Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KONSEP ETIKA KOMUNIKASI DALAM AL QUR’AN (Telaah Kritis Dalam Makna Qawlan Dengan Pendekatan Tafsir Tematik) Ikrar Ikrar
Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah Vol 6, No 2 (2008)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.437 KB) | DOI: 10.30984/as.v6i2.249

Abstract

Din Al-Islam merupakan satu system yang di dalamnya terhimpun aspek-aspek yang mengatur manusia, baik hubungan manusia denga Tuhannya (vertical), maupun hubungan antar manusia dengan alam atau makhluk lainnya (horizontal). Aspek-aspek itu tergambar dalam sebuah hadis Nabi yang diriwayatnkan oleh Musalimdari Umar R.A sebagai berikut yang mengandung makna: (a). Iman, (b) Islam, (c) Ihsan. Aspek Iman merupakan landasan yang utama, berisi ajaran atau ketentuan-ketentuan tentang akidah, aspek ini juga disebut dengan Ahkam I’tiqadiyah. Aspek yang kedua adalah Islam, yang disebut juga aspek Syari’ah dalam arti sempit. Aspek kedua ini berisi ajaran atau ketentuan-ketentuan yang mengatur perbuatan (amaliyah) manusia, yang berlandaskan pada aspek pertama. Aspek ketiga adalah Ihsan, yang berisi ajaran atau etika atau akhlak. Aspek ketiga ini juga disebut dengan Ahkam Khuluqiyah.
MANHAJ TAFSIR MU’TAZILAH Ikrar Ikrar
Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah Vol 11, No 1 (2013)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.25 KB) | DOI: 10.30984/as.v11i1.168

Abstract

Manhaj yang digunakan oleh kaum mu’tazilah sebagai lazimnya manhaj yang digunakan oleh ulama tafsir pada umunya namun kaum mu’tazilah lebih dominan kepada sumber tafsir bil Ra’yi dengan manhaj penafsiran ittijah dengan sebagainya pemikir kaum mu’tazilah sejak awal politik yang bergumul dengan wacana agama. hal ini mengakibatkan wacana dan gerak historis yang dikembangnya sering berbenturan dengan peradaban agama lain yang tidak menerima kehadiran al-qur’an terutama dalil-dalil tentang keadilan dan tauhid (al-adl wa al-tauhid) dan wacana lainnya yang menjadi oisi mu’tazilah. Pada mulanya Wasit bin Atha, pendiri Mu’tazilah tentang tauhid belum matang sebagaiman komentar Al-Syahristani, kemudian berargumentasi (Mujadallah) dengan golongan lain atau agama lain yang mempunyai doktrin dan falsafah berbeda untuk mematangkan paradigm Mu’tazilah. Mu’tazilah dengan sikap terbuka telah menciptakan argumentasi dalam menghadapi gejolak dan reaksi pemikiran lain. 
PARTAI-PARTAI ISLAM DI INDONESIA (Latar Belakang dan Dinamika Perjalanannya) Ikrar Ikrar
Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah Vol 1, No 2 (2003)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.1 KB) | DOI: 10.30984/as.v1i2.199

Abstract

Tujuan pokok tulisan ini ialah melihat secara akurat realitas politik yang tercermin dalam tingkah laku politik partai-partai Islam pada periode orde lama hingga orde baru, suatu periode yang cukup penting dan genting hila ditempat­kan dalam suatu perspektif sejarah perju­angan partai-partai Islam di Indonesia. Ada 2 (dua) alasan penting dalam menelaah partai-partai Islam di Indonesia, yaitu:Pertama, sekalipun mayoritas rakyat Indonesia memeluk Islam secara serius atau sehaliknya, posisi politik Islam pada periode tersebut relatif lemah. Partai-­partai Islam pada waktu itu merupakan kelompok politik minoritas dalam lemba­ga kenegaraan. Sebagai kelompok minori­tas, mereka hanya melakukan peran penggerak dalam membericorak Islam pada perkembangan politik di Indonesia. Sebagai konsekwensi logis yang harus diterima dalam realitas sejarah politik. Hanya menyesuaikan diri dengan sistem dan tata politik yang baru dibawah satu komando. Kedua, alasan mengkaji masalah ini karena belum ada kajian khusus yang dilakukan dengan topik Islam dan relevansinya dengan partai-partai dalam wacana politik praktis selama ini. Kajian ini dilakukan selama periode orde lama sampai orde baru dengan titik tekan pada tingkah laku politik partai-partai Islam dan dinamika perkembangannya.
KRITIK WACANA TAFSIR ATAS TEOLOGI KESETARAAN GENDER RIFFAT HASSAN Ikrar Ikrar
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v7i1.1983

