Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Tingkat Efisiensi Usahatani Bunga Potong Mawar dalam Pengembangan Agribisnis di Indonesia Supriadi, H; Nurmalinda, -; Ridwan, H
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penelitian efisiensi usahatani bunga potong mawar telah dilakukan di Kecamatan Parompong (Lembang) dan Kecamatan Cipanas (Cianjur) Jawa Barat dari bulan Juli-Desember 2003. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi potensi dan kelemahan dari sistem budidaya bunga potong mawar dengan dan tanpa naungan dan mencari alternatif perbaikan yang dapat meningkatkan efisiensi dan pendapatan petani. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan petani dan pedagang. Analisis data kualitatif dilakukan secara deskriptif, sedangkan analisis biaya dan pendapatan dilakukan dengan metode analisis finansial statik. Analisis kekuatan dan kelemahan dari sistem usahatani yang ada menghasilkan alternatif pengembangan usahatani bunga potong mawar. Permasalahan utama usahatani bunga potong mawar adalah kurang efisiennya penggunaan pestisida, tenaga kerja intensif, dan biaya pemasaran tinggi. Produktivitas bunga potong mawar di tingkat petani hanya berkisar (2-10) tangkai/m2, sedangkan potensinya dapat 18 tangkai/m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani bunga potong mawar cukup menguntungkan dengan rerata pendapatan bersih petani dengan sistem naungan sebesar Rp. 125 juta/ha, sedangkan tanpa naungan menghasilkan Rp. 109 juta/ha. Kenyataan menunjukkan bahwa kedua tingkat efisiensi usahatani kedua sistem budidaya relatif masih rendah, yaitu B/C = 0,90 (sistem naungan) dan B/C = 0,91 (sistem tanpa naungan). Kesimpulan menunjukkan bahwa pada usahatani dengan dan tanpa sistem naungan, efisiensi perlu ditingkatkan terutama untuk menekan biaya penggunaan pestisida, tenaga kerja, irigasi, dan biaya pemasaran. Pada sistem naungan, biaya konstruksi naungan dan kebergantungan bibit impor juga perlu diperhatikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa usahatani bunga potong mawar yang efisien dan menguntungkan memenuhi kriteria produksi dan frekuensi panen tinggi, produk berkualitas dengan nilai tinggi sesuai permintaan pasar, banyak alternatif varietas, biaya produksi rendah, dan serangan hama/penyakit rendah.ABSTRACT. Supriadi, H., Nurmalinda, and H. Ridwan. 2008. Efficiency Rate of Rose Farming System in Indonesian Floriculture Agribusiness Development. The research on rose farming system efficiency was conducted in the region of Parompong (Lembang) and the region of Cipanas (Cianjur) West Java, from July to December 2003. The purpose of this research was to evaluate the strengths and weakness both of shading and unshading system of rose cut flower cultivation and to find out the alternative farming system for improving the production efficiency and farmer’s income. Primary data were collected by structural interviews with the farmers and traders. Qualitative data analysis was conducted descriptively, while cost and income analysis was done using static financial method. The strengths and weakness analysis of existing farming system would give the opportunity in improving the farming system.The main problems of rose cut flower agribusiness were unefficiency of pesticides application, labour intensif, and high cost of marketing. The productivity of rose cut flowers on farm level was (2-10) stem/m2, while potential productivity was up to 18 stem/m2. The average net income of farmers by shading system was Rp. 125 million/ha and without shading was Rp. 109 million/ha, with B/C of ratio of 0.90 (shading system) and 0.91 (without shading system). The conclusion showed that both of with and without shading systems, improvement of efficiency was needed especially on pesticides application, labour used, and marketing cost. Especially for shading system, efficiency also needed to minimize the cost of shading construction and import seedling. Generally, the rose farming system would be profitable and efficient with the criteria of high productivity, high quality, and frequent harvest of flower, market oriented, many alternative of varieties, low production cost, and low pest and diseases investation.
