Ajeng Trisnasasti
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Nusantara Ajeng Trisnasasti
Journal of Language Learning and Research (JOLLAR) Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Department of Indonesian Language Education, Graduate School, University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jollar.v3i2.7405

Abstract

Peran teknologi informasi dan komunikasi pada era digital saat ini tidak dapat dipungkiri telah menggeser peran orang tua dalam mendidik putra putrinya, khususnya dalam hal pembentukan karakter. Kebiasaan orang tua zaman dahulu mendongengkan cerita rakyat menjelang tidur siswa, diakui atau tidak telah semakin ditinggalkan. Sementara instrumen canggih yang bernama internet begitu banyak menawarkan berbagai informasi, pengetahuan, dan budaya tanpa adanya filter. Internet dan televisi terposisikan sebagai guru, namun tanpa memiliki rasio dan rasa. Siswa bebas memilih yang baik atau pun yang buruk tanpa pujian, dorongan, atau pun ancaman dan hukuman. Kondisi ini patut diduga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap lunturnya standar moral yang berakar pada nilai-nilai lokal. Kearifan lokal yang dimiliki oleh berbagai kelompok masyarakat dapat digali kembali melalui cerita rakyat sebagai materi pembelajaran di sekolah. Sebagai bentuk sastra lisan, cerita rakyat memuat pesan-pesan moral yang baik, yang dapat menjadi perantara untuk memahami nilai-nilai kearifan lokal kelompok masyarakat tertentu. Pentingnya peran guru adalah mencelupkan siswa dalam cerita-cerita tradisional, sebagai penutur cerita, dan memilih materi cerita sesuai dengan kriteria, yang mencakup: (a) sistem tanda, (b) unsur intrinsik, dan (c) pesan. Tidak kalah penting dari itu adalah peran guru dalam menanamkan nilai-nilai kearifan lokal melalui keteladanan dalam kehidupan nyata.
Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Nusantara Ajeng Trisnasasti
Journal of Language Learning and Research (JOLLAR) Vol 3 No 2 (2020)
Publisher : Department of Indonesian Language Education, Graduate School, University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.486 KB) | DOI: 10.22236/jollar.v3i2.7405

Abstract

Peran teknologi informasi dan komunikasi pada era digital saat ini tidak dapat dipungkiri telah menggeser peran orang tua dalam mendidik putra putrinya, khususnya dalam hal pembentukan karakter. Kebiasaan orang tua zaman dahulu mendongengkan cerita rakyat menjelang tidur siswa, diakui atau tidak telah semakin ditinggalkan. Sementara instrumen canggih yang bernama internet begitu banyak menawarkan berbagai informasi, pengetahuan, dan budaya tanpa adanya filter. Internet dan televisi terposisikan sebagai guru, namun tanpa memiliki rasio dan rasa. Siswa bebas memilih yang baik atau pun yang buruk tanpa pujian, dorongan, atau pun ancaman dan hukuman. Kondisi ini patut diduga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap lunturnya standar moral yang berakar pada nilai-nilai lokal. Kearifan lokal yang dimiliki oleh berbagai kelompok masyarakat dapat digali kembali melalui cerita rakyat sebagai materi pembelajaran di sekolah. Sebagai bentuk sastra lisan, cerita rakyat memuat pesan-pesan moral yang baik, yang dapat menjadi perantara untuk memahami nilai-nilai kearifan lokal kelompok masyarakat tertentu. Pentingnya peran guru adalah mencelupkan siswa dalam cerita-cerita tradisional, sebagai penutur cerita, dan memilih materi cerita sesuai dengan kriteria, yang mencakup: (a) sistem tanda, (b) unsur intrinsik, dan (c) pesan. Tidak kalah penting dari itu adalah peran guru dalam menanamkan nilai-nilai kearifan lokal melalui keteladanan dalam kehidupan nyata.
Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Nusantara Ajeng Trisnasasti
Journal of Language Learning and Research (JOLLAR) Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Department of Indonesian Language Education, Graduate School, University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jollar.v4i2.7405

Abstract

Peran teknologi informasi dan komunikasi pada era digital saat ini tidak dapat dipungkiri telah menggeser peran orang tua dalam mendidik putra putrinya, khususnya dalam hal pembentukan karakter. Kebiasaan orang tua zaman dahulu mendongengkan cerita rakyat menjelang tidur siswa, diakui atau tidak telah semakin ditinggalkan. Sementara instrumen canggih yang bernama internet begitu banyak menawarkan berbagai informasi, pengetahuan, dan budaya tanpa adanya filter. Internet dan televisi terposisikan sebagai guru, namun tanpa memiliki rasio dan rasa. Siswa bebas memilih yang baik atau pun yang buruk tanpa pujian, dorongan, atau pun ancaman dan hukuman. Kondisi ini patut diduga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap lunturnya standar moral yang berakar pada nilai-nilai lokal. Kearifan lokal yang dimiliki oleh berbagai kelompok masyarakat dapat digali kembali melalui cerita rakyat sebagai materi pembelajaran di sekolah. Sebagai bentuk sastra lisan, cerita rakyat memuat pesan-pesan moral yang baik, yang dapat menjadi perantara untuk memahami nilai-nilai kearifan lokal kelompok masyarakat tertentu. Pentingnya peran guru adalah mencelupkan siswa dalam cerita-cerita tradisional, sebagai penutur cerita, dan memilih materi cerita sesuai dengan kriteria, yang mencakup: (a) sistem tanda, (b) unsur intrinsik, dan (c) pesan. Tidak kalah penting dari itu adalah peran guru dalam menanamkan nilai-nilai kearifan lokal melalui keteladanan dalam kehidupan nyata.
Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Nusantara Ajeng Trisnasasti
Journal of Language Learning and Research (JOLLAR) Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Department of Indonesian Language Education, Graduate School, University of Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jollar.v4i2.7405

Abstract

Peran teknologi informasi dan komunikasi pada era digital saat ini tidak dapat dipungkiri telah menggeser peran orang tua dalam mendidik putra putrinya, khususnya dalam hal pembentukan karakter. Kebiasaan orang tua zaman dahulu mendongengkan cerita rakyat menjelang tidur siswa, diakui atau tidak telah semakin ditinggalkan. Sementara instrumen canggih yang bernama internet begitu banyak menawarkan berbagai informasi, pengetahuan, dan budaya tanpa adanya filter. Internet dan televisi terposisikan sebagai guru, namun tanpa memiliki rasio dan rasa. Siswa bebas memilih yang baik atau pun yang buruk tanpa pujian, dorongan, atau pun ancaman dan hukuman. Kondisi ini patut diduga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap lunturnya standar moral yang berakar pada nilai-nilai lokal. Kearifan lokal yang dimiliki oleh berbagai kelompok masyarakat dapat digali kembali melalui cerita rakyat sebagai materi pembelajaran di sekolah. Sebagai bentuk sastra lisan, cerita rakyat memuat pesan-pesan moral yang baik, yang dapat menjadi perantara untuk memahami nilai-nilai kearifan lokal kelompok masyarakat tertentu. Pentingnya peran guru adalah mencelupkan siswa dalam cerita-cerita tradisional, sebagai penutur cerita, dan memilih materi cerita sesuai dengan kriteria, yang mencakup: (a) sistem tanda, (b) unsur intrinsik, dan (c) pesan. Tidak kalah penting dari itu adalah peran guru dalam menanamkan nilai-nilai kearifan lokal melalui keteladanan dalam kehidupan nyata.