Dalam proses persiapan larutan softener, yang dimulai dengan aktivitas menimbang larutan sampai dengan penuangan larutan ke bak penampungan, seluruhnya masih dengan tenaga pekerja (manual). Aktivitas manual material handling ini salah satunya adalah penuangan larutan softener pada after treatment line 2 di PT. South Pacific Viscose dilakukan tanpa menggunakan alat bantu dengan cara 2 pekerja mengangkat tong larutan seberat 114 kilogram dalam posisi punggung membungkuk. Kegiatan yang berulang dengan beban yang berat berpotensi menyebabkan timbulnya keluhan muskuloskeletal. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi dan mengetahui level risiko adalah metode RWL (Recommended Weight Limit) dan LI (Lifting Index). Tahapan dalam perancangan alat bantu aktivitas penuangan ini terdiri dari penjabaran kebutuhan perancangan (need), pengembangan ide (idea) perancangan yang mengadopsi dan memodifikasi beberapa tahapan metode rasional, memutuskan spesifikasi perancangan (decision), penentuan dimensi alat bantu berdasarkan antropometri, pembuatan prototipe rancangan (action). Berdasarkan pengolahan data antropometri pekerja, diperoleh dimensi lebar pegangan lift table sebesar 560 mm, ketinggian pegangan lift table sebesar 1050 mm, panjang dan lebar papan landasan sebesar 800 mm, dan ketinggian maksimum papan landasan 750 mm. Dengan adanya lift table ini, mampu mengurangi risiko muskuloskeletal. Nilai LI sebelum perancangan yang dihasilkan pada hand action origin dan destination kesemuanya lebihi dari 3 yang artinya memiliki tingkat risiko tinggi, sedangkan nilai LI sesudah perancangan berkurang menjadi 1- < 3 yang artinya memiliki tingkat risiko sedang.