Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PEMANFAATAN ANTIOKSIDAN ALAMI FLAVONOL UNTUK MENCEGAH PROSES KETENGIKAN MINYAK KELAPA Siswati, Nana Dyah; SU, Juni; ., Junaini
REKAPANGAN Vol 4, No 1 (2010): REKAPANGAN
Publisher : UPN VETERAN JAWA TIMUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The rancidity that leads the quality decreasing of palm oil can be happened during the storing. This unfavorable process can be controlled by using the antioxidant. In this research the skin of red onion containing flavonol was being used as the natural antioxidant to prevent the rancidity of the palm oil. The first step is  extracting the flavonol from the skin of red onion by using water as the dissolvent for 1 – 2,5 hours. The extract was mixed into the palm oil on the  concentration  range  of  3 – 11  %.  The  next  step  is  heated  on  the  humid  temperature  to accelerate  the  rancidity.  The  mix  of  palm  oil  and  red  onion  skin  was  being  stored  for  1 – 4 days. The research result was detected by the level of oil peroxide. This number was showing the  level  of  deterioration  of  the  fat  or  oil  indicating  that  there  was  rancidity.  The  best  result was on 11 % extracting concentration of the red onion skin, 1,5 hours extracting time, 4 days storing time of the palm oil and peroxide level of 0,6144 ( SH – 92 = 1 mg O/100 g ).   _____________________________________________________________________Key word : Peroxide level, rancidity, antioxidant, skin of red onion.
BIOETHANOL FROM COFFE PEEL WASTE WITH FERMENTATION PROCESS Mohammad Yatim, Rachm, Nana Dyah Siswati,
Jurnal Teknik Kimia Vol 6, No 1 (2011): JURNAL TEKNIK KIMIA
Publisher : Program Studi Teknik Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jurnal_tekkim.v6i1.80

Abstract

When coffee is processed, 35% of it is in the form of coffee peel waste which is a source oforganic materiali and has high levels of cellulose and is available in abundance in Indonesia, sothat can be harnessed to become bioethanol. As anlternative energy fuel, bioethanol which hashigher oxygen to content (35%) to fuel, burns moreperfectly, it also has higher octane value(118)and contains lower CO emissions 19-25%, and thus it is more environmentally friendly. Theprocess of producing bioethanol from coffee peel waste is carried out by hydrolyzing the wasteinto glucose using H2SO4 catalyst and HCl. Afterwards glucose is fermented into bioethanol usingthe bacterium Zymomonasmobilis. By implementing the variables of fermentation time, and theconcentrations of Zymomonasmobilis stater. Research shows that coffee peel can be used as analternative to produce bioethanol the process of hydrolysis and fermentation, the best resultsbeing obtained at a concentration of 11% starter and fermentation time of 7 days producebioethanol as much as 51.02% having the content 38.68% levels.Key words: Bioethanol, Fermentation, Hydrolysis, Coffee peel waste.
ANIMAL FEED MAKING FROM TUNA FISH WASTE WITH FERMENTATION PROCESS Anwar Zain and Mohammad, Nana Dyah Siswati,
Jurnal Teknik Kimia Vol 4, No 2 (2010): JURNAL TEKNIK KIMIA
Publisher : Program Studi Teknik Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jurnal_tekkim.v4i2.128

Abstract

Fish waste from the fish canning industry if not managed can lead to pollution of the stinging smellof pollution, because the decay process of fish protein. Also can be a source of human infectious diseasesare transmitted by flies.Waste fish have protein content ranging roughly 51-55%, except as a source of protein with good aminoacids, fish waste is also a source of minerals and vitamins. Utilization of fish waste can be processed intofish meal, which in turn is used as animal feed mixtures such as poultry, pork and fish food.This research aims to make animal feed from fish waste, using a fermentation process with the help ofmicrobes rumenansia. In order to produce a nutritious animal feed additives required high as Lamtoroleaves, corn and bran, with proportions varying between a mixture of raw materials compared to microbialfermentation and different time also.The best results from the fermentation of fish waste into livestock feed use of ruminant bacterial proteincontent of 51.16%, carbohydrate content of 23.91 %, and 6-day fermentation time with a ratio of rawmaterials and the number of microbes (1:0,7). 
PEMBUATAN EKOSEMEN DARI SAMPAH ORGANIK Rubin Nanda 2) dan Riant Anggraini 2), Nana Dyah Siswati,
Jurnal Teknik Kimia Vol 3, No 2 (2009): JURNAL TEKNIK KIMIA
Publisher : Program Studi Teknik Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jurnal_tekkim.v3i2.381

