WELLY SURYANDOKO
Jurnal Online Program Studi S-1 Pendidikan Seni Drama, Tari Dan Musik - Fakultas Bahasa dan Seni UNESA

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TEKNIK PENCIPTAAN TATA ARTISTIK PADA FOLKLOR JAKA TARUB SUTRADARA MAYA ROSALINDA KRISHADIANTI SUTAHAM, ALI; SURYANDOKO, WELLY
Solah Vol 8, No 1 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kajian Kekaryaan Tata Artistik Folklor Jaka Tarub dengan Sutradara Maya Rosalinda Krishadianti ini hendak mendeskripsikan teknik Tata Artistik dalam menghidupkan dan memberikan kesan kepada penonton ketika menyaksikan pertunjukan. Artistik memiliki beberapa bagian, antara lain tata panggung, busana, cahaya, suara, rias dan musik yang dapat membantu suatu pementasan menjadi sempurna. Pementasan Jaka Tarub dikemas dengan pendekatan teater lingkungan. Folklor Jaka Tarub menceritakan tentang tujuh bidadari yang turun ke bumi. Salah satu selendang dari bidadari tersebut diambil oleh Jaka tarub, kemudian Nawangwulan, bidadari yang kehilangan selendang berjanji bahwa siapa yang menolong menemukan selendangnya, maka kalau perempuan ia jadikan saudara dan laki-laki akan ia jadikan suami. Akhirnya Jaka tarub menolong dan membawanya pulang. Beberapa bulan mereka menikah dan dianugrahi anak yang diberi nama Nawangsih. Saat Nawangwulan memasak nasi ditemukan selendangnya di lumbung padi, Nawangwulan marah kepada Jaka Tarub karena merasa dibohongi, dan kembali ke kayangan. Ia turun ke bumi hanya pada saat bulan purnama.Setting folklor Jaka Tarub mendekatkan pada bentuk bangunan rumah di Desa Widodaren kecamatan Garih Kabupaten Ngawi tahun 1900 memunculkan kesan dramatis dalam sebuah pertunjukan. Penulis mendekatkan jenis make-up dan kostum di tahun yang sama.. Setelah melakukan observasi melalui data verbal, data visual, penulis membuat desain setting, make-up, kostum, plot lampu pada pertunjukan ini. Visualisasi pada pertunjukan Jaka Tarub menggunakan make-up korektif, karakter, dan efek. Perkembangan bahkan perubahan pada tata panggung, make-up, kostum, lampu juga musik dilakukan dengan pendekatan kultural Jawa Mataraman. Penyesuaian hingga pergantian yang dilakukan sutradara pada aktor mempengaruhi penataan artistik.Kata Kunci: Tata Artistik, Folklor, Jaka Tarub
TEKNIK PENCIPTAAN TATA ARTISTIK PADA NASKAH “HEART OF ALMOND JELLY” KARYA WISHING CHONG SUTRADARA DIMAS ADI PUTRA ANUGRA ROSZITA, ONI; SURYANDOKO, WELLY
Solah Vol 8, No 1 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tata artistik merupakan salah satu unsur pendukung seni Teater dengan elemen penting yang memiliki beberapa bagian didalamnya, yakni Tata panggung atau biasanya disebut setting. Setting merupakan bentuk ruang beserta perangkatnya yang diciptakan oleh penata artistik untuk menunjukan kepada penonton tentang latar peristiwa pada naskah. Make-up adalah hal yang penting dalam pertunjukan karena dengan menggunakannya kita dapat memberitahukan karakter tokoh dan dengan busana dapat menunjukkan identitas suatu tokoh. Tiga elemen tersebut merupakan keinginan penulis untuk mengerjakannya, sehingga penulis memilih naskah ?Heart of Almond Jelly?, karya Wishing Chong, Sutradara Dimas Adi Putra.?Heart of Almond Jelly? akan dikemas dengan Gaya Pementasan Realis, yakni bentuk pertunjukan yang sangat sering disajikan atau dipertunjukan. Namun pada umumnya ketika menciptakan bentuk visual tata artistik seorang penata jarang menganalisis ataupun mengkaji lebih detail hingga memiliki adanya sebuah konsep untuk memperkuat dan lebih detail dalam melakukan penciptaan tata artistik, sehingga ketika penulis melakukan sebuah proses penciptaan maka sebagai penata artistik, penulis harus benar - benar memperhitungkan pertimbangan naskah, realita, dan konsep sutradara dengan tujuan untuk memberi kesesuaian pada keinginan konsep sutradara ataupun kenyamanan pandangan penonton dalam menyaksikan pertunjukan teater. Naskah ?Heart Of Almond Jelly? karya Wishing