Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Pengaruh Kadar Air dan Jarak Antar Paku Terhadap Kekuatan Sambungan Kayu Kelapa Arusmalem Ginting
Jurnal Teknik Sipil Vol 3 No 1 (2007): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.497 KB) | DOI: 10.28932/jts.v3i1.1270

Abstract

Kayu kelapa sebagai kayu alternatif sudah banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Bangunan dapat berupa bangunan terlindung dan bangunan tidak terlindung. Kadar air kayu dipengaruhi oleh kelembaban udara sekitarnya yang sering disebut sebagai sifat higroskopis kayu. Kayu kelapa yang ada di pasaran juga mempunyai kadar air yang berbeda-beda. Sambungan merupakan titik terlemah pada struktur kayu. Kekuatan sambungan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kadar air dan jarak alat sambung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berat jenis kayu kelapa, pengaruh kadar air, dan jarak antar paku terhadap kekuatan sambungan. Pada penelitian ini digunakan 3 variasi kadar air yaitu 8,27 %, 16,28 % dan 33,44 %. Jarak antar paku yang digunakan adalah 8D, 10D dan 12D, dengan D adalah diameter paku. Digunakan 10 buah paku 4’’BWG8 dengan diameter 0,42 cm dan panjang 10,2 cm yang ditempatkan dalam 2 baris. Sambungan kayu kelapa yang diuji menggunakan pelat sambung kayu, tebal batang utama 4 cm, lebar 8 cm dan pelat sambung ganda tebal 2 cm, lebar 8 cm. Dari hasil penelitian didapat berat jenis kayu kelapa 0,74. Jarak paku yang kurang dari jarak minimum (10D) mengurangi kekuatan sambungan dan jarak paku yang lebih dari jarak minimum (10D) akan meningkatkan kekuatan sambungan. Kekuatan sambungan meningkat pada kadar air kurang dari kondisi kering udara (16,28 %) dan menurun pada kadar air melebihi kondisi kering udara (16,28 %). Besarnya faktor aman sambungan kayu kelapa menggunakan alat sambung paku (4’’BWG8) pada kondisi kering udara (16,28 %) dan jarak paku minimum (10D) sebesar 2,86.
Kajian Balok Beton Styrofoam Ringan Dengan Tulangan Menyebar Arusmalem Ginting
Jurnal Teknik Sipil Vol 3 No 2 (2007): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.556 KB) | DOI: 10.28932/jts.v3i2.1284

Abstract

Kebutuhan beton untuk struktur saat ini terus meningkat, sehingga menuntut perkembangan teknologibeton yang lebih baik. Salah satu jenis beton yang sering digunakan adalah beton ringan. Beton ringandapat dibuat sebagai beton pracetak berbobot ringan sehingga dapat mempercepat pelaksanaanpembangunan dan mengurangi resiko kerusakan akibat gempa. Penelitian ini menggunakan betonstyrofoam ringan dengan tulangan menyebar dan diteliti kapasitas lentur, kapasitas geser, keruntuhan,dan pola retak.Pada penelitian ini jumlah benda uji yang dibuat sebanyak 4 buah, 2 buah dengandimensi 400 mm x 400 mm x 2000 mm dan 2 buah dengan dimensi 400 mm x 400 mm x 2550 mm.Semua benda uji menggunakan tulangan 8D16 yang disebar merata pada ke empat sisi tampang dandigunakan sengkang D10-200. Benda uji diletakkan pada loading frame yang kuat dan ditumpu sendidan rol pada kedua ujungnya. Bentang bersih benda uji 1750 mm dan 2300 mm, dan dibebani dengansatu titik pembebanan di tengah bentang. Pembebanan statik dilakukan secara bertahap sampai bebanmaksimum dengan menggunakan hydraulic jack. Kuat tekan silinder beton rata-rata (fc’) = 1,59 MPa.Tegangan leleh rata-rata (fy) tulangan D16 = 459 MPa, tegangan leleh rata-rata (fy) tulangan D10 =331 MPa. Kapasitas momen nominal balok (Mn), sesuai SNI tidak dapat digunakan. Dari hasilpenelitian didapat bahwa perbandingan beban lentur teoritis metode pias dan beban geser metode SNIjauh lebih besar dari beban hasil pengujian, dan perbandingan beban teoritis geser metode SNImenggunakan faktor 0,3 hampir sama dengan beban hasil pengujian. Retak awal yang terjadi adalahretak lentur yang berupa retak halus disekitar tengah bentang, kemudian muncul retak dekat tumpuandan retak ini terus merambat dan membesar menuju ke arah beban di daerah desak sehingga benda ujiruntuh.
Kajian Sambungan Lewatan Jenis Contact Lap Splice pada Beton Bertulang Arusmalem Ginting
Jurnal Teknik Sipil Vol 4 No 2 (2008): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.379 KB) | DOI: 10.28932/jts.v4i2.1300

