OR=2.867, 95% CI:1.453-5.656). Intake of energy and proteins had no association with stunting (p=0.005).Conclusions: There were association between time of complementary feeding introduction with stunting. Intake of energy and protein were not risk factors of stunting in children aged 6-23 months in Sedayu Subdistrict, Bantul, Yogyakarta.KEYWORDS: complementary feeding, intake of energy, intake of protein, stuntingABSTRACTLatar belakang: Terjadinya stunting pada baduta seringkali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru terlihat ternyata balita tersebut pendek. Sebesar 18,08% balita di Kabupaten Bantul menderita stunting. Penyebab terjadinya stunting pada anak usia 6-23 bulan erat kaitannya dengan waktu pertama pemberianmakanan pendamping ASI (MP-ASI) serta asupan zat gizi (energi dan protein) pada makanan yang kurang memadai.Tujuan: Mengetahui hubungan antara waktu memulai pemberian serta jumlah asupan energi dan protein dari MP-ASI dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu.Metode: Jenis penelitian adalah observasional dengan desain studi cross sectional. Lokasi penelitian di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Yogyakarta. Subjek penelitian adalah anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu. Besar sampel yang dibutuhkan adalah 190 anak usia 6-23 bulan. Pemilihan subjekpenelitian menggunakan teknik probability proportional to size (PPS). Untuk mengetahui status stunting pada anak dilakukan pengukuran panjang badan menurut umur (PB/U) dan digunakan analisis besarnya risiko pemberian MP-ASI terhadap kejadian stunting.Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukan waktu pertama kali pemberian MP-ASI berhubungan signifikan dengan kejadian stunting (OR=2,867, 95%CI:1,453-5,656). Asupan energi dan protein tidak berhubungan dengan kejadian stunting (p>0,005).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara waktu pertama pemberian MP-ASI yang terlalu dini terhadap kejadian stunting. Asupan energi dan protein yang kurang tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.KATA KUNCI: pemberian MP-ASI, asupan energi, asupan protein, stunting
Tingkat sosial ekonomi tidak berhubungan dengan kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil Indriany Indriany; Siti Helmyati; Bunga Astria Paramashanti
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 2, NOMOR 3, SEPTEMBER 2014
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.043 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2014.2(3).116-125

Abstract

ABSTRACTBackground: Chronic energy deficiency (CED) has been experienced in almost all countries, especially in developing countries such as Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka, and Thailand. There are several cause factors of CED, one of them is socioeconomic level such as education, employment, knowledge, and family income.Objectives: To analyze the relationship between socioeconomic level and CED in Sedayu Subdistrict, Bantul,Yogyakarta.Methods: This was an observational study with cross sectional design. Population were all pregnant women in Sedayu Subdistrict. Samples were selected by using total sampling methods with total sample 201 pregnant women. Data were analyzed by using univariate analysis (descriptive), bivariat (chi-square), and multivariat (multiple logistic regression).Results: There were no significant relationship between maternal education (p=0.167, RP=1.55, 95% CI:0.84-2.87), maternal employment (p=0.360, RP=1.33, 95% CI:0.72-2.44), maternal knowledge (p=0.892, RP=0.96, 95% CI:0.49-1.85) and CED in pregnant women at Sedayu Subdistrict. However, there was significant relationship between family income with CED in pregnant woman (p=0.004, RP=2.73, 95% CI:1.31-5.68). Multivariat analysis showed that there was significant relationship between family income with CED in pregnant women (R2=0.08, OR=3.22, 95% CI:1.28-8.11). Low family income had a 3.22 times higher chance to incidence of CED in pregnant women.Conclusions: Sosioeconomic status such as education, employment, knowledge did not associate with CED in pregnant women. However, there was significant association in family income of pregnant women with CED and non CED.KEYWORDS: chronic energy deficiency, maternal education, employment, maternal knowledge, family income ABSTRAKLatar belakang: Kurang energi kronis (KEK) dialami oleh hampir semua negara khususnya di negara-negara berkembang seperti Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilanka, dan Thailand. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil adalah tingkat sosial ekonomi seperti pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kecamatan Sedayu. Pemilihan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 201 ibu hamil. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat (deskriptif), bivariat (chi-square), dan multivariat (regresi logistik).Hasil: Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu (p=0,17, RP=1,55, 95% CI:0,84-2,87), pekerjaan ibu (p=0,36, RP=1,33, 95% CI:0,72-2,44), dan pengetahuan ibu (p=0,83, RP=0,96, 95% CI:0,49-1,85) dengan kejadian KEK pada Ibu hamil. Namun demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan KEK ibu hamil (p=0,004, RP=2,73, 95% CI:1,31-5,68). Analisis multivariat menunjukkan bahwa pendapatan keluarga mempunyai hubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (R2=0,08, OR=3,22, 95% CI:1,28-8,11), pendapatan keluarga yang rendah memiliki peluang 3,22 kali untuk mengalami kejadian KEK pada ibu hamil.Kesimpulan: Tingkat sosial ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ibu tidak berhubungan dengan KEK pada ibu hamil, namun pendapatan keluarga memiliki hubungan yang bermakna secara signifikan antara ibu hamil KEK dan tidak KEK.KATA KUNCI: kurang energi kronis, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan keluarga
Reinforcing Roles of Lady Health Workers in Sedayu Community Feeding Center: Six-Steps Program Planning and Evaluation Bunga Astria Paramashanti; Sulistiyawati Sulistiyawati
Engagement: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4 No 2 (2020): November 2020
Publisher : Asosiasi Dosen Pengembang Masyarajat (ADPEMAS) Forum Komunikasi Dosen Peneliti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/engagement.v4i2.147

Abstract

Child malnutrition remains a challenge in Indonesia's public health nutrition field. The assistance of lady health workers child feeding centers becomes important to guard nutritional issues among children in the community. To reinforce the roles of lady health workers in the community feeding center, we recruited lady health workers in two community feeding centers of Argodadi and Argorejo villages, Sedayu Subdistrict, Bantul District, in a capacity-building intervention. We were hoping that lady health workers with adequate knowledge and skills can contribute more effectively in the community-based nutrition program including nutritional status assessment and monitoring, nutrition counseling and promotion, general food supplementation, and referral system. This program was effective to increase maternal knowledge of infant and young child feeding, to improve energy and protein intakes of the children, and to add the bodyweight of the children.