Abstract

Abstract: This article discuss about how theology construct worked by Riffat Hassan to realize gender equality and how the implication caused from gender equality and how the relation of women harmony in Islam. Based on the result, it can be concluded that (1) Theology construct of gender equality built by Riffat Hassan, only adopt from feminism theology concept that developed in Western. Even though in western, women have dark history because woman have been despised and treated discriminatory, and while women in Islam are glorified. The coming of Islam has eliminated dumb tradition that harmful for women, but elevate the dignity. If subordination of women in western has gained legitimacy from Bible, in Al – Qur’an women are precisely glorified. (2) In building gender equality theology, Riffat Hassan has made three steps; (a) normative-idealist approach, (b) deconstruct religious thought that he thinks there’s gender bias, (c) reconstruct religious thought that he thinks there’s no gender bias. In attempt this theology construct of gender equality, Riffat Hassan precisely proven tend to do gender bias, although he accuse travelers do gender bias. Beside that, there are some of implications that caused by him; there are rejection of authentic hadith and the implication that could change Islamic law. (3) As for in Islam, the right relation between women and men are the harmony of gender, not gender equality. Keywords: Gender Equality, Riffat HassanAbstrak: Artikel ini membehas tentang bagaimana konstruksi teologi yang dilakukan oleh Riffat Hassan untuk mewujudkan kesetaraan gender dan bagaimana implikasi yang ditimbulkan dari kesetaraan gender serta bagaimana hubungan keserasian perempuan dalam Islam. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) Konstruksi teologi kesetaraan gender yang dibangun Riffat Hassan hanyalah mengadopsi konsep teologi feminisme yang berkembang di Barat. Padahal berbeda dengan perempuan di Barat yang memiliki sejarah yang kelam lantaran perempuan dipandang hina dan diperlakukan secara diskriminatif, dalam Islam perempuan justru dimuliakan. Kedatangan Islam telah mengeliminasi adat-istiadat jahiliyah yang merugikan kaum perempuan serta mengangkat  harkat dan martabat mereka. Kalau subordinasi terhadap perempuan di Barat mendapatkan legitimasi dari Bible, dalam al-Quran perempuan justru dimuliakan. (2) Dalam membangun teologi kesetaraan gender, Riffat Hassan melakukan tiga langkah, yaitu (a) pendekatan normatif-idealis dan historis-empiris, (b) melakukan dekonstruksi pemikiran keagamaan yang (menurutnya) bias gender, dan (c) melakukan rekonstruksi pemikiran keagamaan yang (menurutnya) tidak bias gender. Dalam usaha konstruksi teologi kesetaraan gender ini, Riffat Hassan justru terbukti cendrung melakukan bias gender, padahal dia menuduh para mufassir yang bias gender. Selain itu, ada beberapa implikasi yang ditimbulkan darinya, yaitu adanya penolakan terhadap hadis shahih dan terdapat implikasi syariah yang merubah hukum Islam.(3) Adapun dalam Islam,  hubungan antara laki-laki dan perempuan yang benar adalah keserasian gender, bukan kesetaraan gender. Kata Kunci: Kesetaraan  Gender, Riffat Hassan