Abstract

Karena keterbatasan dalam proses pengangkutan (transportasi) maka panjang batang tulangan bajahasil industri yang tersedia di pasaran umumnya dibatasi. Keterbatasan panjang batang tulangan bajaini mengakibatkan perlunya diadakan penyambungan tulangan. Sambungan yang umum digunakanadalah sambungan lewatan karena harganya lebih ekonomis. Panjang sambungan lewatan yangdibutuhkan harus diperhitungkan untuk menghindari keruntuhan atau kegagalan sambungan. Tujuandari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh panjang sambungan lewatan jenis contact lapsplice terhadap kuat lentur balok beton bertulang. Pada penelitian ini digunakan 18 buah benda ujibalok dengan dimensi 20 x 20 x 120 cm. Benda uji balok dibagi menjadi 9 variasi panjang sambunganlewatan yang masing-masing variasi terdiri dari 2 benda uji. Variasi panjang sambungan lewatan yangdigunakan adalah: 0, 7.50, 11.25, 15.00, 19.50, 22.50, 25.50, 30.00 cm, dan balok dengan tulanganutuh tanpa sambungan sebagai pembanding. Pengujian balok dilakukan dengan cara pembebanan duatitik pada loading frame yang dilengkapi dengan hydraulic jack dan load cells untuk memberikanbeban. Dari hasil penelitian ini didapat kuat tekan rata-rata silinder beton sebesar 29 MPa. Teganganluluh rata-rata tulangan D7,32 sebesar 344,50 MPa. Peningkatan panjang sambungan lewatan daripanjang sambungan lewatan minimum yang diperlukan tidak memberikan pengaruh yang berartiterhadap peningkatan kuat lentur balok. Balok dengan panjang sambungan lewatan yang mencukupidapat mempunyai kuat lentur yang sama atau lebih dari balok dengan tulangan utuh tanpa sambungan.
Pengaruh Panjang Penyaluran Terhadap Kuat Cabut Tulangan Baja Arusmalem Ginting
Jurnal Teknik Sipil Vol 6 No 1 (2010): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (106.512 KB) | DOI: 10.28932/jts.v6i1.1323

Abstract

Salah satu persyaratan dalam perancangan beton bertulang yang harus diperhatikan adalah panjangpenyaluran tulangan. Panjang penyaluran adalah panjang penambatan yang diperlukan untukmengembangkan tegangan luluh pada tulangan yang merupakan fungsi dari tegangan luluh baja,diameter tulangan, dan tegangan lekat. Panjang penyaluran menentukan tahanan terhadaptergelincirnya tulangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh panjangpenyaluran terhadap kuat cabut tulangan baja dari beton. Pada penelitian ini digunakan 12 buahbenda uji kuat cabut yang berupa silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Padabagian tengah silinder ditanam tulangan ulir berdiameter 16,4 mm dengan panjang penyalurantulangan (ld) dibuat bervariasi. Variasi panjang penyaluran yang digunakan adalah: 50, 100, 150,200, 250, dan 300 mm. Jumlah benda uji untuk masing-masing variasi panjang penyaluransebanyak dua buah. Pengujian kuat lekat dilakukan dengan cara menempatkan silinder beton padaloading frame yang dilengkapi dengan hydraulic jack dan load cells, batang tulangan yangtertanam pada silinder ditarik sampai tercabut. Hasil pengujian yang didapat berupa data bebancabut maksimum. Dari hasil penelitian ini didapat kuat tekan rata-rata silinder beton sebesar 27,63MPa. Tegangan luluh rata-rata tulangan D16,4 sebesar 483,66 MPa. Peningkatan panjangpenyaluran dari 50, 100, 150, 200, 250, hingga 300 mm meningkatan kemampuan benda uji untukmendukung gaya cabut. Kuat cabut meningkat dan berbanding lurus sampai panjang penyalurantertentu. Kegagalan pada uji cabut tulangan dapat berupa tulangan tercabut beton utuh atautulangan tercabut beton terbelah.
Pengaruh Jarak Antara Elemen Batang Tekan Ganda Terhadap Kuat Tekan Mudji Suhardiman; Arusmalem Ginting; Herman Herman
Jurnal Teknik Sipil Vol 7 No 1 (2011): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.354 KB) | DOI: 10.28932/jts.v7i1.1337

