Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Estimasi dan Evaluasi Debit Rembesan pada Bendungan Urugan Batu Zonal Inti Tegak Siswanto Siswanto; Suprapto Suprapto; Sri Sangkawati Sachro
Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia Vol 4, No 2 (2019): EDISI SEPTEMBER 2019
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1006.422 KB) | DOI: 10.33366/rekabuana.v4i2.1424

Abstract

Bendungan urugan batu zonal inti tegak mempunyai geometri yang lebih kompleks dibandingkan dengan bendungan tanah homogen. Banyaknya bentuk geometri dan material yang digunakan menyebabkan prediksi dan perhitungan yang lebih rumit. Pemodelan finite element (FEM) sering digunakan untuk menghitung perilaku rembesan yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan model numeris yang dapat digunakan sebagai estimasi debit rembesan sekaligus sebagai validasi pemodelan rembesan pada bendungan urugan batu inti tegak. Evaluasi debit berdasarkan pengukuran instrumen diperlukan untuk validasi pemodelan numeris yang dilakukan. Hukum Darcy dan Casagrande dapat digunakan untuk mengevaluasi pola debit terukur. Debit rembesan berbanding lurus dengan ketinggian muka air waduk dan berbanding terbalik dengan panjang lintasan rembesan. Metode statistik dan regresi digunakan untuk mendapatkan pola rembesan berdasarkan akuisisi data rembesan melalui V-Notch. Estimasi dan pola rembesan ini penting untuk diketahui, sehubungan dengan kinerja electronic instrument yang berpotensi mengalami kerusakan dan sulitnya akses pada gallery karena suatu keadaan. Studi kasus pada paper ini dilakukan pada Bendungan Jatibarang (Semarang), dimana bendungan ini mulai beroperasi penuh pada tahun 2015. Inkonsistensi data debit rembesan terjadi sampai dengan 3 tahun setelah penggenangan bendungan dilakukan. Pola linier hubungan debit rembesan (q) berdasarkan ketinggian muka air waduk (h) yaitu q = 0.5221h - 68.958. Koefisien determinasi pada model tersebut sebesar 78.5%, nilai ini mengindikasikan bahwa model tersebut sudah cukup baik untuk digunakan. Pendekatan ini dapat digunakan sebagai validasi data pada semua jenis pemodelan sesuai dengan tujuan pemodelan tersebut akan dilakukan. Kata Kunci : rembesan; bendungan urugan batu; v-notch ABSTRACTVertical zoned rockfill dam has a more complex geometry compared to a homogeneous earthfill dam. The many geometric shapes and materials used to cause more complex predictions and calculations. Finite element (FEM) modeling is often used to calculate seepage behavior. The purpose of this study is to obtain a numerical model that can be used to estimate of seepage discharge and as validation of seepage modeling on zoned vertical rockfill dam. Seepage evaluation based on instrument measurements is needed for validation of numerical modeling performed. Darcy's and Casagrande's Law can be used to evaluate the measured discharge pattern. The seepage discharge is directly proportional to the height of the reservoir water level and inversely proportional to the length of the seepage path. Statistical and regression methods are used to obtain the seepage pattern based on seepage data acquisition using V-Notch. Estimation and seepage pattern is important to know due to the performance of electronic instruments that have apotential damage and difficult access to the gallery. The case study in this paper was carried out at the Jatibarang Dam (Semarang), where the dam began full operation in 2015. The inconsistency of seepage discharge data occurred up to 3 years after the impounding of the dam. The linear pattern of seepage discharge relationship (q) based on reservoir water level (h) is q = 0.5221h - 68.958. The coefficient of determination in the model is 78.5%, this value indicates that the model is good enough to be used. This approach can be used for data validation on all types of modeling in accordance with the purpose of the modeling will be carried out.
Pendekatan GIS dalam Pemodelan Keruntuhan Bendungan Menggunakan HEC-RAS 2D (Studi Kasus Bendungan Logung, Kabupaten Kudus) Siswanto Siswanto; Suprapto Suprapto; Adib Lathiful Huda
Rekayasa Vol 12, No 2: Oktober 2019
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (864.867 KB) | DOI: 10.21107/rekayasa.v12i2.5807

Abstract

Keruntuhan bendungan merupakan sumber potensi bahaya terbesar pada sebuah bendungan. Rencana Tindak Darurat (RTD) merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh operator bendungan sebelum bendungan tersebut beroperasi. Analisa keruntuhan bendungan tidak dimaksudkan untuk mendesain ulang bendungan agar lebih kuat, tetapi untuk memperkirakan potensi resiko jika terjadi kegagalan bendungan. Makalah ini fokus pada analisis geospasial dan analisis hidrolik yang terjadi pada daerah hilir bendungan ketika terjadi kegagalan bendungan. Sebagai studi kasus penelitian ini adalah Bendungan Logung yang berada di Kudus, Indonesia. Bendungan ini mempunyai kapasitas 20jt m3 dengan ketinggian bendungan 55m pada DAS Muria. Dam Break Analysis (DBA) dimodelkan 2D pada kondisi unsteady-flow menggunakan HEC-RAS dan HEC-GeoRAS. Analisis spasial dan analisis hidrologi digunakan sebagai input dalam pemodelan tersebut. Output dari Dam Break Analysis ini adalah peta dinamis 2D yang memberikan informasi debit, kecepatan, luasan dan kedalaman pada setiap titik yang terdampak runtuhnya bendungan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk rencana mitigasi dan proses evakuasi dalam Emergency Action Plan (EAP), sehingga dapat meminimalisir resiko ketika bencana tersebut terjadi.A GIS approach for Dam Break Modelling by using HEC-RAS 2D (A Case Study of Logung Dam, Kudus-Indonesia)ABSTRACTThe Dam collapse is a greatest potential hazard of a dam. Emergency Action Plan (RTD) is a condition that must be fulfilled by dam operators before the dam operates. Dam break analysis is not intended to redesign the dam to be stronger, but to estimate the potential risk if a dam failure occurs. This paper focuses on geospatial analysis and hydraulic analysis that occurs in the downstream area of a dam when a dam failure occurs. As a case study this research take Logung Dam in Kudus, Indonesia. The dam has a capacity of 20 million m3 with a dam height of 55m in the Muria watershed. Dam Break Analysis (DBA) is modeled 2D at unsteady-flow conditions using HEC-RAS and HEC-GeoRAS. Spatial analysis and hydrological analysis are used as input in the modeling. The output of the Dam Break Analysis is a 2D dynamic map that provides discharge, speed, area and depth information at each point affected by the dam collapse. This information can be used for mitigation plans and evacuation processes in the Emergency Action Plan (EAP), so as to minimize risks when a disaster occurs.Keywords :  EAP; risk; flood; 2D Modelling; Logung