Chong, dialihbahasakan kedalam bahasa Inggris oleh Keiko Tsunade & Peter Marsh, dan dialihbahasakan kedalam bahasa Indonesia oleh Teguh Heri Prasetyo & Yoko Nomura, dengan penyalaras teks Gunawan Maryanto. Naskah ini dibuat pada tahun 2000, menceritakan curahan sepasang kekasih sebelum berpisah pada malam natal. Tatsuro tokoh laki - laki berperan sebagai husband, dan pengangguran menjadikannya salah satu penyebab perpisahan dengan Sayoko. Sayoko merupakan tokoh perempuan yang memiliki karakter pekerja keras, dan karena masalah keguguran ketika proses kelahiran, hubungan pasangan rumah tangga yang mereka jalani mulai kacau. Selain itu, karena mereka menganggap bahwa hubungan rumah tangga yang dibangun hanyalah sebuah lelucon tetangga, maka mereka memutuskan untuk berpisah ketika malam natal yang diakhiri dengan pelukan.Jenis karya setting yakni, interior set dengan acuan metode penciptaan tata artistik, pada ?The set deigner?s role? dengan pendekatan dekorasi (scenery) dengan pendekatan latar peristiwa pada tahun 2000, dikawasan kastil Himeji dengan bentuk visual interior rumah. Selanjutnya yakni tata rias atau make-up penulis memilih Make-up Korektif dengan acuan teknik Nearly natural yang ditulis oleh Mary Quant menggunakan jenis make- up korektif dan kostum dengan pendekatan tahun 2000. Penciptaan tata artistik akan berusaha divisualisasikan oleh penulis dan mengaplikasikannya dengan pendekatan suasana Jepang pada tahun 2000. Ketika penulis melakukan sebuah proses penciptaan maka sebagai penata artistik, penulis terlebih dahulu melakukan observasi melalui data verbal, data visual hingga membuat desain tentang setting, make-up dan kostum pada pertunjukkan ini. yang nantinya dibuat atau di visualisasikan secara utuh dalam sebuah pertunjukkan. Untuk membuat sebuah pertunjukan yang utuh atau menghadirkan sebuah suasana Jepang tahun 2000 tidaklah mudah, karena penulis harus benar - benar memperhitungkan pertimbangan naskah, realita, dan konsep sutradara dengan tujuan untuk memberi kesesuaian pada keinginan konsep sutradara dan kenyamanan pandangan penonton dalam menyaksikan pertunjukan teater oleh karena itu ketika proses tahap satu hingga pertunjukan terjadi, banyak sekali perubahan ataupun perkembangan dari segi setting, make-up, dan kostum. Perubahan dan perkembangan terjadi karena dibutuhkan adanya penyesuaian dari wilayah panggung, hingga perkembangan adegan yang dilakukan oleh sutradara terhadap pemain, sehingga bisa mempengaruhi rancangan dan bentuk tata artistik untuk lebih di sesuaikan kembali dengan perkembangan adegan dari sutradara.Kata Kunci : Heart of Almond Jelly, Tata artistik, Setting, Make-up, dan Tata Busana
ANALOGI POLITIS MONOLOG NON REALIS DI JAWA Suryandoko, Welly
GETER Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertumbuhan Teater di Jawa mengikuti perjalanan genre teater barat yang dipolitisir, termasuk salah satunya yang mengisi ruang teater di Jawa adalah monolog, mengedepankan pada kekuatan aktor secara individu, dalam hal ini seorang aktor monolog bermain sendiri didukung dengan unsur-unsur pendukung yang menguatkan pertunjukan monolog, dalam monolog kemasan pertunjukan memiliki bentuk yang serupa dengan drama non realis dan realis juga terdapat dalam monolog, pada perkembangannya non realis atau bentuk yang ingin lepas dari nalar dan menolah konvensi-konvensi realis, kebebasan bentuk aktor monolog dapat terjadi pada bentuk monolog non realis ini. Perkembangan monolog non realis ini pun mengikuti perjalanan kesungguhan dalam berproses dan ketidak sungguh-sungguhan dalam berproses. Maka,  pelaku akan memilih non realis sebagai teater kaya namun miskin, atau realis sebagi teater miskin namun kaya. Fenomena itu terjadi mulai saat ini hingga kesungguhan berteater aktor monolog  muncul.
Estetika Paduan Suara Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari Suryandoko, Welly
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/vt.v1n2.p25-31