Abstract

Kayu sering digunakan sebagai batang tekan pada kuda-kuda dan kolom. Untuk mendukung bebanbesar dibutuhkan dimensi batang tekan tunggal cukup besar. Batang tekan tunggal dapat digantidengan batang tekan ganda yang terdiri dari dua atau lebih elemen batang yang digabung menjadisatu kesatuan. Jarak antara elemen mengakibatkan bertambah besarnya momen inersia terhadapsumbu bebas bahan yang berada diantara kedua tampang elemen tersebut. Secara teoritis semakinjauh jarak antara akan meningkatkan daya dukung, tetapi semakin tidak terjamin kerja sama antaraelemen-elemen sebagai satu kesatuan. Berdasarkan PKKI 1961 besarnya jarak antara ? 2 kalitebal elemen batang tekan. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian tentangpengaruh jarak antara elemen batang tekan ganda terhadap kuat tekan. Penelitian ini menggunakankayu Keruing dengan dimensi 2 x 3/10 panjang 2 m. Jarak antara elemen batang tekan ganda yangdigunakan adalah 0, 1.5, 3, 4.5 dan 6 cm. Jumlah benda uji setiap variasi jarak antara 1 buah,dengan total benda uji sebanyak 5 buah. Hubungan antara elemen batang tekan gandamenggunakan alat sambung baut. Kondisi ujung-ujung benda uji berupa sendi. Pembebabananyang diberikan adalah beban sentris yang diberi secara bertahap. Dari hasil pengujian ini akandidapat data beban dan lendutan. Sebelum dilakukan pengujian batang tekan ganda terlebih dahuludilakukan pengujian specimen batang tekan kayu Keruing dengan ukuran 5 x 5 x 20 cm sebanyak5 buah. Dari hasil penelitian ini didapat tegangan tekan rata-rata kayu Keruing sebesar 377,144kg/cm2. Kuat tekan batang ganda maksimum terjadi pada jarak antara 1,5 kali tebal kayu atau 4,5cm. Pada jarak antara batang tekan ganda 2 kali tebal kayu atau 6 cm mulai mengalami penurunan,tetapi hasil ini masih lebih tinggi dari batang tekan ganda yang tanpa jarak antara. Hasil pengujianbatang tekan ganda lebih kecil dari hasil perhitungan teoritis dengan menggunakan teganganabsolut yang didapat dari pengujian tekan specimen, dan lebih besar dari hasil perhitungan teoritisdengan menggunakan tegangan ijin tekan kayu berdasarkan PKKI 1961. Dari hasil penelitian initegangan ijin tekan pada PKKI 1961 aman untuk digunakan pada perhitungan batang tekan ganda.
Perbandingan Peningkatan Kuat Tekan dengan Kuat Lentur pada Berbagai Umur Beton Arusmalem Ginting
Jurnal Teknik Sipil Vol 7 No 2 (2011): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.404 KB) | DOI: 10.28932/jts.v7i2.1345

