Santi Anugrahsari
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pencapaian Indikator Mutu Nasional di Rumah Sakit Pendidikan Santi Anugrahsari
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.86

Abstract

Latar Belakang: Peningkatan mutu dan keselamatan pasien seharusnya tercermin dalam setiap kegiatan di rumah sakit (RS) Pendidikan. Untuk menjamin hal itu, RS Pendidikan wajib memiliki sistem pengawasan mutu dan keselamatan pasien antara lain melalui penerapan standar yang terdapat pada sistem akreditasi rumah sakit pendidikan untuk mencapai Indikator Mutu Nasional. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian Indikator Mutu Nasional di RS Pendidikan Utama, Afiliasi dan Satelit.Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis data sekunder. Data indikator mutu diambil dari Sistem Informasi Akreditasi Rumah Sakit (SiKARS) yang dimiliki oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dengan membandingkan pencapaian Indikator Mutu Nasional RS Pendidikan Utama, Afiliasi dan Satelit selama tahun 2019. Pemilihan RS dilakukan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu sudah terakreditasi KARS, lulus standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP) , dan mengisi lengkap data SiKARS.Hasil: Total ada 50 RS Pendidikan yang teridentifikasi memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini, terdiri dari 28 RS Pendidikan Utama, 9 RS Pendidikan Afiliasi dan 13 RS Pendidikan Satelit. Berdasarkan hasil analisis, terdapat 11 Indikator Mutu Nasional yang menunjukkan perbedaan bermakna antar jenis RS pendidikan. RS pendidikan utama lebih baik dalam pencapaian dua indikator, yaitu Kepatuhan Identifikasi Pasien dan Kepatuhan upaya pencegahan pasien jatuh. RS pendidikan afiliasi lebih baik dalam pencapaian lima indikator, yaitu Kecepatan Respon terhadap Komplain, Kepatuhan Clinical Pathways, Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium, Kepatuhan Fornas, dan Kepatuhan Cuci Tangan. Sedangkan RS pendidikan satelit lebih baik dalam pencapaian empat indikator, yaitu Waktu Tunggu Rawat Jalan, Kepuasan Pasien dan Keluarga, Kepatuhan Jam visite dokter, dan Kepatuhan Emergency Respon Time. Kesimpulan: Terdapat perbedaan pencapaian Indikator Mutu Nasional antar RS Pendidikan Utama, Afiliasi dan Satelit.
Implementasi Standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP) di Berbagai Kelas Rumah Sakit di Indonesia Santi Anugrahsari; Sutoto Sutoto; Djoni Dharmajaja; Diyurman Gea
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.111

Abstract

Latar Belakang: Standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP) pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 berlaku untuk rumah sakit yang melaksanakan pendidikan tenaga kesehatan. Standar ini mencakup kegiatan pendidikan kedokteran dan pendidikan staf klinis lainnya dalam aspek input, proses dan outcome yang berfokus pada mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Rumah sakit harus memiliki sistem pengendalian mutu dan keselamatan pasien untuk kegiatan proses pendidikan yang dilakukan di rumah sakit. Standar IPKP ini merupakan standar yang baru dalam SNARS edisi 1 yang mulai diterapkan pada Januari 2018, sedangkan proses pendidikan kesehatan sudah terlaksana cukup lama di berbagai rumah sakit di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi standar IPKP di berbagai rumah sakit yang melaksanakan pendidikan kesehatan, serta membandingkan kepatuhan terhadap standar IPKP di berbagai tipe rumah sakit (A, B, C dan D) serta mengetahui pemenuhan elemen penilaian yang belum tercapai. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data bersumber dari sistem informasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (SIKARS) dari Juli 2018-Desember 2019. Data dikelompokkan menurut jenis rumah sakit sesuai dengan standar akreditasi (enam standar). Pemenuhan setiap Elemen Penilaian (EP) diklasifikasikan sebagai skor nol lima atau sepuluh. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil: Sebanyak 1.577 rumah sakit yang melakukan pendidikan kesehatan telah dievaluasi. Menurut kelas, terdapat 57 (3,61%) rumah sakit kelas A, 351 (22,26%) rumah sakit kelas B, 828 (52,50%) rumah sakit kelas C dan 341 (21,64%) rumah sakit kelas D. Rerata skor standar IPKP pada kelompok rumah sakit kelas A, B, C dan D adalah 8,65, 6,26, 2,53 dan 0,98 secara berturutan. Pemenuhan EP 2.2 dengan skor 10 terdapat pada rumah sakit kelas A, dan lebih rendah pada rumah sakit B (66,38%), C (31,52%), dan D (7,91%). Pemenuhan EP 6.4 dengan skor 0 paling banyak terdapat pada rumah sakit kelas D (95,60%), dan lebih tinggi dari rumah sakit kelas C (81,52%) dan B (50,99%), sedangkan rumah sakit kelas A terendah sebesar 15,79%. Kesimpulan: Rumah sakit kelas A memiliki skor pemenuhan elemen penilaian tertinggi dibandingkan kelas B, C dan D. Pemenuhan standar enam di setiap klas rumah sakit masih membutuhkan perhatian khusus dan perlu ditingkatkan.