Dahrun Sajadi
Universitas Islam As-Syafiiyah Jakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Berhijrah Dari Sistem Ekonomi Sekuler Menuju Sistem Ekonomi Syariah Dahrun Sajadi
Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam Vol 1 No 01 (2018): Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam As-Syafi'iyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/tahdzib.v1i01.425

Abstract

Islam adalah sebuah sistem kehidupan yang lengkap. Kemampuan Islam dalam menciptakan kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran telah terbukti di saat sistem Islam diberlakukan dan menjadi super power di seantero dunia. Kemampuan Islam menjawab krisis global dapat ditelusuri dari kenyataan paradigmatik di bawah ini. Islam dengan syariatnya yang sempurna terbukti telah mengantarkan umat manusia menuju kesejahteraan dan kemakmuran hidup. Bahkan, konsep Islam mengenai ekonomi terbukti lebih unggul dibanding sistem ekonomi manapun. Kejayaan ekonomi Islam bisa dilihat dari kenyataan paradigmatisberikut ini:Politik ekonomi Islam didasarkan paradigma bahwa negara wajib menjamin tercapainya pemenuhan semua kebutuhan primer (basic needs) tiap orang, sertakemungkinan setiap orang memenuhi kebutuhan pelengkapnya sekadar dengan kebutuhannya. Pandangan semacam ini menjadi dasar bagi pemerintah dalam melakukan seluruh kegiatan ekonomi di dalam negara. Negara tidak diperkenankan menetapkan pajak (dlariibah) bagi rakyatnya, dan tidak ada lagi pandangan negara perlu memberikan subsidi maupun tidak. Sebab, konteks hubungan negara dengan rakyat dalam pandangan Islam adalah pelayanan dan pengaturan; bukan dalam konteks hubungan bisnis, hubungan antara bawahan dan atasan. Karena itu, dalam konteks pelayanan dan pengaturan terhadap urusan rakyat, negara bahkan wajib memenuhi kepentingan-kepentingan rakyat banyak, misalnya kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Lebih dari itu, negara menjamin terpenuhinya kebutuhan primer atau kebutuhan vital tiap orang yang hidup dalam negara Islam, misalnya listrik, kesehatan, pendidikan, keamanan dan lain sebagainya. Negara akan mengukur tingkat kesejahteraan berdasarkan tercukupinya kebutuhan primer dan pelengkap tiap-tiap individu.
BAHAYA KEGONCANGAN JIWA DAN BAGAIMANA MENGATASINYA Dahrun Sajadi
Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam Vol 2 No 1 (2019): Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam As-Syafi'iyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/tahdzib.v2i1.472

Abstract

Para ahli psikologi mengemukakan bahwa di dalam jiwa manusia terdapat potensi emosionalitas, aktivitas dan fungsi sekunder. Emosionalitas bersumber dari hati (qalb), aktivitas bersumber dari kemauan (hawa dan iradah). Keduanya merupakan “inti jiwa”. Adapun yang dimaksud fungsi sekunder adalah akal-pikiran, yang merupakan “kulit jiwa”. Ketiga potensi ini memiliki daya yang tidak sama. Karena itu, manusia tampil dengan aneka tipe yang berbeda-beda. Kegoncangan jiwa bisa timbul karena faktor intern dari individu yang bersangkutan; bisa karena tekanan dari lingkungan tempat hidup seseorang, seperti kepadatan penduduk, kondisi rumah yang tidak nyaman, lingkungan kerja yang disharmonis, lingkungan keluarga yang penuh konflik, atau tetangga yang tidak akur/rukun; bisa juga karena faktor lain yang membawa krisis kehidupan, seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang paling dicintai/diandalkan, mengalami kebangkrutan atau menurunnya penghasilan, dan sebagainya. Orang yang tergoncang jiwanya karena stres, dapat mengalami dua kemungkinan. Pertama, dampak tekanan muncul ke luar menjadi penyakit fisik (psychosomatic). Kedua, dampak tekanan membeku di dalam jiwa dan menjadi penyakit jiwa (psychosis). Dampak yang pertama terjadi bila unsur rohani orang yang bersangkutan memiliki energi yang kuat, sehingga tekanan (stress) yang menerpa tidak menggoyahkan jiwanya, tetapi meluap keluar dalam bentuk penyakit seperti eksim, maag, sesak nafas, hipertensi dan lain-lain. Dampak yang kedua terjadi bila energi badan dan rohani kecil, sehingga tekanan (stress) dapat menimbulkan kelainan jiwa seperti hysteria, neurasthenia dan amnesia. Menurut firman Allah dalam al-Qur’an, bagi orang yang imannya lemah, stress itu akan menimbulkan distress. Tapi orang yang imannya kuat akan mampu berdiri tegar dengan sabar (yakni berusaha semaksimal mungkin dengan kakuatan potensi dan sumber daya yang ada dalam dirinya) dan yakin akan datangnya pertolongan Allah.
POLIGAMI DALAM TINJAUAN HISTORIS, POLITIS DAN NORMATIF Dahrun Sajadi
Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 10 No 2 (2019): Al-Risalah : Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam
Publisher : Fakultas Agama Islam, Universitas Islam As-Syafiiyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.155 KB) | DOI: 10.34005/alrisalah.v10i2.409

Abstract

Poligami berulang kali menjadi isu kontroversial di Indonesia. Atas kenyataan pro kontra poligami tersebut, diperlukan upaya untuk mendudukkan masalah poligami ini dengan perspektif yang komprehensif. Tulisan ini mencoba meninjau poligami dari tinjauan historis (sejarah), untuk membuat pemetaan (mapping) mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam pro-kontra poligami ini; dari tinjauan politis, untuk mengungkap motif politik di balik berbagai peraturan pemerintah yang mempersulit poligami; dan dari tinjauan normatif (Syari'ah Islam), untuk menjelaskan hukum poligami dalam Islam dan membantah pendapat-pendapat yang mengharamkan poligami.