R. Bima Slamet Raharja
Department Of Languages And Literature, Universitas Gadjah Mada

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Implementasi Metode Sariswara Karya Ki Hadjar Dewantara pada Sekolah Dasar di Kecamatan Mergangsan Yogyakarta Sri Ratna Saktimulya; Akhmad Nugroho; R. Bima Slamet Raharja
Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.932 KB) | DOI: 10.22146/bb.45026

Abstract

Today's elementary school students assume that the Javanese language is a foreign language. Tis situation had been predicted by Ki Hadjar Dewantara, therefore in 1930 he created Sariswara method as a means of facilitating the learning of Javanese language and literature. Tis community service aims in sharing the concept of Ki Hadjar Dewantara’s Sariswara method in improving Javanese language profciency and enriching knowledges of Javanese literatures through songs and dances in the targeted community. Tis community services involved teacher representatives, students, and parents of students of 12 Elementary Schools in Mergangsan Sub-district. Te provision of the materials and training is expected to foster a sense of pride in their own culture, so that they will be motivated to preserve and develop it, afterward. Eventually, it is hoped that a community that preserves the Sariswara method will emerge. Strengthening the sense of love for Javanese language and literature through tembang dolanan (songs of singing games) and dance movements stimulates students’ intelligence.================================================================== Murid sekolah dasar masa kini menganggap bahasa Jawa sebagai bahasa asing. Keadaan seperti ini telah diprediksi oleh Ki Hadjar Dewantara sehingga pada 1930 diciptakan Metode Sariswara sebagai sarana mempermudah pembelajaran bahasa dan sastra Jawa. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah menyebarkan konsep Ki Hadjar Dewantara tentang Metode Sariswara melalui pengayaan materi bahasa, sastra, tembang, dan gerak tari. Melalui pemberian materi dan pelatihan (praktik) kepada perwakilan guru, siswa, dan orang tua siswa di 12 sekolah dasar se-Kecamatan Mergangsan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri dan mengembangkannya, yang pada akhirnya akan terbentuk komunitas pecinta Metode Sariswara. Penguatan rasa cinta terhadap bahasa dan sastra Jawa dengan sarana tembang dolanan dan gerak tarinya menstimulasi kecerdasan siswa.
Aspek Perkembangan Historis dan Inter Relasi Gatra Wayang Kulit Purwa ‘Kyai Jimat’ Gaya Pakualaman dengan Ilustrasi Wayang dalam Manuskrip Skriptorium Pakualaman Bima Slamet Raharja
Jurnal Kajian Seni Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Kajian Seni Vol 3 No 1 November 2016
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2003.66 KB) | DOI: 10.22146/jksks.16580

Abstract

Dalam dunia pewayangan, wujud boneka wayang merupakan salah satu unsur yang penting digunakan sebagai sarana cerita pada setiap pertunjukan yang dimainkan oleh dalang. Pada setiap wilayah di mana kebudayaan dan kesenian wayang tumbuh dan berkembang, dipastikan muncul sebuah gaya atau gagrag. Keberadaan gaya ini biasanya dipakai sebagai penanda aspek kewilayahan dan identitas sistem budaya yang berlaku di sekitarnya. Wayang kulit purwa merupakan jenis wayang yang paling banyak dikenal dan diminati oleh masyarakat Jawa pada umumnya, selain aspek naratifnya. Berbagai macam gaya wayang kulit purwa di wilayah Jawa berkembang sedemikian rupa hingga merambah ke wilayah-wilayah kerajaan. Pakualaman, sebagai salah satu kerajaan di Jawa yang mengembangkan sistem kebudayaannya sendiri. Termasuk kesenian wayang yang diyakini mempunyai bentuk dan karakteristik tersendiri dan dikenal dengan wayang kulit purwa gagrag Pakualaman. Perangkat wayang kulit purwa gagrag Pakualaman dikenal dengan nama perangkat ‘Kyai Jimat’ yang diciptakan sejak era Paku Alam II hingga Paku Alam VII. Kekhususan wayang gaya Pakualaman ini banyak terlewat dari pengamatan Ppara peneliti wayang. Keunikan dan kekhasan wayang kulit purwa ‘Kyai Jimat’ diduga berkaitan dengan aspek naratif hingga aspek iluminatif serta sejumlah ilustrasi bergaya wayang yang terdapat pada bidang kesusastraan. Tentu saja kesusastraan skriptorium Pakualaman. Meskipun sekedar sebagai sebuah hiasan, iluminasi dalam manuskrip wayang skriptorium Pakualaman mempunyai kaitan yang cukup dapat dirunut latar belakang historis yang perlu dilihat melalui kajian sejarah mikro, secara bentuk dan perubahannya. Kajian ikonografis akan digunakan untuk membedah aspek bentuk gatra wayang kulit purwa ‘Kyai Jimat’ sebagai objek materialnya. Adapun pendekatan intertekstualitas akan digunakan merunut makna secara simbolik dan naratif serta pertalian antar kedua bidang tersebut, yaitu bidang seni rupa dan aspek susastranya. Setidaknya inter-relasi kedua objek ini akan diinterpretasikan dengan jelas.Kata kunci: Wayang kulit purwa ‘Kyai Jimat’, gagrag Pakualaman, inter relasi, aspek historis, ikonografis, dan intertekstualitas