Alfin Dwi Rahmawan
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bangka Belitung

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

SUPREMASI PATRIARKI: REAKSI MASYARAKAT INDONESIA DALAM MENYIKAPI NARASI SEKSUALITAS DAN PERKOSAAN KASUS REYNHARD SINAGA Nikodemus Niko; Alfin Dwi Rahmawan
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.363 KB) | DOI: 10.20961/jas.v9i1.39781

Abstract

The main idea of this paper is to dismantle the narrative of sexuality which is often likened to sexual violence (rape) narratives in various cases. This Paper departs from a phenomenon that is being highlighted at the beginning of 2020, which is about rape involving Indonesian citizens who are in the UK. It is reported that rape made by Indonesian citizen is the biggest rape case in England. The problem is the phenomenon of rape made by the Indonesian citizen become a patriarchy supremacy with the number of comments that are in the universe of cyberspace. The method of this peper are qualitative with a library study approach. The presenting of descriptive data analysis derived from the secondary data. The data analyzed are from secondary data derived from media coverage, scientific journals and books related to this paper theme. Based on the analysis, Indonesian society is largely still assuming that rape crimes are related to sexuality. In the case of Reynhard the more condemned was the sexuality (homosexual) than the crimes and criminal he committed. Sexuality is a private realm, which is not a defining you want to be a good person or a bad person. While rape is a criminal offence that is entirely different to sexuality, where rape is not the case for sexuality but rather a lame power relationship.Keywords: Sexual Violence; Sexuality; Patriarchy Supremacy; Rape. AbstrakIde utama dari paper ini adalah ingin membongkar narasi seksualitas yang acapkali dipersamakan dengan narasi kekerasan seksual (perkosaan) pada berbagai kasus. Paper ini berangkat dari fenomena yang sedang menjadi sorotan di awal tahun 2020, yakni tentang pemerkosaan yang melibatkan warga negara Indonesia yang berada di Inggris. Diberitakan bahwa pemerkosaan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia ini merupakan kasus pemerkosaan terbesar di Inggris. Permasalahan disini, fenomena pemerkosaan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia tersebut menjadi sebuah supremasi patriarki dengan banyaknya komentar yang berseliweran di jagat dunia maya. Metode yang dilakukan dalam peper ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Penyajian data deskriptif analisis yang berasal dari data sukender. Data yang dianalisis berasal dari data sekunder yang berasal dari pemberitaan media, jurnal ilmiah dan buku yang berkaitan dengan tema paper ini. Berdasarkan analisis, masyarakat Indonesia sebagian besar masih beranggapan bahwa kejahatan perkosaan berkaitan dengan seksualitas. Pada kasus Reynhard yang lebih banyak dikutuk adalah seksualitasnya (homoseksual) dibandingkan kejahatan dan kriminal yang dilakukannya. Seksualitas adalah ranah privat, yang bukan menjadi penentu kau mau jadi orang baik atau orang jahat. Sementara perkosaan adalah tindak pidana yang sama sekali berbeda dengan seksualitas, dimana perkosaan bukan terjadi karena seksualitas melainkan adanya relasi kuasa yang timpang.Kata kunci : Kekerasan Seksual; Seksualitas; Supremasi Patriarki, Perkosaan.