Rismawidiawati Rusli
Balai Pelestarian nilai budaya sulawesi selatan

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PEMBENTUKAN KABUPATEN LUWU UTARA: KISAH DARI TOKOH DI BALIK LAYAR PADA 1999 Rismawidiawati Rusli
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 12, No 2 (2020): PATANJALA VOL. 12 NO. 2 Oktober 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30959/patanjala.v12i2.617

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menulis sejarah pembentukan Kabupaten Luwu Utara dari perspektif aktor yang terlibat pada proses pembentukan tersebut. Tulisan ini menggunakan metode sejarah, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pembentukan Kabupaten Luwu Utara bukan hanya sekali ini muncul, tapi keinginan tersebut sudah sejak lama diperjuangkan. Usaha tersebut dimulai sejak 1959, diulang kembali pada 1966, dan akhirnya pada 1999 Kabupaten Luwu Utara terbentuk. Pembentukan Luwu Utara adalah berkat perjuangan masyarakat Luwu Utara yang terdiri dari berbagai unsur, unsur mahasiswa yang tergabung pada Forum Komunikasi Mahasiswa Luwu Utara, unsur masyarakat biasa bahkan unsur pemerintah. Cepatnya proses pembentukan Luwu Utara pada 1999 ini berkat politik lobbying yang dilakukan oleh Ryass Rasyid yang memiliki kedekatan khusus dengan Lutfi A. Mutty (Dirjen PUOD). Alasan Utama pembentukan Kabupaten Luwu Utara tidak hanya dikarenakan pertimbangan desentralisasi, demokratisasi dan good governance, serta kalkulasi ekonomis namun juga karena kepentingan aktor-aktor dibaliknya. The study aims to reveal the history of the formation of the North Luwu District based on the perspective of the actors who were directly involved in the formation process. This research, which uses the historical method, shows the results of the research that the efforts to form the North Luwu District have been pursued for a long time. The effort, which had been started since 1959, was re-submitted in 1966, and finally in 1999 the North Luwu District was successfully formed. The formation of North Luwu District was the result of support from the North Luwu communities which consisted of various elements, such as elements of students who were members of the North Luwu Student Communication Forum, elements of societies, and even elements of the government. The process of formation the North Luwu District in 1999 proceeded rapidly because of political lobbying approached by Ryass Rasyid towards Director General for PUOD Lutfi A. Mutty. The main reasons behind the formation of the North Luwu District was not only due to the considerations of decentralization, the democratization and the good governance, as well as the economic calculations but also because of the interests of the actors behind it.
JEJAK ARKEOLOGIS DAN ADAPTASI KULTURAL MIGRAN BUGIS DI GORONTALO Rismawidiawati Rusli; Muhammad Subair
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v7i1.186

Abstract

Orang Bugis yang terkenal gemar berpetualang dapat dijumpai di berbagai wilayah di Nusantara. Salah satu wilayah yang banyak dihuni oleh migran Bugis adalah Gorontalo. Karena itu, tulisan ini diketengahkan untuk mengkaji adaptasi kultural migran Bugis dengan masyarakat Gorontalo sebagai sebuah hasil penelitian kualitatif, melalui pengamatan, kajian dokumen, dan wawancara. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa keberadaan migran Bugis di Gorontalo dimulai sejak tahun 1666 M, yang berkonsentrasi di Kampung Bugis, sebagai hadiah yang diberikan kepada mereka, atas bantuannya dalam mengusir bajak laut yang selalu merugikan penguasa Gorontalo. Migran Bugis yang mendiamitepi sungai Bone Bolango yang dikenal Kampung Bugis, sampai kini masih dapat dijumpai dengan identitas nama belakang (fam) yang berawalan “La”. Seperti La Madilau. Mereka telah beradaptasi dengan orang asli Gorontalo melalui proses kawin-mawin yang terjalin karena persamaan agama, dan membuat mereka melebur dalam budaya dan bahasa Gorontalo. Sebuah peleburan yang kental dengan tidak adanya keturunan migran Bugis itu yang bisa berbahasa Bugis meskipun mereka masih tetap mengakui nenek moyangnya berasal dari Bugis. Selain itu, terdapat juga migran Bugis yang tergabung dalam (Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) yang dikenal dengan orang Selatan. Mereka masih bisa berbahasa Bugis dan mengenal baik daerah asal dan keluarganya dari daerah Bugis. Mereka tersebar pada wilayah-wilayah kecamatan di Gorontalo dan berbaur dengan modal kedermawanan dengan prakarsa pembangunan yang diperuntukkan untuk semua kalangan masyarakat tanpa membedakan asalusul suku dan perbedaan bahasa.
KURIKULUM DAN GURU SEJARAH TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI TAKALAR, SULAWESI SELATAN 2004-2018 Rismawidiawati Rusli
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v7i2.212