Abstract

Beton membutuhkan bekisting (acuan) yang baik untuk mendapatkan bentuk sesuai denganrencana setelah beton mengeras. Bekisting balok dan pelat lantai didukung oleh scaffolding(perancah). Keruntuhan struktur beton dapat terjadi karena pembongkaran scaffolding yang terlaludini. Kuat tekan beton pada umur tertentu merupakan salah satu acuan boleh tidaknya scaffoldingdibuka. Beban yang bekerja pada balok dan pelat lantai adalah beban lentur yang didukung olehkomposit beton dengan baja tulangan sehingga perilakunya berbeda dengan pengujian kuat tekansilinder beton di laboratorium. Untuk itu maka perlu diadakan penelitian mengenai perbandinganpeningkatan kuat tekan dengan kuat lentur pada berbagai umur beton. Benda uji yang digunakanpada penelitian ini berupa silinder beton dan balok beton bertulang. Dimensi benda uji balok yangdigunakan pada penelitian ini adalah 140 x 200 x 1200 mm. Pada bagian bawah balok dipasang 2buah tulangan ulir berdiameter 10 mm. Pengujian kuat tekan silinder dan kuat lentur balok betonbertulang dilakukan pada umur 3, 7, 14, 21, dan 28 hari. Jumlah benda uji silinder beton sebanyak3 buah dan jumlah benda uji balok beton bertulang sebanyak 2 buah untuk setiap variasi umur.Pengujian balok dilakukan dengan dua buah beban titik yang berjarak 1/3 panjang bentang darimasing-masing tumpuan. Panjang bentang pada pengujian balok ini sebesar 900 mm. Selainpengujian silinder dan balok juga dilakukan pengujian pendahuluan seperti pengujian tarik baja.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kuat tekan beton mengalami peningkatandengan bertambahnya umur beton, dan peningkatan yang cukup besar sampai umur 14 hari. Kuattekan beton pada umur 3, 14, dan 21 hari lebih kecil dari perkiraan kuat tekan beton berdasarkanPBI 1971, sedangkan pada umur 7 hari lebih besar. Kuat lentur balok mengalami peningkatanyang cukup besar sampai umur 7 hari, sedangkan setelah umur 7 hari kuat lenturnya tidak jauhberbeda, hal ini diakibatkan kuat tekan beton mulai dari umur 7 hari sudah cukup untukmengimbangi tulangan untuk mencapai kondisi luluh. Pembongkaran scaffolding dapat dilakukanlebih cepat
Kuat Tekan dan Porositas Beton Porous dengan Bahan Pengisi Styrofoam Arusmalem Ginting
Jurnal Teknik Sipil Vol 11 No 2 (2015): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (755.313 KB) | DOI: 10.28932/jts.v11i2.1404

Abstract

Penggunaan faktor air semen yang terlalu tinggi pada beton porous mengakibatkan pasta sementerlalu cair dan mengalir meninggalkan agregat sehingga terjadi endapan di bagian dasar. Untukmengatasi endapan diperlukan bahan pengisi pori antar agregat kasar yang masih memungkinkanair untuk menembus beton, dan penggunaan faktor air semen (fas) yang sekecil mungkin. Butiranstyrofoam adalah butiran yang berdiameter hampir seragam sehingga pori-pori antar butirannyamasih dapat dilalui air sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengisi beton porous. Agregatkasar yang digunakan pada penelitian ini berupa batu pecah (split) dengan berat 1466 kg/m3. Rasioagregat kasar dengan semen yang digunakan adalah: 3,5; 4,0; 4,5; dan 5,0, dan dengan faktor airsemen (fas) 0,25 dan 0,30. Bahan tambah yang digunakan adalah SikaCim Concrete Additivesebesar 7,5 ml/kg semen. Bahan pengisi styrofoam yang digunakan sebanyak 3,4 kg/m3 beton.Benda uji berupa silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Jumlah benda uji untuksetiap variasi campuran sebanyak 3 buah dan total benda uji sebanyak 24 buah. Perawatandilakukan dengan merendam benda uji dalam bak yang berisi air. Pengujian kuat tekan beton danporositas dilakukan setelah beton berumur 28 hari. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkanbahwa kuat tekan beton porous dengan bahan pengisi styrofoam mengalami penurunan seiringdengan meningkatnya rasio agregat/semen. Kuat tekan beton porous dengan faktor air semen (fas)0,25 lebih rendah dari fas 0,30. Porositas beton porous mengalami peningkatan seiring denganmeningkatnya rasio agregat/semen. Porositas beton porous dengan faktor air semen (fas) 0,25lebih tinggi dari fas 0,30. Berat volume beton porous mengalami penurunan seiring denganmeningkatnya rasio agregat/semen.
PENGGUNAAN BATU BLONDOS UNTUK BETON POROUS Arusmalem Ginting; Suyono
Jurnal Teknik Sipil Vol 18 No 1 (2022): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jts.v18i1.3983

