Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : STLISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

Pembentukan Karakter Siswa dengan Memanfaatkan Prinsip Kesantunan pada Tuturan Direktif di Lingkungan Fajarika Ramadania
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 1 No 1 (2016): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.139 KB) | DOI: 10.33654/sti.v1i1.316

Abstract

Pembentukan Karakter Siswa dengan Memanfaatkan Prinsip Kesantunan pada Tuturan Direktif di Lingkungan Sekolah. Bahasa adalah ilmu dan seni. Bisa dikatakan ilmu karena bahasa bisa dipelajari, sedangkan bahasa sebagai seni karena bahasa dapat digunakan dengan memperhatikan berbagai faktor keindahan yang dapat mewarnai bentuk bahasa yang digunakan. Bahasa juga dapat menjadi pengungkap rasa, ide, gagasan. Jadi, bahasa berperan penting dalam mengolah jiwa. Betapa besar bahasa itu berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang. Membentuk karakter adalah jati diri. Segala pikiran, gagasan, ide, ataupun perasaan yang ada pada kita, tidak mungkin sampai dan diterima orang lain tanpa kita bahasakan. Besarnya peran bahasa dalam kehidupan kita tidak bisa dipungkiri. Bahasa adalah cerminan penggunanya. Apapun materi yang disampaikan oleh pendidik atau materi yang didiskusikan oleh peserta didik, sangat mungkin diterima dan dipahami orang lain, jika bahasa yang digunakan oleh pendidik dan peserta didik itu berterima pada pendengar atau pembaca. Hal tersebut dimaksudkan bahwa bahasa bukanlah sekedar alat komunikasi, tetapi bahasa pun mencerminkan budaya. “Melalui bahasa, kebudayaan pemilik bahasa dapat diketahui, karena realitas kultural diungkapkan, diwujudkan, serta dilambangkan dengan bahasa. Sebagai cermin sebuah zaman, bahasa yang digunakan seorang pun merupakan cerminan dari apa yang dipikirkan. Kebiasaan berbahasa santun bisa terwujud karena proses panjang seseorang dalam berlatih diri agar bisa menjadi kebiasaan. Membuat sebuah kegiatan berlangsung terus, tidak hanya dilakukan untuk sesaat. Dengan kata lain, kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dalam tuturan direktif antara guru dan peserta didik.
Konsep Bahasa Berbasis Teks pada Buku Ajar Kurikulum 2013 Fajarika Ramadania
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 1 No 2 (2016): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.594 KB) | DOI: 10.33654/sti.v1i2.372

Abstract

Sejarah perjalanan panjang sebuah kurikulum dinilai layak untuk diterapkan dalam suatu pendidikan.Kurikulum selalu disempurnakan untuk menjawab tantangan pendidikan itu sendiri.Kurikulum 2013 adalah kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan ranah sikap, ranah pengetahuan, dan ranah keterampilan.Untuk merealisasikan ketiga aspek ini secara simultan, pemerintah merancang struktur K13 terdiri dari Kompotensi Inti(KI) dan Kompetensi Dasar (KD): A,B,C,dan D. KI dan KD: A dan B mempresentasikan nilai agama dan sosial budaya yang iingin dicapai. KI C dan D berisi target pengetahuan,keterampilan dan sikap yang ingin dicapai melalui teks. Kurikulum 2013 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis. Sejalan dengan peranitu, pembelajaran Bahasa Indonesia disajikan dalam buku berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan bahasa Indonesia sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran. Di dalam buku ajar dijelaskan berbagai cara penyajian perasaan dan pemikiran dalam berbagai macam jenis teks. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa diharapkan selalu menggunakan jenis teks yang sesuai dengan tujuan kegiatan yang dilakukannya. Strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat, dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk mewuujudkan masyarakat belajar. Penilaian dalam buku ajar pada Kurikulum 2013 dilakukan berdasarkan indikator, tes dan nontes, pengamatan kerja,penilaian hasil karya berupa tugas, proyek/produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena itu, pada setiap pembelajaran siswa didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah
Konflik Tokoh Utama dalam Menghadapi Ketidakadilan Gender pada Novel Re: Karya Maman Suherhman Fajarika Ramadania; Riduan Saberan; Jamilah Jamilah
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 3 No 1 (2018): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.837 KB) | DOI: 10.33654/sti.v3i1.504