Abstract

The Huge volume of urban garbage despite limited space of garbage dump and inappropriate handling have become complicated and never ended problem. Helped to these issue, the research on Forming Ecocement from organic garbage was carried out. Ecocement was made from the mixture of the ash of organic garbage and limestone. The ashing was started by putting up the dry leaves and branches and some anorganic garbage (i.e paper) in pirolisis reactor, heated at temperatures 100, 150, 200, 250, 300 (oC). The resulted ash was mixed with limestone at (60:40) ; (55:45) ; (50:50) ; (45:55) ; (40:60) (%) ratio and blended with water. Next, the mixture was heated in a temperature of 900 oC for 1 hour. The ash analysis from the pirolisis process indicated that the best ash to produce cement was one that was heated in the temperature of 300 oC in the composition of CaO = 200.591,8 ppm SiO2 = 160.020, 8 ppm Al2O3 = 56.800,9 ppm dan Fe2O3 = 5.510,6 ppm, while the best ratio of ash : lime stone is 55 % : 45 % in the composition of CaO=60,8 % , SiO2 = 16,3 % , Al2O3 = 4,8 %, Fe2O3 = 0,3%. The resulted cement stand the tensile strengt 72,6 kg/cm2, min, in 7 days stored (standard  grade of the tensile strengt 150 kg/cm2, min, in 7 days stored). Key words : Ecocement, Ash of Organik Garbage, Lime Stone.
PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TULANG IKAN TUNA Siswati, Nana Dyah; Martini, Nina; Widyantini, Warry
Jurnal Teknik Kimia Vol 10, No 1 (2015): JURNAL TEKNIK KIMIA
Publisher : Program Studi Teknik Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jurnal_tekkim.v10i1.617

Abstract

Untuk menunjang kelebihan hasil perikanan di Kepulauan Indonesia. Pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berusaha mengolah ikan-ikan tersebut dalam bentuk ikan kalengan untuk memenuhi kebutuhan ikan di dalam negeri atau kebutuhan ekspor. Tulang ikan yang merupakan salah satu limbah industri pengalengan kurang banyak dimanfaatkan. Oleh karena itu peneliti tergerak untuk meneliti limbah industri pengalengan tersebut sebagai bahan baku pembuatan arang aktif, karena dalam tulang ikan mengandung karbon dimana arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentuatau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Tulang ikan diarangkan dengan proses pirolisis. Untuk mendapatkan arang aktif, maka arang hasil pirolisis diaktifasi dengan cara penambahan CaCl2 sebagai bahan pengaktif serta dilakukan pemanasan pada suhu dan waktu tertentu, selanjutnya direndam dalam larutan H2SO4 12%. Arang aktif diuji keaktifannya dengan menggunakan larutan Methelyn Blue melalui peniteran. Hasil dari penelitian ini didapat kondisi yang paling baik  untuk  pembuatan arang aktif yaitu konsentrasi CaCl2 20%, waktu aktifasi 40 menit, suhu aktifasi 75 °C dan daya serap terhadap Methelyn Blue 99,12 ml/g.
ETANOL DARI HASIL HIDROLISIS ONGGOK Sutiyono, Sutiyono; Soemargono, Soemargono; Edahwati, Luluk; Siswati, Nana Dyah
Jurnal Teknik Kimia Vol 8, No 1 (2013): JURNAL TEKNIK KIMIA
Publisher : Program Studi Teknik Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jurnal_tekkim.v8i1.712