Abstract

Pembelajaran sejarah Indonesia telah mengalami perjalanan panjang seiring dengan perubahan kurikulum pendidikan serta perubahan sosial politik dalam konteks lebih luas. Sejak tahun 2004 sampai 2013, telah terjadi perubahan kurikulum sebanyak tiga kali sehingga muncul suatu ungkapan “ganti menteri ganti kurikulum”. Ungkapan ini tidak sepenuhnya keliru karena memang pemerintah cenderung menerapkan “uji coba dan gagal” dalam penyusunan kurikulum. Kondisi ini berimplikasi pada pembelajaran sejarah di tingkat SMA, dimana para guru menghadapi permasalahan terhadap perubahan kurikulum. Penelitian ini mengurai masalah yang dihadapi oleh guru sejarah dalam proses pembelajaran di tingkat lebih praktis, yaitu di kelas dengan mengambil kasus Sekolah Menengah Atas (SMA) di Takalar, Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan metodologi sejarah, menekankan pada proses, penelitian ini akan melihat respon guru terhadap perubahan kurikulum dan sejauhmana peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sejarah dalam mengatasi setiap masalah yang dihadapi oleh guru-guru sejarah di Kabupaten Takalar, Hasil penelitian menunjukkan bahwa para guru sejarah terkendala serius dalam memenuhi unsur administrasi pembelajaran pada kurikulum K13, mereka lebih disibukkan dengan tuntutan administratif sehingga konten pembelajaran sering terabaikan. Secara konseptual guru tidak keberatan dengan situasi perubahan kurikulum yang dapat dijelaskan argumentasinya dengan kapasitas pengetahuan sejarah yang mereka miliki. Tetapi perubahan kurikulum yang ada hanya menekankan target pencapaian administrasi dibandingkan dengan pencapaian tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran. MGMP sejarah di Takalar secara aktif membantu para guru sejarah dalam pemenuhan administrasi maupun upaya peningkatan skill mengajar. MGMP telah cukup banyak membantu guru-guru dalam bertukar informasi, pengalaman, bahan ajar, dan lainnya yang berkaitan tugas-tugas pembelajaran.
DINAMIKA PELAYARAN DAN PERUBAHAN PERAHU LAMBO DALAM KEBUDAYAAN MARITIM ORANG BUTON Tasrifin Tahara; Rismawidiawati Rusli
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1280.107 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v4i2.46

Abstract

Nilai budaya maritim menjadi ciri kebudayaan orang Buton. Oleh karena itu, perahu menjadi penopang utama kelangsungan tradisi maritim orang Buton dari waktu ke waktu dan dari satu tempat (ruang) ke tempat yang lain. Mereka berlayar melintasi ruang samudera (laut) dan dari satu pulau ke pulau lain. Perahu lambo merupakan kebudayaan yang tidak lepas dari eksistensi tradisi maritim orang Buton. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data kepustakaan, pengamatan dan wawancara di wilayah Kepulauan Buton. Hasil penelitian menarasikan dinamika pelayaran dan perubahan bentuk dan fungsi perahu lambo seiring dengan masuknya motorisasi dan perubahan struktur sosial masyarakat. Perahu lambo sebagai komponen utama kebudayaan maritim orang Buton. 
STRATEGI USAHA PERIKANAN NELAYAN ENGBATU-BATU KABUPATEN TAKALAR Tasrifin Tahara; Rismawidiawati Rusli
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 6, No 2 (2020)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v6i2.169

Abstract

Dalam menjalankan usaha perikanan laut yang diversitas dan variatif, nelayan Engbatu-Batu seperti nelayan lain di Sulawesi Selatan menerapkan organisasi kelembagaan ponggawa-sawi. Beberapa masalah yang dihadapai nelayan dalam usahanya, antara lain: kesulitan dalam perolehan modal dan pengembangan usaha, kondisi sumber daya perikanan yang tidak menentu, praktik pemanfaatan sumber daya perikanan laut secara bebas/terbuka (open/free use), dan ketidakmampuan nelayan mengotrol situasi dan kondisi pemasaran hasil tangkapan. Untuk mengatasi masalah-masalah ini, nelayan melakukan berbagai strategi seperti: strategi menjalin hubungan dengan pihak-pihak lain, terutama pengusaha dan pedagang besar, untuk perolehan modal, pengembangan modal dengan menambah jumlah unit atau volume dari suatu bentuk usaha; pengelolaan anak buah dengan memantapkan pola-pola hubungan patron-client; pengelolaan informasi berkaitan sistem-sistem produksi (di laut), situasi permintaan dan harga, dan jaringan pemasaran; dan penolakan dan perlawanan nelayan terhadap beroperasinya nelayan cantram/parere dari desa-desa lain.
NILAI KARAKTER DALAM ÉLOKKÉLONG PAKKACAPI PADA MASAYARAKAT BUGIS SIDENRENG RAPPANG arisal ical; Rismawidiawati Rusli
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.09 KB) | DOI: 10.36869/pjhpish.v5i2.42

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai dan makna pendidikan karakter Bugis dalam élokkelong pakkacapi masyarakat Bugis Sidenreng Rappang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah élokkélong pakkacapi yang mengandung nilai pendidikan karakter. Sumber data dalam penelitian ini adalah para pemain Pakkacapi yang biasa melantunkan nyanyian pada saat melakukan pertunjukan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi,- rekam, -k catat, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan melalui enam tahap, yaitu mengumpulkan data, mentranskripsi data rekaman, mengidentifikasi dan mengklasifikasi data, menyajikan data, mendeskripsikan dan menginterpretasikan data, serta membuat simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sepuluh jenis nilai pendidikan karakter yang ditemukan dengan berdasar pada 18 nilai karakter yang dirumuskan oleh Kemendikbud. Nilai karakter yang ditemukan meliputi karakter religius, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial, dan cinta damai. Adapun nilai karakter baru yang ditemukan yakni nilai ketabahan dalam menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan. Berdasarkan maknanya, nilai pendidikan karakter dalam élokkélong pakkacapi menggambarkan hubungan yang tak terpisahkan antara manusia dan diri sendiri (pangkaukeng rupa tau lao ri aléna), manusia dan manusia yang lain (pangkaukeng seuwa tau lao ri tau lainngé), dan manusia dan Tuhannya (seuwwa tau lao ri Puangna).