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang ketidakadilan gender dan konflik batin yang dialami oleh tokoh dalam novel. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mendeskripsikan permasalahan mengenai ketidakadilan gender, (2) Mengemukakan konflik batin yang terjadi pada tokoh dalam, (3) Memaparkan pembentukan kepribadian tokoh dengan konflik yang terjadi disekitarnya. Sesuai dengan konsep kajian dalam penelitian, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan feminisme yang mencakup aspek-aspek feminisme yang terjadi dalam kehidupan dunia prostitusi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Re: karya Maman Suherman. Novel ini diterbitkan tahun 2014 oleh POP yang dicetak oleh Percetakan Gramedia. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi teks dan teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif interpretatif. Hasil dari kesimpulan penelitian ini adalah (1) ketidakadilan gender yang meliputi dalam kekuasaan dengan jumlah data sebanyak 11 pembahasan, pergaulan dengan jumlah 5 pembahasan, dan tingkah laku sebanyak 12 pembahasan, (2) konflik batin yang dialami oleh tokoh yang meliputi tentang dendam, marah, kecewa, sedih, takut dan bingung dengan jumlah total data sebanyak 38 pembahasan, (3) pembentukan kepribadian tokoh dengan konflik disekitarnya yang meliputi tentang faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap dan hubungan antara sikap dan tingkah laku dengan data yang didapat sebanyak 4 pembahasan berisi tentang kisah Mamah Re: saat hamil, asal mula Re: mencari pelacur lesbian, kisah pelik kehidupan pelacur lesbian yang masih remaja bernama Nona, dan juga kisah sedih seorang lines bernama Windy. Masing-masing memiliki satu jumlah data
Aspek Kebahasaan dalam Antologi Puisi Hulu Sungai Tengah dalam Pantun dan Puisi Johan Arifin; Fajarika Ramadania; Riduan Saberan
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 3 No 2 (2018): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.179 KB) | DOI: 10.33654/sti.v3i2.515

Abstract

Penelitian ini berkenaan dengan aspek kebahasaan yang ada dalam antologi puisi Hulu Sungai Tengah dalam Pantun dan Puisi terbitan Scripta Cendikia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan serta mendeskripsikan aspek kebahasaan yang terdapat dalam antologi puisi Hulu Sungai Tengah dalam Pantun dan Puisi terbitan Scripta. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologis dilaksanakan dengan metode deskriptif analisis dan menggali data yang ditempuh dengan menggunakan teknik observasi teks dan teknik dokumentasi. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif interpreatatif, yaitu peneliti memaparkan data secara keseluruhan terlebih dahulu, setelah data terkumpul dan terjaring peneliti menginterprestasikan untuk menganalisis data yang dilakukan melalui tahapan : (1) Pengorganisasian data,(2) interpretasi,(3) evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut Aspek kebahasaan yang meliputi: a) fonologis dominan dengan bunyi vokal a ,e, i, dan u, b) leksikal terdapat 321 kata yang dominan mengandung bunyi vokal a,e,i, dan u, juga banyak terdapat pengulangan kata, c) gramatikal, disusun secara linier dan tidak ada penyimpangan struktur
Nilai Budaya dalam Nyanyian Balian pada Upacara Perkawinan Adat Dayak Maratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Johan Arifin; Fajarika Ramadania
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 4 No 1 (2019): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.275 KB) | DOI: 10.33654/sti.v4i1.976

Abstract

Penelitian ini mengkaji tentang nilai budaya dalam nyanyian balian pada upacara perkawinan adat Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tujuan penelitian ini, yaitu: (1) mendeskripsikan bahasa yang digunakan dalam nyanyian balian pada upacara perkawinan adat Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah; (2) mendeskripsikan sistem pengetahuan yang terdapat dalam nyanyian balian pada upacara perkawinan adat Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyanyian balian dalam upacara perkawinan adat Dayak Meratus pada saat natas banyang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) observasi, (2) dokumentasi, (3) wawancara, dan (4) pencatatan. Teknik analisis yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil kesimpulan penelitian ini adalah (1) Bahasa yang digunakan dalam nyanyian balian adalah bahasa pangunraun (bahasa asli Dayak Meratus) dengan ciri khas: (a) Persamaan kata/sinonim (dalam bahasa Dayak Meratus pampadikan), (b) Menggunakan peribahasa, dan (c) Penggunaan kata “bintang dan nanyu”. (2) Sistem pengetahuan yang terdapat dalam nyanyian balian adalah pengetahuan tentang sifat-sifat dan tingkah laku manusia, yaitu sopan santun dalam pergaulan yang tercermin dalam sikap: (a) mengucapkan salam hormat dan (b) merendahkan diri
Fungsi Mantra Belian pada Masyarakat Dayak Meratus di Hulu Sungai Tengah Johan Arifin; Fajarika Ramadania
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 4 No 2 (2019): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1058.046 KB) | DOI: 10.33654/sti.v4i2.989

