Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemikiran Abdullah Ahmed An-Na'im tentang Hak Asasi Manusia Sakirman Sakirman
Al-Jinayah: Jurnal Hukum Pidana Islam Vol. 4 No. 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Prodi Hukum Pidana Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3081.203 KB) | DOI: 10.15642/aj.2018.4.2.324-338

Abstract

Hak Asasi Manusia adalah hak-hak kudrati yang melekat dalam diri, sebagai manusia, sejak dilahirkan. Dalam perkembangannya, perlindungan atas hak-hak ini telah disepakati bersama dalam Declaration Universal Of Human Right. Di dalamnya telah diatur standart-standart universal kemanusiaan yang harus ditaati oleh seluruh negara di dunia, atau negara-negata regional dalam hubungannya dengan dokumen regional. Dalam konteks keislaman, ditemukan beberapa ketidaksesuaian dengan Declaration Universal Of Human Right, seperti perbudakan, dan diskriminasi berdasarkan agama dan gender. Hal ini disebabkan karena para para pakar hukum perintis dalam menginterpretasikan sebagian ayat Al-Qur’an dan sunnah tidak mengidentifikasi adanya upaya penghapusan diskriminasi dalam kedua sumber tersebut, sebagaimana ketika menginterpretasikan ayat 47:4. Oleh sebab itu, agar keduanya tetap sejalan, maka An-Na’in berupaya melakukan sebuah trobosan baru untuk pembaharuan hukum hukum Islam dengan caranya radikal. Menurutnya pendekatan yang efektif untuk mencapai pembaharuan yang memadai dan tepat sasaran adalah dengan pendekatan evolusi (nasakh), yang diawali degan menyebutkan sumber Al-Qur’an dan sunnah yang tidak sesuai dengan hak asasi manusia kemudian menjelaskannya dalam konteks historis. Dari sini titik ambivalensi antara HAM dan Syari’ah ditemukan, kemudian dijadikan pisau analisis untuk mencari relevansi dan merekonsiliasi kedua sistem yang awalnya sulit disatukan itu.
Effectiveness of Marriage Age Limit According to Law Number 16 of 2019 in East Lampung Sakirman Sakirman; Yulia Rizki Amanda
MILRev : Metro Islamic Law Review Vol 1 No 2 (2022): MILRev : Metro Islamic Law Review
Publisher : IAIN Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/milrev.v1i2.6206

Abstract

Marriage is a bond between a female guardian (prospective wife) and a male (prospective husband) which is carried out in the presence of two witnesses who meet the requirements. Maturity of age is important to form a prosperous family without ending in divorce. So the government sets the age limit for marriage in Law No. 1 of 1974 whose application creates discrimination, then Article 7 which regulates the age limit for marriage in the Law is changed to Law No. 16 of 2019. This writing aims to determine the effectiveness of the age limit for marriage according to Law No 16 of 2019 in East Lampung, based on data obtained from the case tracking information system at the Sukadana religious court, East Lampung, it turns out that there are still many applications for marriage dispensation, almost 80% of which are granted. This article uses interview and documentation methods. The type of research used is descriptive quantitative research and qualitative research using data from the Sukadana Religious Court SIPP, this article is in the form of the number of applications for marriage dispensation which is expected to provide an overview through the calculation of the data obtained regarding the effectiveness of the marriage age limit in Law No. 16 of 2019 in East Lampung. Based on the results found, it turns out that the application of the Marriage Age Limit in Law No. 16 of 2019 has not been effectively implemented in East Lampung, especially at the Sukadana Religious Court, seen from the large number of marriage applications that have been granted.