This Author published in this journals
All Journal JURNAL TIARSIE
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Kajian Keterlambatan Proyek Engineering Procurement Construction Commissioning Jaringan Transmisi 150KV Bayu Kania; Robby Gunawan Yahya; Andri Kurniawan
Jurnal Tiarsie Vol 17 No 1 (2020): Jurnal TIARSIE 17.1 (edisi ekstra)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32816/tiarsie.v17i1.74

Abstract

Proyek EPCC merupakan proyek dengan tingkat kompleksitas pekerjaan yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis proyek konstruksi lainnya. Kompleksitasnya yang tinggi menyebabkan proyek EPCC memiliki resiko mengalami keterlambatan yang cukup besar. Hal ini pun terjadi pada proyek EPCC Pembangunan Jaringan Transmisi 150kV PLTP Karaha–GI Garut, yang mengalami keterlambatan selama 235 hari dari rencana pelaksanaan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan pada proyek EPCC pembangunan jaringan transmisi. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dengan mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan serta penyebabnya yang mempengaruhi keterlambatan proyek EPCC. Setelah itu jenis kegiatan serta faktor penyebab akan diukur tingkat kepengaruhannya terhadap keterlambatan proyek. Penelitian dilakukan melalui studi literatur, wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada pihak-pihak yang terkait, serta analisis dengan AHP untuk mengetahui bobot masing-masing parameter. Dari sembilanbelas jenis pekerjaan, terdapat lima item pekerjaan yang paling berpengaruh dalam menyebabkan terjadinya keterlambatan proyek EPCC Pembangunan Jaringan Transmisi 150kV PLTP Karaha–GI Garut, yaitu: (1) pekerjaan re-route survey; (2) pekerjaan pondasi; (3) pekerjaan erection tower; (4) pemasangan & pengukuran tahanan tower grounding; dan (5) pekerjaan stringing. Adapun lima faktor penyebab keterlambatan yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan adalah: (1) perubahan/ penambahan jumlah tower dengan bobot 0.177; (2) kurangnya sumber daya manusia dengan bobot 0.148; (3) terlambatnya pembangunan PLTP dengan bobot 0.131; (4) investigasi/survey awal yang tidak akurat dengan bobot 0.131; dan (5) keterlambatan pekerjaan sebelumnya dengan bobot 0.059.