Analisis Luas Minimum Usahatani Bunga Krisan Potong Kahmir, Hilmi Ridwan; Nurmalinda, -; Supriadi, H
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 4 (2005): Desember 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui luas minimum usahatani bunga krisan potong yang harus ditetapkan, apabila target pendapatan petani pertahun sebesar US$ 2000 sampai US$ 3500. Kegiatan penelitian ini merupakan survei lapangan usahatani bunga krisan potong di Kecamatan Parongpong, Bandung, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2003. Hasil analisis biaya dan pendapatan usahatani krisan menunjukkan bahwa pada skala usaha rataan rumah tangga petani seluas 2.237,5 m2 diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp.24.426.500,- dalam 4 bulan atau Rp.73.279.500,- dalam setahun. Jika pendapatan usahatani dalam setahun hanya diharapkan sebesar Rp.29.750.000,- (US$ 3500), maka luas usahatani krisan minimum yang diperlukan adalah 908,39 m2. Sementara itu untuk mencapai pendapatan sebesar Rp.17.000.000,- (US$ 2000), diperlukan usahatani krisan minimum seluas 519,08 m2.Economic analysis of minimum land area for chrysanthemum farming system. The purpose of the research was to find out the minimum land area of chrysanthemum farm for targeted yearly revenue of US$ 2000 to US$ 3500. The research was conducted directly in the region of Parongpong Bandung, West Java, from July to December 2003. The results showed that based on cost benefit analysis with land area of 2,237.5 m2 could provide profit Rp.24,426,500,- within 4 months or Rp. 73,279,500,- a year. Based on minimum land area of chrysanthemum farm, if the expected net profit Rp.29,750,000,- (US $ 3500) the land area for chrysanthemum farm was only 908.39 m2. Meanwhile, to reach the expected net profit Rp.17.000.000,- (US$ 2000) a year, the minimum land area was 519.08 m2.
Analisis Luas Minimum Usahatani Bunga Krisan Potong Hilmi Ridwan Kahmir; - Nurmalinda; H Supriadi
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 4 (2005): Desember 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v15n4.2005.p%p

Abstract

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui luas minimum usahatani bunga krisan potong yang harus ditetapkan, apabila target pendapatan petani pertahun sebesar US$ 2000 sampai US$ 3500. Kegiatan penelitian ini merupakan survei lapangan usahatani bunga krisan potong di Kecamatan Parongpong, Bandung, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2003. Hasil analisis biaya dan pendapatan usahatani krisan menunjukkan bahwa pada skala usaha rataan rumah tangga petani seluas 2.237,5 m2 diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp.24.426.500,- dalam 4 bulan atau Rp.73.279.500,- dalam setahun. Jika pendapatan usahatani dalam setahun hanya diharapkan sebesar Rp.29.750.000,- (US$ 3500), maka luas usahatani krisan minimum yang diperlukan adalah 908,39 m2. Sementara itu untuk mencapai pendapatan sebesar Rp.17.000.000,- (US$ 2000), diperlukan usahatani krisan minimum seluas 519,08 m2.Economic analysis of minimum land area for chrysanthemum farming system. The purpose of the research was to find out the minimum land area of chrysanthemum farm for targeted yearly revenue of US$ 2000 to US$ 3500. The research was conducted directly in the region of Parongpong Bandung, West Java, from July to December 2003. The results showed that based on cost benefit analysis with land area of 2,237.5 m2 could provide profit Rp.24,426,500,- within 4 months or Rp. 73,279,500,- a year. Based on minimum land area of chrysanthemum farm, if the expected net profit Rp.29,750,000,- (US $ 3500) the land area for chrysanthemum farm was only 908.39 m2. Meanwhile, to reach the expected net profit Rp.17.000.000,- (US$ 2000) a year, the minimum land area was 519.08 m2.