Abstract

Dayak Meratus adalah istilah baru untuk menggantikan penyebutan Dayak Bukit bagi penduduk asli Kalimantan yang mendiami wilayah Pegunungan Meratus. Pegunungan ini membentang arah utara ke selatan, seolah membelah daratan Kalimantan Selatan menjadi dua sisi, barat dan timur. Suku Dayak tinggal di antara lembah-lembah pegunungan pada sisi barat dan timur. Pada sisi barat termasuk dalam wilayah Kabupaten Balangan, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan Kabupaten Banjar. Sisi timur meliputi wilayah Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu. Tulisan ini akan mengkaji tentang fungsi mantra upacara belian ditinjau dari antropologi sastra. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan fungsimantra belian pada masyarakat Dayak Meratus di Hulu Sungai Tengah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini adalah tentang Fungsimantra yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Fungsi pengobatan/belian adalah untukmenyembuhkan, menghilangkan, atau mengobati rasa sakit yang diderita seseorang baik anak-anak, orang dewasa, dan lanjut usia yang disebabkan oleh gangguan binatang, makhluk halus, orang gaib, bahkan ulah manusia itu sendiri
Blended Learning dalam Merdeka Belajar Teks Eksposisi Fajarika Ramadania; Dana Aswadi
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 5 No 1 (2020): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.99 KB) | DOI: 10.33654/sti.v5i1.1014

Abstract

Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung kepada model pembelajaran sebagai strategi pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Sejauh ini, strategi pembelajaran yang populer di Indonesia adalah pembelajaran berbasis kelas tradisional (klasikal) dengan menggunakan metode ceramah. Penambahan inovasi pembelajaran yang tepat akan menghasilkan kemandirian dan kepercayaan diri siswa yang telah mencoba mengeksplorasi dan mengeksplorasi tidak hanya para guru. Asumsi inilah yang menyebabkan blended learning menjadi pilihan tanpa belajar tidak cukup hanya dengan tatap muka. Tujuan utama dari eksposisi adalah memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang. Ekposisi merupakan bentuk retorika yang sering dipergunakan dalam menyampaikan uraian-uraian yang tidak berusaha mempengaruhi orang lain. Pembaca sama sekali tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis. Setiap pembaca memiliki persepsi sendiri, boleh menerima atau menolak tetapi setidaknya pembaca sudah mengetahui bahwa ada orang yang berpendapat demikian. Merdeka belajar dan guru penggerak bukanlah sesuatu yang baru dalam dunia pembelajaran. Setiap anak yang dilahirkan pasti memiliki keistimewaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Disinilah kita sebagai pendidik harus mampu menjadi teman belajar yang menyenangkan agar proses belajar anak benar-benar atas kesadaraannya sendiri dan merdeka atas pilihannya. Diperlukan waktu yang cukup serta kesabaran dalam memfasilitasi, agar anak mampu untuk mengenali potensinya. Karena bakat anak bisa tumbuh ketika anak sudah memiliki minat dan mau berlatih untuk mengasah keterampilannya. Dalam mengawali proses belajar, pendidik juga perlu memiliki kemampuan mendengar yang baik. Tidak hanya sekedar mentransfer pengetahuan dan mendikte anak-anak atas kehendak pendidik.
Pengembangan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) Fajarika Ramadania; Kisyani; Mintowati
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 5 No 2 (2020): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2649.156 KB) | DOI: 10.33654/sti.v5i2.1156

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh metode pembelajaran dengan menggunakan media audio visual terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. 2) Interaksi antara metode pembelajaran dan jenis kelamin terhadap hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Informan pada penelitian ini adalah guru dan kepala sekolah. Penelitian ini juga menggunakan metode literasi (studi pustaka) dengan cara mengkaji berbagai literatur yang berkaitan dengan penerapan model Audio Visual, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Pendidikan Inklusi), dan media pembelajaran. Data kemudian dianalisis kemudian disajikan dalam hasil dan pembahasan agar dapat dibuat kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran dengan menggunakan media, yaitu media audio visual berpengaruh signifikan terhadap hasil pembelajaran pendidikan Bahasa Indonesia pada siswa berkebutuhan khususnya autis.