Abstract

Porous concrete can be used as a drainage system that allows rainfall to percolate into the ground, reduce stormwater runoff, and recharge groundwater. Porous concrete consists of coarse aggregate and cement paste. Stone mining waste in the river, namely medium-sized gravel which is often called blondos stone, has not been used optimally as a building material. Based on these reasons, it is tried to use blondos stone as coarse aggregate in porous concrete. Three variations of the gravel-cement ratio were used, that is: 4, 5, and 6, and 3 variations of the water-cement ratio, that is: 0.30, 0.35, and 0.40.  There are 27 specimens of porous concrete cylinders, and each variation consists of 3 specimens.  Permeability and compressive strength testing after 28 days of curing.  The conclusions of this study are: increasing the water-cement ratio and gravel-cement weight ratio decreases the compressive strength and increases the permeability of the porous concrete. The water-cement ratio and gravel-cement weight ratio have no significant effect on the density of porous concrete. Blondos stone is adequate to be used for the manufacture of porous concrete.
Pengaruh Penambahan Serat Sagu Terhadap Kuat Tekan Beton Non Pasir Arusmalem Ginting; Prasetya Adi; Bing Santosa; Mekitizon Kambu
Potensi: Jurnal Sipil Politeknik Vol 24 No 1 (2022): Potensi: Jurnal Sipil Politeknik
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/potensi.v24i1.3677

Abstract

Beton non pasir adalah beton ringan berpori yang dibuat dengan menghilangkan pasir dari campuran beton normal. Beton non pasir dapat digunakan sebagai dinding. Salah satu cara untuk melakukan perkuatan beton adalah dengan penambahan serat. Limbah dari pengolahan sagu yang berupa serat belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian tentang penggunaan serat sagu pada beton non pasir masih jarang sehingga perlu untuk dilakukan. Rasio berat split terhadap semen yang digunakan pada penelitian ini adalah 4, dan faktor air semen 0,35. Penambahan serat sagu 0%, 0,5%, 1,0%, 1,5% dan 2,0% terhadap berat semen. Benda uji berbentuk silinder sebanyak 3 buah setiap variasi, dan dengan jumlah total benda uji 15 buah silinder. Setelah beton non pasir berumur 28 hari dilakukan pengujian kuat tekan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: penambahan serat mengakibatkan penurunan workability beton non pasir. Penambahan serat sagu sebesar 0,5% dan 1% meningkatkan kuat tekan. Penambahan serat sagu sebesar 1,5% dan 2% mengakibatkan penurunan kuat tekan. Kuat tekan tertinggi tercapai pada penambahan serat sagu sebesar 0,5%. Penambahan serat sagu sebesar 0,5% sampai 2% tidak signifikan pengaruhnya terhadap berat isi beton non pasir.
Comparison of Compressive Strength of Concrete Using White Portland Cement with Gray Cement Ginting, Arusmalem; Pradikta, Damar Hendra; Santosa, Bing; Adi, Prasetya
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 24, No 1 (2022): Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v24i1.32390

Abstract

Abstract. White Portland cement (WPC) in Indonesia is generally used for architectural work. WPC is still rarely used in structural concrete because the price is relatively higher than grey cement. This research reviewed the compressive strength of concrete using WPC and compared it with concrete using grey cement. Compressive strength testing of concrete using WPC and grey cement was carried out at ages: 3, 7, 14, 21, and 28 days. From the research, the compressive strength of concrete using WPC was 13.81 MPa (60%) at 3 days, 16.68 MPa (72%) at 7 days, 19.45 MPa (84%) at 14 days, 22.34 MPa (97%) at 21 days, and 23.11 MPa (100%) at 28 days. The compressive strength of concrete using grey cement was 13.03 MPa (63%) at 3 days, 15.11 MPa (74%) at 7 days, 17.22 MPa (84%) at 14 days, 18.78 MPa (91%) at 21 days, and 20.54 MPa (100%) at 28 days. The compressive strength of concrete using WPC is higher than grey cement at all ages. The rate of compressive strength of concrete using WPC is almost the same as grey cement at all ages.