Abstract

Onggok dapat digunakan sebagai sumber energi dengan cara pembakaran langsung atau digunakan  sebagai biogas. Kandungan pati dalam onggok dapat diubah menjadi fruktosa dan glukosa dengan proses hidrolisis, di mana selanjutnya hasil dari proses hidrolisis ini akan difermentasikan menjadi etanol. Mengubah onggok menjadi sumber energi yang lain adalah dengan proses fermentasi menjadi etanol. Penelitian ini bertujuan untuk merubah glukosa hasil dari proses hidrolisis onggok menjadi etanol menggunakan variabel waktu fermentasi: 4, 6, dan 8 hari, penambahan saccharomycess cereviceae: 8, 10 dan 12% dari total volume filtrat. Hasil penelitian diperoleh: kadar HCl sisa 0,088%, kadar glukosa sisa 3,198%, kadar etanol 15,82%, setelah dilakukan proses distilasi kadar etanol yang diperoleh sebesar 89%.
FERMENTASI BUAH SUKUN MENJADI BIOETANOL Siswati, Nana Dyah; Dara, Puspa Secylia; Wardana, Reza Asrulyawan
Jurnal Teknik Kimia Vol 11, No 2 (2017): JURNAL TEKNIK KIMIA
Publisher : Program Studi Teknik Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jurnal_tekkim.v11i2.832

Abstract

Buah sukun merupakan sumber pati yang tersedia cukup banyak di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa Timur, jika musim panen tiba, buah sukun banyak yang terbuang. Untuk mengatasi hal ini peneliti memanfaatkan sukun sebagai bahan baku bioetanol agar mempunyai nilai jual yang tinggi. Bioetanol dapat dibuat dengan cara fermentasi bahan baku nabati antara lain bahan baku sumber gula, sumber pati serta sumber serat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama adalah proses Hidrolisis menggunakan katalisator HCl, dan tahap kedua proses Fermentasi menggunakan bakteri Zymomonas mobilis. Zymomonas mobilis merupakan bakteri anaerobik, lebih toleran terhadap suhu, pH rendah serta toleran terhadap konsentrasi etanol yang tinggi. Bahan baku buah sukun yang digunakan memiliki kadar pati sebesar 57,89 %. Proses fermentasi dilakukan pada suhu 30oC dengan perlakuan konsentrasi starter 8,9,10,11,dan 12 % dan waktu 6,7,8,9 hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari volume starter dan  waktu fermentasi terbaik pada proses pembuatan bioetanol dari buah sukun. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kondisi terbaik untuk proses fermentasi yaitu pada konsentrasi starter 10% dan waktu fermentasi 7 hari didapat kadar bioetanol 9,87 %.
KARAKTERISASI KOMPONEN AKTIF POZZOLAN UNTUK PENGEMBANGAN PORTLAND POZZOLAN CEMENT (PPC) Siswati, Nana Dyah; Ardiantono, Fikri Adji; Putri, Lintang Karunia
Jurnal Teknik Kimia Vol 12, No 2 (2018): JURNAL TEKNIK KIMIA
Publisher : Program Studi Teknik Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jurnal_tekkim.v12i2.1085

