Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Gambaran Profil Lipid Pada Obesitas Perempuan Nani Kurnaeni
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 6 No 4 (2013): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3832.076 KB)

Abstract

Obesity and dyslipidemia are two risk factors for atherosclerosis that can lead to coronary heart disease risk factors. Measurement of lipid profiles in obese individuals as one test to see whether or not a person dyslipidemia. Lipid profile consisting of total cholesterol, triglycerides, HDL-C and LDL-C. The ratio of HDL-C with LDL-C is inversely related to the occurrence of atherosclerosis. HDL-C levels were significantly higher can provide protection against CHD, in contrast to LDL-C if the higher levels it will lead to atherosclerosis in the blood vessel walls that can increase the risk of CHD. The purpose of this study to describe the lipid profile in obese individuals. Descriptive research method used. The entire population of obese women in RW 17 Sub District Cibabat North Cimahi, samples used by 30 people. Data analysis was done by a percentage (%), descriptive statistics and correlation tests. Inspection methods for total cholesterol CHOD-PAP, GPO-PAP triglyceride, HDLC PTA precipitation, which results read using a photometer MicroLab 300 and LDL-C using the Friedwald formula. Of 30 obese women gained a mean total cholesterol level 229 mg/dL (164-293) mg/dL, triglycerides 158 mg/dL (56-417) mg/dL , HDL-C of 49.3 mg/dL (30.7-82.7) mg/dL and LDL-C 148 mg/dL (105-191) mg/dL. Based on age and BMI ranges mostly in the age range 55-69 years ; 16 people (53%) and BMI ranges from 27 to 29.9 ; 18 people (60%). Lipid profile picture 28 people who had dyslipidemia (93%). From the results of statistical tests of correlation between age and total cholesterol, triglycerides, HDL-C and LDL-C values obtained significant (0.109), (0.125), (0.373) and (0.142) > a means that there is no correlation between BMI and the levels total cholesterol, triglycerides, HDL-C and LDL-C values obtained significant (0.520), (0397 , (0761) and (0819) > a means that there is no correlation . In obese individuals who have dyslipidemia with elevated levels of total cholesterol, triglycerides and LDL-C and decreased HDL-C levels will further accelerate the process of atherosclerosis and CHD risk factors cause. For obese patients with dyslipidemia who are advised to do a lipid profile routine/regular consultation with the doctor and get treatment.
ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN QUALITY CONTROL DI LABORATORIUM Muhammad Satrio Wicaksono; Entuy Kurniawan; Sonny Feisal Rinaldi; Nani Kurnaeni
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.445 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.746

Abstract

Salah satu upaya yang harus dilakukan laboratorium untuk menghasilkan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya adalah dengan melakukan quality control (QC) yang dalam arti luas adalah suatu tindakan atau proses yang dilakukan untuk menjamin hasil pemeriksaan yang baik dan dapat dipercaya. Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan pelaksanaan QC di laboratorium. Peneliti telah melakukan survei dengan kuesioner dengan jumlah populasi sebesar 30 laboratorium yang berada di wilayah Kota Bandung. Data yang didapat diolah menggunakan analisis univariat untuk menggambarkan pelaksanaan QC dan bivariat (chi-square) untuk mencari hubungan antara faktor-faktor dengan pelaksanaan QC di laboratorium. Kesimpulan yang didapat dari survey tersebut adalah sebagian besar laboratorium belum menerapkan QC atau sebesar 72% (21). Selain itu, dari survei ini didapatkan faktor yang paling berhubungan dengan implementasi QC di laboratorium, yaitu faktor kebijakan manajemen (sig 0,024), sedangkan faktor sarana dan prasarana (sig 0,642) serta pengetahuan ATLM terhadap QC (sig 0,561) tidak berpengaruh signifikan terhadap terlaksananya QC di laboratorium.
STABILITAS AKTIVITAS ALT SERUM, PLASMA HEPARIN Chitra Adzka Nabila Chindara; Nani Kurnaeni; Betty Nurhayati; Sonny Feisal Rinaldi
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.182 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.758

Abstract

Most errors in clinical laboratory examinations, namely in the pre-analytic stage can occur when handling samples. One clinical laboratory examination is examination of ALT activity. Based on interviews, specimens are usually stored in the laboratory at 2-8oC before being destroyed with different times per laboratory. Specimens that can be used to examine ALT activity are serum, heparinised plasma, and EDTA plasma. This study aims to look at the stability of serum and plasma samples with 3 different types of samples against ALT parameters. The number of samples used was 2400 µL for each. The methods of this study were serum samples, heparinised plasma, and EDTA plasma that were directly examined and postponed for a total of 15 days stored at refrigerator temperature. Examination of ALT activity using the IFCC kinetic method. The data obtained were analyzed using the GLM Repeated Measure test, the results were not statistically different in serum samples between direct examined and delayed (p >0.050). In heparinised plasma and EDTA plasma samples there were statistical differences between direct examined and delayed (p <0.050) on day 7 and day 9 respectively, there were also clinical differences in heparinised plasma and EDTA plasma between direct examined and delayed respectively on day 9 (25.2%) and day 15 (22.3%). From these results it can be concluded that ALT in serum is stable for up to 15 days, in heparinised plasma is stable up to 7 days, and EDTA plasma is stable for up to 13 days at storage temperature 2-8oC.
PERBANDINGAN STABILITAS KADAR GLUKOSA DARAH PADA POOLED SERA YANG DITAMBAH ETILEN GLIKOL DENGAN NATRIUM AZIDA Suci Fauziah; Ani Riyani; Sonny Feisal Rinaldi; Nani Kurnaeni
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 2 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.859 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i2.788

