Nyoman Sumawijaya
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Studi Kemampuan Adsorpsi Ion Logam Cr6+ oleh Tanah Vulkanik “Studi Kasus Wilayah Industri Penyamakan Kulit, Garut” Sumawijaya, Nyoman; Mulyono, Asep; Rusydi, Anna Fadliah
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21 No. 1 (2020)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.584 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v21i1.3314

Abstract

ABSTRACTThe leather tanning industry in Sukaregang, Garut Regency, produces liquid waste containing Chromium and is discharged directly into the Ciwalen River without a waste treatment process. The content of Cr6+ as metal ions in the waste can also contaminating groundwater. The movement of Cr6+ will pass through the soil media before entering to the groundwater wells. The capability of the soil to adsorb the contaminant will reduce the impact on groundwater. The purpose of this study was to determine the ability of the soil in adsorbing and inhibiting the movement of Cr6+ into groundwater. The study was carried out at Sukaregang, Garut Regency and conducting adsorption experiments with a batch system. The analysis was carried out using the Langmuir and Freundlich isotherm model. The experimental results showed that Cr6+ adsorbed ranged from 38% to 57% of the initial concentration. The results from Langmuir Isotherm were: the distribution coefficient (Kads) was 0.45 L/mg and the maximum adsorption capacity (qm) was 2.44 mg/100g sorbent with R2 = 0.959 and Freundlich Isotherm was: qm was 2,86 mg/100g sorbent and Kads was 0,35 L/mg with R2 = 0,860. This large adsorption capacity is caused by soil texture and soil organic content. The soil in Sukaregang tanning industries has a high adsorption capacity towards Cr6+ contaminants.Keywords: adsorption, chromium, Cr6+, contaminant, volcanic soil, GarutABSTRAKIndustri penyamakan kulit di wilayah Sukaregang, Kabupaten Garut, menghasilkan limbah cair yang mengandung Kromium dan dibuang ke Sungai Ciwalen tanpa proses pengolahan limbah. Kandungan ion logam Cr6+ pada limbah dapat mencemari air tanah. Pergerakan ion logam Cr6+ akan melalui media tanah sebelum memasuki sumur-sumur penduduk. Beberapa jenis tanah mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi ion pencemar sehingga tidak semua limbah yang meresap ke dalam tanah mencemari air tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan tanah dalam menghambat pergerakan ion logam Cr6+ ke dalam air tanah. Penelitian dilaksanakan dengan pengambilan sampel tanah di daerah Sukaregang, Garut, dan melakukan percobaan adsorpsi dengan sistem batch. Sementara analisis dilakukan dengan menggunakan model isotherm Langmuir dan Freundlich. Hasil percobaan menunjukkan konsentrasi Cr6+ yang teradsorpsi berkisar 38 – 57 % dari konsentrasi awal. Kads sebesar 0,45 L/mg dan qm sebesar 2,44 mg/100g tanah dengan nilai R2 = 0,959 menggunakan isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich memberikan nilai qm sebesar 2,86 mg/100 g sorbent dan Kads sebesar 0,35 L/mg dengan R2 = 0,860. Tingginya daya adsorpsi ini disebabkan oleh tekstur tanah dan kandungan bahan organik. Tanah di wilayah penelitian memiliki daya adsorpsi yang besar terhadap kontaminan Cr6+.Kata kunci: adsorpsi, kromium, Cr6+, kontaminan, tanah vulkanik, Garut
MENGHILANGKAN WARNA DAN ZAT ORGANIK AIR GAMBUT DENGAN METODE KOAGULASI-FLOKULASI SUASANA BASA Dadan Suherman; Nyoman Sumawijaya
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 23, No 2 (2013)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (998.662 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2013.v23.75

Abstract

ABSTRAK Air gambut mempunyai derajat keasaman tinggi (pH antara 3-5), kandungan partikel tersuspensi rendah, dan intensitas warna tinggi berwarna merah kecoklatan dengan kandungan zat organiknya yang tinggi.  Menghilangkan warna dan kandungan zat organik dilakukan percobaan dengan proses koagulasi-flokulasi. Proses diawali dengan menaikkan nilai pH hingga suasana basa dengan membubuhkan kaporit dan kapur tohor, menaikkan kandungan partikel tersuspensi melalui penambahan tanah lempung, dan kemudian tawas (aluminium sulfat) sebagai koagulan. Penambahan 0,05 gram kapur tohor, 0,10 gram kaporit, 0,30 gram lempung dan 0,40 gram tawas ke dalam 1000 ml air gambut serta pengadukan secara manual selama 30 detik, proses koagulasi pada pH 11 berhasil menghilangkan warna 99,20 % yakni dari 383,50 TCU turun menjadi 3,01 TCU, dan kandungan zat organik turun sebesar 98,15 % dari  385,87 mg/L KMnO4 menjadi 7,19 mg/L KMnO4. Baik warna maupun zat organik, keduanya menunjukkan nilai yang memenuhi persyaratan air minum.
IMBUHAN BUATAN : SOLUSI UNTUK MENGATASI MASALAH KEKURANGAN AIRTANAH DI CEKUNGAN BANDUNG Nyoman Sumawijaya
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 22, No 1 (2012)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (989.784 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2012.v22.58

Abstract

ABSTRAK Analisa prospek penerapan imbuhan buatan menggunakan air cucuran atap untuk mengatasi permasalahan defisit  airtanah di Cekungan Bandung dilakukan berdasarkan aspek kebutuhan, adanya sumber air dan adanya dukungan kebijakan.  Penurunan muka airtanah yang terjadi di sebagian besar wilayah Cekungan Airtanah Bandung menandakan telah terjadinya pengambilan airtanah yang melebihi pengisian secara alamiah. Untuk airtanah dangkal,  hampir di semua kawasan terbangun muka airtanah berada antara 3 m – 20 m dibawah muka tanah setempat sementara pada airtanah dalam, muka airtanah berada pada kedalaman antara 15 m  - 91 m (bmt). Ini menandakan perlunya dilakukan pengimbuhan buatan. Sekitar 10,3% atau sekitar 17,324 ha  wilayah Cekungan Bandung merupakan lahan terbangun. Dengan  curah hujan monsoon sekitar 1350 mm/tahun akan terdapat 187 juta m3 air cucuran atap yang bisa diresapkan ke dalam tanah untuk menambah potensi airtanah di Cekungan Bandung. Penerapan imbuhan buatan juga didukung oleh perundang-undangan. Sudah ada tiga peraturan yang bisa diacu untuk menerapkan imbuhan buatan di Cekungan Bandung yaitu UU No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air, PP No. 43 tahun 2008 tentang pengelolaan airtanah dan Perda Jawa Barat No. 16 tahun 2001 tentang airtanah.