Abstract

Pozzolan merupakan bahan yang mengandung Silica dan Alumina, dalam bentuknya yang halus dan adanya air akan bereaksi secara kimia dengan Kalsium Hidroksida pada suhu kamar dimana akan membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen. Bahan pozzolan yang digunakan ada beberapa macam diantaranya Trass Rembang, Fly Ash PT. Ipmomi, Granulated  Blast  Furnace  Slag PT. Krakatau Steel Indonesia, dan Silika Fume PT. BASF. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui karakteristik berbagai macam pozzolan bardasarkan komponen aktif didalamnya dan korelasinya terhadap kuat tekan pozzolan activity. Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian dan pengembangan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk, dengan metode eksperimen. Untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing pozzolan dilakukan beberapa pengujian diantaranya XRD, XRF, insoluble, dan kuat tekan pozzolan activity. Dari hasil penelitian, diperoleh pozzolan yang terbaik adalah Silika Fume, hal ini didasarkan pada nilai tertinggi dari kuat tekan pozzolan activity 140.84 kg/cm2, amorf 100%, silika 88.69% dan insoluble 334,97%. DOI : https://doi.org/10.33005/tekkim.v12i2.1085
KAJIAN PENAMBAHAN OKSIDATOR TERHADAP SIFAT PENYALAAN BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA Siswati, Nana Dyah; Guntoro, Hanif Kurniawan; Pratama, Naufaldy Wira
Jurnal Teknik Kimia Vol 14, No 1 (2019): JURNAL TEKNIK KIMIA
Publisher : Program Studi Teknik Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jurnal_tekkim.v14i1.1648

Abstract

Tempurung kelapa merupakan limbah perkebunan yang banyak mengandung karbon, sehingga dapatdimanfaatkan untuk bahan briket yang mempunyai nilai kalor cukup tinggi, namun sulit untuk penyalaan awal.Penelitian ini bertujuan untuk mencari jenis dan konsentrasi oksidator yang ditaambahkan pada brikettempurung kelapa agar memiliki sifat penyalaan yang cepat. Briket dibuat dengan metode pirolisis pada suhu5500C. Jenis oksidator yang digunakan adalah KMnO4, KNO3, KClO3, NaNO2, dan K2Cr2O7. Konsentrasioksidator yang digunakan adalah 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%., kemudian ditambahkan perekat sebesar 5%berat dan dicetak. Selanjutnya briket dikeringkan dan dianalisa nilai kalor, kadar air, kadar abu, waktupenyalaan, lama pembakaran, dan laju pembakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besarkonsetrasi oksidator, sifat penyalaan briket arang tempurung kelapa semakin cepat, tetapi kualitasnya menurun.Penyalaan tercepat diperoleh pada penambahan oksidator KMnO4 konsetrasi 20% dengan waktu penyalaan 10detik, laju pembakaran 0,0016gr/det, nilai kalor 5603,26kal/g, kadar air 7,26%, dan kadar abu 5,24%.Kata kunci : briket, oksidator, tempurung kelapa DOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v14i1.1648
SELULOSA ASETAT DARI AMPAS SAGU Siswati, Nana Dyah; Wachidah, Aprilia Nur; Ariyani, Ayu Eka Putri
Jurnal Teknik Kimia Vol 15, No 2 (2021): JURNAL TEKNIK KIMIA
Publisher : Program Studi Teknik Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jurnal_tekkim.v15i2.2547

Abstract

Pemanfaatan ampas sagu di Indonesia umumnya masih sangat terbatas. Ampas sagu memilikikandungan selulosa yang cukup tinggi sehingga memungkinkan untuk dibuat menjadi selulosa asetat.Peningkatan selulosa dapat menggunakan proses asetilasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencariwaktu asetilasi dan kecepatan pengadukan terhadap kadar aset yang dihasilkan pada selulosa asetat. Prosedurpembuatan selulosa asetat dari ampas sagu ada beberapa tahap. Tahap pertama adalah isolasi selulosa dariampas sagu. Tahap kedua adalah proses asetilasi dengan menggunakan metode emil heuser yaitu denganmenambahkan asam asetat glacial. Variabel yang dilakukan pada penelitian ini adalah kecepatan pengadukansebesar 150, 250, 350, 450 dan 550 rpm dengan waktu asetilasi 5, 10, 15, 20 dan 25 menit. Pada penelitian inidihasilkan kadar asetil terbesar sesuai SNI sebesar 39,2% yang dilakukan dengan kecepatan pengadukan 350rpm dan waktu asetilasi 15 menitDOI : https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v15i2.2547