Abstract

Pengendalian mutu internal laboratorium, dapat digunakan bahan kontrol untuk memantau ketepatan dan mengawasi kualitas hasil pemeriksaan. Bahan kontrol dapat dibuat sendiri menggunakan sisa serum pasien yang dikumpulkan atau disebut pooled sera. Untuk menjaga kestabilan pooled sera, dibutuhkan pengawet. WHO menyarankan untuk menggunakan pengawet etilen glikol, selain itu natrium azida sering dijadikan pengawet dalam serum. Adapun parameter analit yang dipakai dalam penelitian ini adalah glukosa darah sehingga tujuan dari penelitian ini adalah unuk mengetahui perbandingan kadar glukosa darah pada pooled sera dengan konsentrasi etilen glikol 7,5% dan natrium azida 1%. Hasil penelitian secara statistik maupun secara klinis diperoleh bahwa pooled sera dengan konsentrasi etilen glikol 7,5% masih stabil hingga 30 hari dan pooled sera yang ditambah natrium azida 1% dapat stabil hingga 8 hari. Secara klinis, pada pooled sera yang ditambah natrium azida stabil hingga 25 hari. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa terdapat perbedaan stabilitas antara kedua pengawet pada pemeriksaan glukosa darah.
VALIDASI METODE GOD-PAP PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DENGAN PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME REAGEN DAN SAMPEL Ika Nurhayati; Ani Riyani; Nani Kurnaeni; Wiwin Wiryanti; Sonny Feisal Rinaldi
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.444 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.792

Abstract

Pemakaian setengah volume reagen dan sampel pada pemeriksaan glukosa darah metode GOD-PAP diketahui tidak memiliki perbedaan terhadap nilai simpangan baku dan koefisien korelasi dibandingkan dengan metode standarnya. Metode GOD-PAP setengah volume reagen dan sampel ini lebih efisien dalam segi ekonomi namun belum tervalidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja metode GOD-PAP setengah volume reagen dan sampel terhadap pemeriksaan glukosa darah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan melakukan pengumpulan dan analisis data dari hasil pengujian terhadap delapan parameter validasi yaitu presisi, akurasi, linearitas, reportable range, LoD, LoQ, recovery, dan interferen. Sampel yang digunakan berupa serum kontrol komersial normal (Level 1) dan patologis (Level 2). Data yang diperoleh diolah dengan uji statistik deskriptif menggunakan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan nilai presisi berupa CV Level 1= 1,66%, Level 2= 1,37% (CV<0,33 TEa); akurasi berupa TE Level 1= 3,84%, Level 2= 3,76% (TE<TEa); linearitas dengan nilai r=0,997 (r>0,990); reportable range dengan rentang nilai ≥ rentang nilai normal parameter; LoD = 7,51 mg/dL; LoQ = 20,54 mg/dL (lebih kecil dari batas nilai normal terendah); %Recovery = 99% (berada dalam rentang 95-105%); dan uji interferen menunjukkan hemoglobin mulai mengganggu pemeriksaan dengan %selisih>TEa pada konsentrasi 600 mg/dL. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semua parameter uji validasi memenuhi kriteria penerimaan sehingga metode GOD-PAP dengan pemakaian setengah volume reagen dan sampel diterima kinerjanya sebagai prosedur tervalidasi pada pemeriksaan glukosa darah.
COST-EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) BAHAN KONTROL KOMERSIAL DAN POOL SERUM PASIEN Farah Dina Salma; Ira Gustira Rahayu; Sonny Feisal Rinaldi; Nani Kurnaeni
JURNAL RISET KESEHATAN POLTEKKES DEPKES BANDUNG, Online ISSN 2579-8103 Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.243 KB) | DOI: 10.34011/juriskesbdg.v11i1.797

Abstract

Kebutuhan terhadap pemeriksaan laboratorium yang bertambah dapat menjadi penyebab peningkatan biaya pemeriksaan. Namun peningkatan biaya ini tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas pemeriksaan itu sendiri. diperlukan suatu sistem manejerial yang efektif dalam mengelola aspek keuangan dan kualitas pemeriksaan, termasuk didalamnya adalah pemilihan jenis bahan kontrol. Pemilihan jenis bahan kontrol dapat menunjang peningkatan kualitas laboratorium karena terlibat langsung dalam penyelenggaraan kendali mutu internal suatu laboratorium. ketersediaan dan keterjangkauan harga bahan kontrol komersial menjadi permasalahan bagi laboratorium di negara berkembang. Karena itu pool serum dapat menjadi alternatif pilihan dalam penyelenggaraan kendali mutu internal. Cost-Effectiveness Analysis (CEA) adalah alat yang tepat dalam membandingkan dua intervensi kesehatan atau lebih dalam aspek ekonomi dan kemanfaatannya. Karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui jenis bahan kontrol manakah yang memiliki aspek ekonomi dan kemanfaatan paling tinggi pada pemeriksaan glukosa darah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan melakukan pengumpulan dan analisis data total biaya dan tingkat efektivitas dari masing – masing jenis bahan kontrol. Data yang terkumpul diolah menggunakan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukan total biaya untuk penggunaan bahan kontrol komersial adalah Rp728,020.00 dan Rp752,442.50 untuk penggunaan pool serum. Tingkat efektivitas yang didapatkan adalah 93.39% untuk bahan kontrol komersial dan 96.33% untuk pool serum. Hasil akhir average cost-effectiveness ratio (ACER) penggunaan bahan kontrol komersial adalah Rp7,795.67 dan Rp7,811.11 untuk pool serum. Penggunaan bahan kontrol komersial memiliki nilai ACER lebih rendah dibandingkan penggunaan pool serum. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan kontrol komersial sebagai bahan kontrol lebih cost-effective dibandingkan dengan penggunaan pool serum sebagai bahan kontrol.