Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM Dahrun Sajadi
Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam Vol 4 No 1 (2021): Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam As-Syafi'iyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/tahdzib.v4i1.1421

Abstract

Abstrak: (In English) The birth of Islam which was brought by Allah's Apostle, in the 7th century AD, gave rise to an extraordinary driving force, which has been experienced by mankind. Islam is a giant movement that has been running throughout the ages in its growth and development. The entry and development of Islam in Indonesia from a historical and sociological perspective is very complex and there are many problems, especially regarding the history of the early development of Islam. There is a difference between the old opinion and the new opinion. The old opinion states that Islam entered Indonesia in the 13th century AD and the new opinion states that Islam first entered Indonesia in the 7th century AD. Aceh area. The arrival of Islam to Indonesia was carried out peacefully, it can be seen through trade routes, da'wah, marriage, Sufism and tarekat teachings, as well as arts and education, all of which support the rapid process of Islam entering and developing in Indonesia. Islamic education activities in Aceh were born, grew and developed along with the development of Islam in Aceh. The mass conversion of society to Islam during the Islamic kingdom in Aceh could not be separated from the influence of the royal rulers and the role of scholars and poets. Aceh has been the center of Islamic studies since the time of Sultan Malik Az-Zahir, with an informal education system in the form of halaqoh. Which in turn became the formal education system.
AGAMA, ETIKA DAN SISTEM EKONOMI Dahrun Sajadi
El-Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan Syariah Vol 3 No 02 (2019): El-Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan Syariah
Publisher : Program Studi Perbankan Syari'ah Fakultas Agama Islam Universitas Islam As-Syafi'iyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/elarbah.v3i02.1049

Abstract

Para pemikir ilmu sosial beranggapan bahwa kode etika universal yang mendasari ekonomi modern adalah utilitarianisme, khususnya ajaran dari Jeremy Bentham.[1] Dengan demikian, upaya yang harus dilakukan adalah, melakukan islamisasi, baik pada ilmu dan sistem ekonominya. Tapi, pendapat Jeremy Bentham tidaklah sepenuhnya benar. Tatkala menggagas sistem ekonomi Islam, al-Nabhani menyatakan tentang perlunya membedakan antara ilmu ekonomi -- yang sebagian besarnya adalah bebas nilai, dengan sistem ekonomi. Ilmu ekonomi membahas hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan produksi, kualitas, dan kinerja. Kebanyakan ilmu-ilmu semacam ini bebas nilai dan bersifat universal. Contohnya, ilmu akuntansi, ia adalah ilmu yang bebas nilai dan tidak terpengaruh oleh pandangan hidup tertentu. Sedangkan sistem ekonomi sudah melibatkan tata nilai tertentu, misalnya; ideologi, pandangan hidup, norma dan etika. Hal-hal yang berhubungan dengan sistem distribusi barang dan jasa merupakan bagian dari sistem ekonomi. Islam melarang menimbun barang, dan beredarnya riba di tengah-tengah aktivitas ekonomi. Pandangan semacam ini berbeda dengan pandangan sistem ekonomi kapitalime dan sosialisme. Karena itu, islamisasi ilmu, harus diarahkan pula kepada reformasi sistem ekonomi yang tidak bebas nilai, diganti dengan sistem dan nilai-nilai yang Islami. [1] Tentang paham utilitarianisme Bentham; baca Mark A. Lutz & Kenneth Lux; The Chlange of Humanistic Economics; California: The Benjamin Cummings Publishing.Co.Inc,Menlo Park, 1979, h.32-33. Paham Bentham ini sampai pada perumusan yang berkaitan dengan ilmu ekonomi, antara lain telah disempurnakan oleh John Stuart Mills, yang merumuskan arti utilitas sebagai kebahagiaan untuk sebanyak-banyak orang.