Tingkat Efisiensi Usahatani Bunga Potong Mawar dalam Pengembangan Agribisnis di Indonesia H Supriadi; - Nurmalinda; H Ridwan
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Penelitian efisiensi usahatani bunga potong mawar telah dilakukan di Kecamatan Parompong (Lembang) dan Kecamatan Cipanas (Cianjur) Jawa Barat dari bulan Juli-Desember 2003. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi potensi dan kelemahan dari sistem budidaya bunga potong mawar dengan dan tanpa naungan dan mencari alternatif perbaikan yang dapat meningkatkan efisiensi dan pendapatan petani. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan petani dan pedagang. Analisis data kualitatif dilakukan secara deskriptif, sedangkan analisis biaya dan pendapatan dilakukan dengan metode analisis finansial statik. Analisis kekuatan dan kelemahan dari sistem usahatani yang ada menghasilkan alternatif pengembangan usahatani bunga potong mawar. Permasalahan utama usahatani bunga potong mawar adalah kurang efisiennya penggunaan pestisida, tenaga kerja intensif, dan biaya pemasaran tinggi. Produktivitas bunga potong mawar di tingkat petani hanya berkisar (2-10) tangkai/m2, sedangkan potensinya dapat 18 tangkai/m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani bunga potong mawar cukup menguntungkan dengan rerata pendapatan bersih petani dengan sistem naungan sebesar Rp. 125 juta/ha, sedangkan tanpa naungan menghasilkan Rp. 109 juta/ha. Kenyataan menunjukkan bahwa kedua tingkat efisiensi usahatani kedua sistem budidaya relatif masih rendah, yaitu B/C = 0,90 (sistem naungan) dan B/C = 0,91 (sistem tanpa naungan). Kesimpulan menunjukkan bahwa pada usahatani dengan dan tanpa sistem naungan, efisiensi perlu ditingkatkan terutama untuk menekan biaya penggunaan pestisida, tenaga kerja, irigasi, dan biaya pemasaran. Pada sistem naungan, biaya konstruksi naungan dan kebergantungan bibit impor juga perlu diperhatikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa usahatani bunga potong mawar yang efisien dan menguntungkan memenuhi kriteria produksi dan frekuensi panen tinggi, produk berkualitas dengan nilai tinggi sesuai permintaan pasar, banyak alternatif varietas, biaya produksi rendah, dan serangan hama/penyakit rendah.ABSTRACT. Supriadi, H., Nurmalinda, and H. Ridwan. 2008. Efficiency Rate of Rose Farming System in Indonesian Floriculture Agribusiness Development. The research on rose farming system efficiency was conducted in the region of Parompong (Lembang) and the region of Cipanas (Cianjur) West Java, from July to December 2003. The purpose of this research was to evaluate the strengths and weakness both of shading and unshading system of rose cut flower cultivation and to find out the alternative farming system for improving the production efficiency and farmer’s income. Primary data were collected by structural interviews with the farmers and traders. Qualitative data analysis was conducted descriptively, while cost and income analysis was done using static financial method. The strengths and weakness analysis of existing farming system would give the opportunity in improving the farming system.The main problems of rose cut flower agribusiness were unefficiency of pesticides application, labour intensif, and high cost of marketing. The productivity of rose cut flowers on farm level was (2-10) stem/m2, while potential productivity was up to 18 stem/m2. The average net income of farmers by shading system was Rp. 125 million/ha and without shading was Rp. 109 million/ha, with B/C of ratio of 0.90 (shading system) and 0.91 (without shading system). The conclusion showed that both of with and without shading systems, improvement of efficiency was needed especially on pesticides application, labour used, and marketing cost. Especially for shading system, efficiency also needed to minimize the cost of shading construction and import seedling. Generally, the rose farming system would be profitable and efficient with the criteria of high productivity, high quality, and frequent harvest of flower, market oriented, many alternative of varieties, low production cost, and low pest and diseases investation.
Pengaruh media pendingin yang tersirkulasi pada proses quenching terhadap kekerasan dan ketahanan aus pada baja AISI 1045 D E Hartanto*; H Supriadi; S Savetlana
Prosiding Seminar Nasional Ilmu Teknik Dan Aplikasi Industri Fakultas Teknik Universitas Lampung Vol. 3 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.96 KB) | DOI: 10.23960/prosidingsinta.v3i.12

Abstract

Penelitian pengaruh media pendingin yang tersirkulasi pada proses quenching terhadap kekerasan dan ketahanan aus pada baja AISI 1045 bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh media tersirkulasi terhadap sifat mekanis baja yaitu nilai kekerasan dan nilai keausan baja. baja AISI 1045 dipanaskan hingga suhu 850°C dan ditahan selama 30 menit kemudian dilakukan quenching menggunakan media yang tersirkulasi. Variasi media yang digunakan adalah oli, air dan air garam, berikutnya baja di uji dengan uji kekerasan metode Vickers dan uji keausan metode Ogoshi. Hasil pengujian yang dilkakukan menunjukan bahwa raw material memiliki kekerasan rata-rata sebesar 215,35 VHN dan keausan 2,16 x 10-6 mm3/mm, baja yang didingikan menggunakan oli tersirkulasi memiliki kekerasan rata-rata sebesar 345,47 VHN dan keausan sebesar 1,07 X 10-6 mm3/mm, baja yang didinginkan dengan menggunakan air tersirkulasi memiliki kekerasan rata-rata sebesar 585,25 VHN dan keausan 0,31 x 10-6 mm3/mm serta baja yang didinginkan dengan meggunkan air garam tersirkulasi memiliki kekerasan rata-rata sebesar 641,71 VHN dan keausan 0,16 x 10-6 mm3/mm.