Abstract

Unsur Drama Musikal terdiri dari drama tari dan musik. Masing-masing variabel tersebut menjadi dimensi penguat dalam pertunjukan Drama Musikal. Termasuk musik, selain instrumen yang dapat menghasilkan musik ilustrasi pada adegan tertentu atau suasana adengan tertentu. Paduan suara dalam Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari sebagai penggerak plot. Peranan paduan suara dalam pertunjukan ini adalah a) Dimensi peran paduan suara terbagi menjadi empat hal 1) paduan suara sebagai aktor, 2) paduan suara sebagai penguat peristiwa, 3) paduan suara sebagai penonton ideal, 4) paduan suara dan gerak tari. b) Estetika paduan suara terbagi menjadi lima hal 1) solois dalam paduan suara, 2) lagu pembuka paduan suara, 3) lagu adengan suasana, 4) lagu klimaks, dan 5) lagu penutup drama musikal. Perspektif diatas dikaji menggunakan kajian estetika untuk menganalisis Paduan Suara Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari yang menceritakan kisah heroik tokoh dimasa Rosulullah Muhammad SAW. Melalui analisis tersebut akan dihasilkan spektrum estetika Paduan Suara dalam Drama Musikal.Kata kunci: estetika, paduan suara, drama musikal
ANALOGI POLITIS MONOLOG NON REALIS DI JAWA Suryandoko, Welly
GETER Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v3n1.p78-92

Abstract

Pertumbuhan Teater di Jawa mengikuti perjalanan genre teater barat yang dipolitisir, termasuk salah satunya yang mengisi ruang teater di Jawa adalah monolog, mengedepankan pada kekuatan aktor secara individu, dalam hal ini seorang aktor monolog bermain sendiri didukung dengan unsur-unsur pendukung yang menguatkan pertunjukan monolog, dalam monolog kemasan pertunjukan memiliki bentuk yang serupa dengan drama non realis dan realis juga terdapat dalam monolog, pada perkembangannya non realis atau bentuk yang ingin lepas dari nalar dan menolah konvensi-konvensi realis, kebebasan bentuk aktor monolog dapat terjadi pada bentuk monolog non realis ini. Perkembangan monolog non realis ini pun mengikuti perjalanan kesungguhan dalam berproses dan ketidak sungguh-sungguhan dalam berproses. Maka,  pelaku akan memilih non realis sebagai teater kaya namun miskin, atau realis sebagi teater miskin namun kaya. Fenomena itu terjadi mulai saat ini hingga kesungguhan berteater aktor monolog  muncul.
Estetika Paduan Suara Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari Suryandoko, Welly
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/vt.v1n2.p25-31

Abstract

Unsur Drama Musikal terdiri dari drama tari dan musik. Masing-masing variabel tersebut menjadi dimensi penguat dalam pertunjukan Drama Musikal. Termasuk musik, selain instrumen yang dapat menghasilkan musik ilustrasi pada adegan tertentu atau suasana adengan tertentu. Paduan suara dalam Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari sebagai penggerak plot. Peranan paduan suara dalam pertunjukan ini adalah a) Dimensi peran paduan suara terbagi menjadi empat hal 1) paduan suara sebagai aktor, 2) paduan suara sebagai penguat peristiwa, 3) paduan suara sebagai penonton ideal, 4) paduan suara dan gerak tari. b) Estetika paduan suara terbagi menjadi lima hal 1) solois dalam paduan suara, 2) lagu pembuka paduan suara, 3) lagu adengan suasana, 4) lagu klimaks, dan 5) lagu penutup drama musikal. Perspektif diatas dikaji menggunakan kajian estetika untuk menganalisis Paduan Suara Drama Musikal Abu Dzar Al Ghifari yang menceritakan kisah heroik tokoh dimasa Rosulullah Muhammad SAW. Melalui analisis tersebut akan dihasilkan spektrum estetika Paduan Suara dalam Drama Musikal.Kata kunci: estetika, paduan suara, drama musikal